
Yok Berburu Cuan di Saham Bank Mini, Bergerak Liar Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten bank mini, dengan modal inti di bawah Rp 6 triliun, menguat pada awal perdagangan hari ini, Rabu (15/12/2021), berhasil rebound dari kecenderungan koreksi pada perdagangan Selasa (14/12).
Berikut penguatan saham bank mini, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.24 WIB.
Bank Maspion Indonesia (BMAS), saham +10,50%, ke Rp 2.210/saham
Bank Ganesha (BGTG), +6,47%, ke Rp 362/saham
Bank Jago (ARTO), +4,07%, ke Rp 15.975/saham
Bank Victoria International (BVIC), +3,88%, ke Rp 268/saham
Bank Amar Indonesia (AMAR), +2,70%, ke Rp 570/saham
Bank IBK Indonesia (AGRS), +2,16%, ke Rp 189/saham
Bank Oke Indonesia (DNAR), +1,76%, ke Rp 346/saham
Bank MNC Internasional (BABP), +1,75%, ke Rp 232/saham
Bank Jtrust Indonesia (BCIC), +1,68%, ke Rp 242/saham
Bank Aladin Syariah (BANK), +1,65%, ke Rp 2.460/saham
Bank Raya Indonesia (AGRO), +1,48%, ke Rp 2.060/saham
Bank Artha Graha Internasional (INPC), +1,37%, ke Rp 148/saham
Bank QNB Indonesia (BKSW), +0,82%, ke Rp 246/saham
Bank Ina Perdana (BINA), +0,80%, ke Rp 3.800/saham
Bank Neo Commerce (BBYB), +0,76%, ke Rp 2.650/saham
Bank Bumi Arta (BNBA), +0,70%, ke Rp 4.340/saham
Menurut data di atas, saham BMAS memimpin kenaikan sebesar 10,50%. Dengan demikian, dalam sepekan saham BMAS melesat 55,71%.
Saham BGTG juga melejit 6,47% pagi ini di tengah aksi beli bersih oleh asing Rp 5,89 miliar.
Setali tiga uang, saham ARTO dan BVIC masing-masing terkerek 4,07% dan 3,88%.
Bank Victoria sendiri sedang dalam proses penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD/private placement) dengan menerbitkan 948.979.590 (948,98 juta) saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 196/saham. Dana yang akan dikumpulkan Bank Victoria dalam private placement tersebut mencapai Rp 185,99 miliar.
Aksi korporasi tersebut dilakukan demi memenuhi ketentuan modal minimum Rp 2 triliun berdasarkan POJK No. 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum.
Narasi bank digital yang terus berkembang sejak awal tahun ini dan ketentuan regulator soal pemenuhan modal minimum bank menjadi katalis utama melonjaknya saham-saham bank mini.
Memang, tahun 2021 menjadi momentum yang menjanjikan bagi bank digital seiring dengan tren digitalisasi dan ramainya akuisisi sejumlah investor global untuk masuk ke bank digital.
Bukan hanya investor perbankan, investor korporasi non-bank, konglomerat hingga perusahaan rintisan alias startup berlomba-lomba masuk berinvestasi ke bank digital.
Sebagai informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mewajibkan bank untuk memiliki modal minimal Rp 2 triliun jika tak mau turun kasta menjadi BPR alias Bank Perkreditan Rakyat.
Adapun untuk 2022, modal minimal mencapai Rp 3 triliun sebagaimana termaktub dalam Peraturan OJK (POJK) Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa keuangan (OJK) Heru Kristiyana menjelaskan, proses bank-bank tersebut meningkatkan modal inti terus berjalan.
Heru menambahkan, upaya meningkatkan modal inti tersebut dilakukan oleh bank dengan melakukan konsolidasi atau mencari partner strategis."Semua bank itu sudah mengarah ke sana, saya yakin benar, pasti mereka akan memenuhi aturan kita. Kalau tidak penuhi sanksi berat, turun kelas menjadi BPR," kata Heru Kristiyana, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Kamis (25/11/2021).
Berdasarkan data CNBC Indonesia, setidaknya masih terdapat 13 bank yang saat ini belum memenuhi ketentuan permodalan minimal ini. Untuk menyebut beberapa, ada Bank Ina, Bank Ganesha, Bank Capital Indonesia, Bank MNC Internasional, dan Bank Aladin Syariah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Tahun, Saham Bank Mini Ngacir Berjamaah