Perak Loyo di Awal Pekan, Dolar AS Biang Keroknya

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
27 December 2021 10:09
Petugas menunjukkan cincin perak di pasar mas Cikini, Senin, 22/11. Harga perak dunia turun pada perdagangan ini di tengah kebimbangan antara potensi inflasi yang lebih tinggi dan sikap The Fed yang menahan suku bunga. Harga perak di pasar spot tercatat US$ 15,0200/troy ons, turun 0,12% . Pantauan CNBC Indonesia di lokasi. Harga perak terpantau stabil Di toko Bukit Mas, harga perak dijual per-ring seharga Rp700 ribu. Di Toko Yossi berlian perak dijual per gram seharga Rp200 ribu.  (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Perhiasan Perak (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga perak terpantau melemah di awal pekan ini tertekan oleh penguatan dolar dan meredanya sentimen COVID-19.

Pada Senin (27/12/2021) harga perak di pasar spot tercatat US$ 22,87/ons, turun 0,31% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.

PerakSumber: Refinitiv

Indeks dolar AS (DXY) naik tipis 0,11% dari level terlemahnya dalam hampir seminggu. Kenaikan itu membuat perak yang diperdagangkan dengan greenback kurang menarik bagi pemegang mata uang selain dolar.

Sementara itu, pasar saham di Eropa dan Asia mencatat kenaikan mingguan pada hari Jumat di tengah tanda-tanda varian Omicron tidak akan secara signifikan menggagalkan pertumbuhan ekonomi global.

Penyebaran Omicron memang terus meluas namun studi terbaru menunjukkan tingkat varian baru tersebut tidak lebih berbahaya dibanding varian Delta mengurangi minat investor terhadap safe haven.

Penelitian oleh London's Imperial College yang diterbitkan Rabu (22/12/2021), menunjukkan risiko rawat inap di rumah sakit untuk pasien dengan varian Omicron adalah 40-45%. Angka itu lebih rendah daripada pasien dengan varian Delta.

Sebuah studi Afrika Selatan, juga menunjukkan pengurangan risiko rawat inap dan penyakit parah pada orang yang terinfeksi varian Omicron dibandingkan Delta. Sebagai catatan, beberapa di antaranya mungkin karena kekebalan populasi yang tinggi.

Studi tersebut dilakukan oleh sekelompok ilmuwan dari Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) dan universitas besar termasuk Universitas Witwatersrand dan Universitas KwaZulu-Natal.

Mereka menemukan risiko masuk rumah sakit kira-kira 80% lebih rendah bagi mereka yang terinfeksi Omicron dibandingkan dengan Delta, dan bagi mereka yang dirawat di rumah sakit, risiko penyakit parah kira-kira 30% lebih rendah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pengangguran AS Bagus tapi Perak Loyo, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular