2021 In Review

'Kiamat' ATM Sudah Dekat, Selamat Datang Bank Digital!

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
29 December 2021 08:13
Ilustrasi Mobile Banking (Pexel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Disrupsi digital dan pandemi Covid-19 turut mempengaruhi industri perbankan Tanah Air. Hal ini ditandai dengan tren penurunan jumlah infrastruktur fisik bank, pegawai, hingga perubahan perilaku nasabah ke arah digitalisasi.

Hal tersebut ditambah lagi dengan narasi 'bank digital' yang menjadi perbincangan hangat sepanjang tahun ini. Janji manis masa depan bank digital tersebut bahkan membuat harga saham-saham bank mini (dengan modal inti di bawah Rp 5 triliun) yang ingin go digital melambung tinggi ratusan hingga ribuan persen lantaran diborong oleh investor pasar saham RI.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beberapa lalu, misalnya, memperkirakan, pada 2045 mendatang, perbankan tidak lagi menyediakan pelayanan dari teller dan customer service (CS) seiring semakin cepatnya perkembangan teknologi.

Vikram Pandit, yang pernah menjabat sebagai Executive Officer Citigroup Inc era 2007-2012, juga sempat mengatakan kepada Bloomberg television pada 2017 bahwa teknologi Artificial Intelligence dan robot akan menghilangkan pekerjaan bank dalam 30 tahun ke depan.

Apabila menilik data pegawai bank-bank utama atau bank raksasa RI sejak 2017 hingga akhir kuartal III 2021, memang ada kecenderungan penurunan pegawai bank RI. (Grafik di bawah ini).

Bank

31 Des 2017

31 Des 2018

31 Des 2019

31 Des 2020

30 Sep 21

Perubahan Sejak 2017 (%)

Bank Panin (PNBN)

12,051

12,580

12,242

11,660

7,717

-35.96

Bank Danamon (BDMN)

36,410

32,299

28,913

25,350

25,670

-29.50

CIMB Niaga (BNGA)

12,782

12,461

11,326

12,064

11,334

-11.33

Bank Central Asia (BBCA)

26,962

27,561

25,877

26,123

25,368

-5.91

Bank Permata (BNLI)

7,542

7,125

7,120

7,058

7,152

-5.17

Bank Negara Indonesia (BBNI)

27,803

27,224

27,211

27,202

26,991

-2.92

Bank Mandiri (BMRI)

38,307

39,809

39,065

38,247

37,448

-2.24

Bank Rakyat Indonesia (BBRI)

60,683

60,553

61,768

61,531

62,123

2.37

Sumber: Laporan keuangan emiten di BEI, diolah

Dari delapan emiten bank di atas, secara umum telah terjadi tren penurunan jumlah karyawan masing-masing bank. Tercatat hanya BRI yang mengalami pertumbuhan karyawan sejak pada 2017 sebesar 2,37% menjadi 62.123 orang per 30 September 2021.

Sementara, Bank Panin dan Bank Danamon mengalami penyusutan jumlah karyawan paling signifikan ketimbang bank besar lainnya. Dibandingkan 5 tahun lalu, total karyawan Bank Panin, misalnya, sudah berkurang 35,96% menjadi sebanyak 7.717 orang pada akhir kuartal ketiga tahun ini.

Seperti disebutkan di atas, seiring dengan berkembangnya teknologi digital-dan cara baru pemanfaatan data-di era revolusi industri 4.0 ini, pagebluk Covid-19 yang dimulai sejak tahun lalu turut mendorong percepatan transformasi digital perbankan.

Pandemi virus Corona yang disertai pembatasan mobilisasi orang atau aktivitas fisik memaksa masyarakat harus beradaptasi dan perlahan melakukan transaksi ekonomi melalui platform daring (dalam jaringan/online) atau digital.

Mengacu pada data Inventure (2020), yang dikutip dalam buku Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang beberapa lalu diterbitkan, salah satu dampak yang terlihat adalah perubahan transaksi perbankan selama pandemi.

Transaksi-transaksi yang awalnya banyak dilakukan di kantor cabang saat ini dilakukan secara digital atau online melalui mobile banking, internet banking, ataupun call center yang digerakkan oleh artificial intelligence.

Penurunan Kantor Cabang hingga ATM

Seiring dengan itu, terdapat tren bank yang terus menutup jaringan kantornya. (Grafik di bawah).

Selain adanya tren penurunan pegawai, kantor cabang bank, dalam beberapa tahun terakhir tampak pula adanya penurunan jumlah mesin ATM di Indonesia.

Menurut data Bank Indonesia (BI), sejak 2019 jumlah mesin ATM di Tanah Air mengalami penurunan, dari sebanyak 106.901 mesin pada 2018, menjadi 106.649 pada 2019 dan lalu menyusut hingga 99.262 mesin pada akhir September 2021. (Lihat grafik di bawah ini).

Pandemi Covid-19 turut memaksa nasabah banyak bertransaksi melalui layanan digital seperti aplikasi mobile banking dan QR code. Alasannya: praktis dan tak perlu melakukan sentuhan.

Sejumlah bank besar, termasuk PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), juga menemukan adanya penurunan transaksi lewat mesin ATM.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, misalnya, lebih dari 80% transaksi nasabah dilakukan digital dan transaksi ATM terus menurun. Sementara, di ATM transaksi hanya 13% saja, jelas Jahja.

Kemudian, pagebluk juga mendorong mendorong konsumen mengurangi transaksi tunai (cash).

Menurut catatan OJK, sebelum pandemi, tren transaksi ke arah cashless transaction atau transaksi non-tunai ini memang sudah meningkat. Akan tetapi pandemi Covid-19 mempercepat proses tersebut dengan alasan untuk mengurangi potensi penularan virus.

Ini terlihat dari tren peningkatan penggunaan layanan perbankan digital selama pandemi Covid-19. (Grafik di bawah ini).

Selain itu, disrupsi digital dan perubahan perilaku digital konsumen turut berdampak pada peningkatan tren transaksi digital seiring adanya tren kenaikan transaksi e-commerce, digital banking, dan uang elektronik dalam beberapa tahun terakhir. (Grafik di bawah ini).

Prospek Bank Digital di Tanah Air

Di tengah adanya angin perubahan dalam industri perbankan di era internet, sejumlah bank besar memang sudah mulai membangun ekosistem digital mereka lewat bank digital. BCA saat ini sudah memiliki PT Bank Digital dengan platform bernama blu.

Bank BUMN, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga baru-baru ini dikabarkan akan mengakuisisi sebuah bank demi masuk ke ekosistem bank digital. Berdasarkan kabar yang mengemuka, Bank Mayora disebut-sebut sebagai bank tujuan akuisisi BBNI.

Selain BBNI, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) lewat PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO)-sebelumnya bernama PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga-juga terjun ke ranah bank digital.

Tidak hanya emiten perbankan, raksasa unicorn penyedia jasa ride-hailing Gojek-yang tergabung dalam GoTo Group-juga mengempit 21,40% saham bank digital PT Bank Jago Tbk (ARTO).

Kemudian, Grup Emtek yang juga berkecimpung di ranah teknologi PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) resmi mengakuisisi 93% saham PT Bank Fama International pada 22 Desember 2021 lalu. Kendati, belum diketahui, apakah Bank Fama akan dijadikan bank digital atau tidak.

Investor e-commerce Shopee, Sea Ltd juga punya PT Bank Seabank Indonesia (SeaBank).

Menurut penjelasan OJK dalam Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan, terdapat sejumlah potensi dan peluang digital bagi perbankan di era revolusi industri 4.0 ini.

Pertama, soal struktur demografi Indonesia didominasi oleh Generasi Z (perkiraan usia sekarang 8-23 tahun), Generasi Milenial (24-39 tahun), dan Generasi X (40-55 tahun), yang dianggap melek digital.

Kedua, potensi ekonomi digital RI yang kian tumbuh dan merupakan negara dengan perkembangan ekonomi digital terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Nilai transaksi ekonomi digital Indonesia merupakan yang tertinggi di kawasan ASEAN, yakni mencapai US$44 miliar. Nilai ekonomi digital RI diprediksi akan mencapai US$124 miliar pada tahun 2025.

Ketiga, potensi penetrasi penggunaan internet. Menurut data We Are Social dan Hootsuite (2021), penetrasi pengguna internet di Indonesia telah mencapai 202,6 juta jiwa atau 73,7% pada Januari 2021. Angka ini meningkat 15,5% dari Januari 2020.

Keempat, mengenai populasi masyarakat yang belum punya rekening bank (unbanked) dan memiliki keterbatasan akses terhadap layanan keuangan (underbanked) di Indonesia yang masih tinggi dengan jumlah masing-masing mencapai 92 juta jiwa dan 47 juta jiwa (menurut data Bain, Google, dan Temasek, 2019). Angka tersebut tertinggi di kawasan ASEAN.

Kelima, soal perilaku digital masyarakat--penggunaan gawai untuk berkomunikasi dan berbelanja, misalnya--yang terbilang semakin intens. Hal tersebut juga turut mendorong peningkatan tren yang tercermin dari tren kenaikan transaksi e-commerce (e-niaga), digital banking, dan uang elektronik dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir.

Tantangan Transformasi Digital Perbankan

Namun, di tengah prospek yang cerah di atas, menurut catatan OJK, ada beberapa tantangan bagi upaya transformasi digital perbankan ke depan, mulai dari perlindungan data pribadi dan risiko kebocoran data, isiko serangan siber, literasi keuangan digital yang masih rendah, hingga infrastruktur teknologi informasi yang belum merata di Indonesia.

Selain itu, euforia narasi bank digital di Indonesia akhir-akhir ini menyembunyikan masalah yang perlu diperhatikan, yakni soal tingkat kematangan (maturity level) digitalisasi perbankan yang masih rendah.

Mengacu pada laporan OJK dalam dokumen Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan, nilai rerata tingkat kematangan pada perbankan di Tanah Air berada dalam kategori level 1.

Hanya sejumlah kecil bank yang tercatat telah masuk ke dalam kategori level 2 atau 3.

Adapun, tingkat kematangan tersebut diukur dengan menggunakan enam dimensi penilaian Digital Maturity Assessment for Bank (DMAB).

Keenam dimensi penilaian tersebut adalah data (perlindungan data, misalnya), teknologi, manajemen risiko, kolaborasi (antarbank, misalnya), tatanan institusi, dan customer.

Secara rinci, semakin tinggi level skor hasil penilaian DMAB (level 1 - 3), semakin tinggi pula nilai maturitas digital suatu bank.

"Hasil ini mengindikasikan bahwa terdapat kebutuhan untuk memfasilitasi transformasi digital perbankan agar dapat mendorong sebagian besar Bank di Indonesia dalam melakukan transformasi digital," jelas OJK dalam dokumen Cetak Biru, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (29/12/2021).

Jadi, di tengah adanya tren digitalisasi di industri perbankan dan juga prospek bank digital yang positif ke depan, masih ada sejumlah pekerjaan rumah alias PR yang perlu diselesaikan para pemain perbankan agar narasi manis soal 'go digital' tidak berakhir dengan kegagalan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Digital Bank Vs Bank Digital, Apa Sih Bedanya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular