
Bank Sentral Inggris "Ngeprank", Kurs Poundsterling Jadi Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam dua bulan beruntun, bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) membuat kejutan. Pada bulan November lalu BoE dibawah pimpinan Andrew Bailey diperkirakan akan menaikkan suku bunga, nyatanya dipertahankan.
Akibat keputusan mempertahankan suku bunga tersebut, Gubernur BoE, Andrew Bailey, diberi label "Unreliable Boyfriend" atau teman yang tidak bisa diandalkan oleh pasar. Sebab sebelumnya memberikan sinyal kuat akan menaikkan suku bunga, tetapi nyatanya tidak.
"Unreliable Boyfriend" sebelumnya juga pernah disematkan ke pendahulu Bailey, yakni Mark Carney.
"Komunikasi yang menyedihkan dari BoE. Bailey pada dasarnya membuat kita bereskpektasi suku bunga akan naik, tetapi pada akhirnya memilih mempertahankan suku bunga," kata Peter Kinsella, kepala analis mata uang di bank UBP Swiss, sebagaimana diwartakan Reuters, Kamis (4/11).
Sementara itu Beiley membela keputusannya mempertahankan suku bunga dengan mengatakan para anggota dewan BoE tidak pernah mengindikasikan akan menaikkan suku bunga dalam rapat kebijakan moneter tertentu, dan masih perlu menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan jika kinerja ekonomi sesuai ekspektasi.
Kurs poundsterling pun jeblok melawan rupiah. Sejak pengumuman tersebut pada 4 November lalu, hingga Senin awal pekan ini, poundsterling sudah jeblok lebih dari 3%. Setelahnya, poundsterling perlahan bangkit dan menguat 4 hari beruntun.
Penguatan tersebut terakselerasi setelah BoE Kamis kemarin menaikkan suku bunga. Penguatan poundsterling berlanjut hari ini, Jumat (17/12). Poundsterling sempat menguat 0,5% ke Rp 19.190/GBP.
Ucapan Bailey pada bulan lalu membuat BoE diprediksi akan mempertahankan suku bunga Kamis kemarin, ternyata malah dinaikkan menjadi 0,25% dari rekor terendah 0,1%.
Inflasi yang tinggi juga menjadi alasan BoE menaikkan suku bunga. Di bulan November inflasi tumbuh 5,1% (yoy), tertinggi dalam 10 tahun terakhir, dan jauh di atas target BoE sebesar 2%. BoE juga memprediksi inflasi akan mencapai puncaknya sebesar 6% sekitar bulan April 2022.
"Perkembangan ekonomi terbaru mengindikasikan kondisi yang sudah sesuai untuk menaikkan suku bunga. Pasar tenaga kerja yang ketat dan terus mengetat, serta adanya beberapa tanda kenaikan biaya serta tekanan harga yang persisten," tulis BoE yang dikutip CNBC International, Kamis (16/12).
Meski suku bunga dinaikkan, bank sentral Inggris masih mempertahankan program pembelian obligasi senilai 875 miliar poundsterling (US$ 1,16 trillun) dan obligasi korporat sebesar 20 miliar poundsterling.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Top Rupiah! Poundsterling 'Lengser' ke Bawah Rp 20.000
