Rupiah Ganas! Ini Deretan Mata Uang yang Jadi Korban

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 23/12/2021 14:25 WIB
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Membaiknya sentimen pelaku pasar membuat rupiah ganas dalam beberapa terakhir. Tidak hanya melawan melawan dolar Amerika Serikat (AS), mata uang lainnya juga menjadi korban rupiah.

Pada pembukaan perdagangan Kamis (23/12), rupiah langsung melesat 0,6% melawan dolar AS ke Rp 14.200/US$. Setelahnya rupiah mengendur, pada pukul 13:14 WIB berada di Rp 14.240/US$, menguat 0,31% di pasar spot.

Pergerakan yang sama terjadi melawan mata uang lainnya, mulai dari Asia hingga Eropa. Semua mata uang tersebut dibabat rupiah.


Hingga siang ini, dolar Singapura dibuat melemah 0,26%, kemudian dolar Australia juga turun 0,29%. Ringgit Malaysia menjadi mata uang yang penurunan paling tajam melawan rupiah di Asia, sebesar 0,41%.

Beralih ke Eropa, poundsterling Inggris turun 0,29%, sementara euro dan franc Swiss masing-masing 0,2%.

Berikut pergerakan mata uang dunia melawan rupiah hingga pukul 13:14 WIB.

Ketika sentimen pelaku pasar membaik, rupiah memang menjadi perkasa. Dengan kondisi fundamental ekonomi yang cukup bagus, penyebaran penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang terkendali, serta imbal hasil yang tinggi membuat rupiah bersinar pelaku pasar kembali ke aset-aset berisiko.

Membaiknya sentimen pelaku pasar terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dalam konferensi pers pada Selasa menyerukan warga AS mendapatkan suntikan penguat vaksin, mengklaim bahwa penerima akan "amat sangat terlindungi."

Dia juga menegaskan bahwa pemerintah tak akan melakukan pembatasan sosial (lockdown) ketat seperti yang pernah diberlakukan sebelumnya.

Di sisi lain, FDA menyetujui penggunaan dan peredaran obat besutan Pfizer untuk menekan tingkat keparahan infeksi Covid-19. Studi menunjukkan bahwa pil tersebut memiliki efektivitas hingga 89% untuk meringankan gejala Covid sehingga tak perlu mondok di rumah sakit.

Hal ini memberikan harapan bahwa penanganan pandemi bakal kian membaik sekalipun di negara yang tingkat vaksinasinya rendah. Jika penanangan pandemi membaik, maka harapan bahwa pandemi terakhir pun bakal kian besar, sehingga ekonomi segera berjalan normal.

Selain itu hasil studi di Inggris menunjukkan Omcron lebih "jinak" ketimbang varian Delta.

Riset dari Public Health Scotland menunjukkan varian Omicron tidak memicu penambahan pasien di rumah sakit yang signifikan pada periode November - Desember. Riset tersebut menunjukkan Omicron dua pertiga lebih "jinak" ketimbang Delta yang menyebabkan banyak pasien harus dirawat di rumah sakit.

Omicron hanya menimbulkan gejala ringan bagi orang-orang yang sudah divaksinasi.

Meski masih sangat awal, dr. Jim McMenamin, direktur di Publik Health Scotland, menyebut riset tersebut sebagai "kabar baik yang memenuhi syarat", tetapi ia juga memperingatkan jangan menganggap remeh.

"Penting bagi kita untuk tetap berhati-hati. Dampak serius yang bisa ditimbulkan Omicron tidak bisa dianggap remeh," kata McMenamin sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (22/12).

Hasil penelitian yang sama juga ditunjukkan di Afrika Selatan, negara asal Omicron.

Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) Afrika Selatan menemukan bahwa mereka yang terinfeksi Omicron jauh lebih kecil kemungkinannya untuk berakhir di rumah sakit daripada mereka yang terinfeksi Delta. Ini dipaparkan Rabu kemarin.

"Di Afrika Selatan, ini adalah epidemi. Omicron berperilaku dengan cara yang tidak terlalu parah," kata Profesor Cheryl Cohen dari NICD kepada Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS