2021 In Review

'Kiamat' ATM Sudah Dekat, Selamat Datang Bank Digital!

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
29 December 2021 08:13
Ilustrasi Mobile Banking (Pixabay)
Foto: Ilustrasi Mobile Banking (Pexel)

Prospek Bank Digital di Tanah Air

Di tengah adanya angin perubahan dalam industri perbankan di era internet, sejumlah bank besar memang sudah mulai membangun ekosistem digital mereka lewat bank digital. BCA saat ini sudah memiliki PT Bank Digital dengan platform bernama blu.

Bank BUMN, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga baru-baru ini dikabarkan akan mengakuisisi sebuah bank demi masuk ke ekosistem bank digital. Berdasarkan kabar yang mengemuka, Bank Mayora disebut-sebut sebagai bank tujuan akuisisi BBNI.

Selain BBNI, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) lewat PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO)-sebelumnya bernama PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga-juga terjun ke ranah bank digital.

Tidak hanya emiten perbankan, raksasa unicorn penyedia jasa ride-hailing Gojek-yang tergabung dalam GoTo Group-juga mengempit 21,40% saham bank digital PT Bank Jago Tbk (ARTO).

Kemudian, Grup Emtek yang juga berkecimpung di ranah teknologi PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) resmi mengakuisisi 93% saham PT Bank Fama International pada 22 Desember 2021 lalu. Kendati, belum diketahui, apakah Bank Fama akan dijadikan bank digital atau tidak.

Investor e-commerce Shopee, Sea Ltd juga punya PT Bank Seabank Indonesia (SeaBank).

Menurut penjelasan OJK dalam Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan, terdapat sejumlah potensi dan peluang digital bagi perbankan di era revolusi industri 4.0 ini.

Pertama, soal struktur demografi Indonesia didominasi oleh Generasi Z (perkiraan usia sekarang 8-23 tahun), Generasi Milenial (24-39 tahun), dan Generasi X (40-55 tahun), yang dianggap melek digital.

Kedua, potensi ekonomi digital RI yang kian tumbuh dan merupakan negara dengan perkembangan ekonomi digital terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Nilai transaksi ekonomi digital Indonesia merupakan yang tertinggi di kawasan ASEAN, yakni mencapai US$44 miliar. Nilai ekonomi digital RI diprediksi akan mencapai US$124 miliar pada tahun 2025.

Ketiga, potensi penetrasi penggunaan internet. Menurut data We Are Social dan Hootsuite (2021), penetrasi pengguna internet di Indonesia telah mencapai 202,6 juta jiwa atau 73,7% pada Januari 2021. Angka ini meningkat 15,5% dari Januari 2020.

Keempat, mengenai populasi masyarakat yang belum punya rekening bank (unbanked) dan memiliki keterbatasan akses terhadap layanan keuangan (underbanked) di Indonesia yang masih tinggi dengan jumlah masing-masing mencapai 92 juta jiwa dan 47 juta jiwa (menurut data Bain, Google, dan Temasek, 2019). Angka tersebut tertinggi di kawasan ASEAN.

Kelima, soal perilaku digital masyarakat--penggunaan gawai untuk berkomunikasi dan berbelanja, misalnya--yang terbilang semakin intens. Hal tersebut juga turut mendorong peningkatan tren yang tercermin dari tren kenaikan transaksi e-commerce (e-niaga), digital banking, dan uang elektronik dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir.

Tantangan Transformasi Digital Perbankan

Namun, di tengah prospek yang cerah di atas, menurut catatan OJK, ada beberapa tantangan bagi upaya transformasi digital perbankan ke depan, mulai dari perlindungan data pribadi dan risiko kebocoran data, isiko serangan siber, literasi keuangan digital yang masih rendah, hingga infrastruktur teknologi informasi yang belum merata di Indonesia.

Selain itu, euforia narasi bank digital di Indonesia akhir-akhir ini menyembunyikan masalah yang perlu diperhatikan, yakni soal tingkat kematangan (maturity level) digitalisasi perbankan yang masih rendah.

Mengacu pada laporan OJK dalam dokumen Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan, nilai rerata tingkat kematangan pada perbankan di Tanah Air berada dalam kategori level 1.

Hanya sejumlah kecil bank yang tercatat telah masuk ke dalam kategori level 2 atau 3.

Adapun, tingkat kematangan tersebut diukur dengan menggunakan enam dimensi penilaian Digital Maturity Assessment for Bank (DMAB).

Keenam dimensi penilaian tersebut adalah data (perlindungan data, misalnya), teknologi, manajemen risiko, kolaborasi (antarbank, misalnya), tatanan institusi, dan customer.

Secara rinci, semakin tinggi level skor hasil penilaian DMAB (level 1 - 3), semakin tinggi pula nilai maturitas digital suatu bank.

"Hasil ini mengindikasikan bahwa terdapat kebutuhan untuk memfasilitasi transformasi digital perbankan agar dapat mendorong sebagian besar Bank di Indonesia dalam melakukan transformasi digital," jelas OJK dalam dokumen Cetak Biru, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (29/12/2021).

Jadi, di tengah adanya tren digitalisasi di industri perbankan dan juga prospek bank digital yang positif ke depan, masih ada sejumlah pekerjaan rumah alias PR yang perlu diselesaikan para pemain perbankan agar narasi manis soal 'go digital' tidak berakhir dengan kegagalan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular