Ibarat Bandar, Erdogan Bikin Kurs Lira Bak Roller Coaster!
Jakarta, CNBC Indonesia - Laju penguatan kurs lira Turki masih terus berlanjut, Rabu kemarin mampu mencatat penguatan lebih dari 3% ke bawah TRY 12/US$. Kini dalam 3 hari total kurs lira meroket lebih dari 36%.
Pergerakan tersebut menegaskan pergerakan lira yang seperti roller coaster. Sebelum menguat tajam 3 hari terakhir, lira sudah jeblok lebih dari 55% hingga menyentuh TRY 18,3/US$ yang merupakan rekor terlemah sepanjang masa.
Penguatan tajam lira di pekan ini berkat kebijakan terbaru yang diambil Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Tetapi, jika melihat jebloknya nilai tukar lira, penyebabnya juga sang presiden sendiri.
Jebloknya nilai tukar lira berawal dari dipecatnya gubernur bank sentral Turki, Naci Agbal, oleh Erdogan pada Maret lalu. tanpa ada alasan. Pasar melihat pemecatan tersebut dilakukan akibat Agbal yang agresif menaikkan suku bunga.
Di bawah era Agbal, nilai tukar lira Turki sangat perkasa. Sebelumnya, lira sudah berada di rekor terlemah sepanjang sejarah pada November tahun lalu, ketika Agbal mulai menaikkan suku bunga perlahan lira bangkit, hingga mencatat penguatan 24% dari rekor terendah.
Lira Turki juga menjadi mata uang terbaik di dunia awal tahun ini. Sejak akhir 2020 hingga 18 Februari lalu lira membukukan penguatan 6,6% melawan dolar AS.
Semua berubah ketika Sahap Kavcioglu ditunjuk sebagai gubernur TCMB menggantikan Agbal. Hingga saat ini TCMB yang dipimpin Sahap Kavcioglu sudah memangkas suku bunga dalam 4 bulan beruntun dengan total 500 basis poin ke 14%.
Padahal, Turki sedang menghadapi inflasi yang tinggi, di bulan November tercatat sebesar 21,31%. Lazimnya, ketika inflasi tinggi maka bank sentral akan menaikkan suku bunga, yang dilakukan TCMB malah sebaliknya.
Alhasil, kurs lira terus terpuruk di tahun ini. Posisi lira dari mata uang terbaik di dunia berubah menjadi yang terburuk. Hal tersebut dikatakan gila, sebagai akibat kebijakan moneter yang edan.
"Jika kita melihat dimana posisi lira sekarang itu sesuatu yang gila, tetapi itu merupakan refleksi kebijakan moneter edan yang diterapkan Turki," kata Tim Ash, ahli strategi negara berkembang di Bluebat Asset Management dalam sebuah catatan yang dikutip CNBC International, Selasa (23/11).
Bukan tanpa alasan TCMB agresif memangkas suku bunga. Kebijakan tersebut bermula dari pandangan Presiden Recep Tayyip Erdogan jika suku bunga tinggi merupakan "biangnya setan". Erdogan mempercayai suku bunga tinggi malah akan memperburuk inflasi.
TCMB pun "asal bapak senang" dan memangkas suku bunga secara agresif. Sebab, jika kebijakan TCMB berbeda dengan pandangan Erdogan, maka gubernurnya akan dipecat.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Erdogan "Bersabda", Lira Langsung Meroket
(pap/pap)