Ngegas Terus! Saham Bank Mini Terus Bergerak Liar
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten bank mini, dengan modal inti di bawah Rp 6 triliun, kembali melesat pada awal perdagangan hari ini, Senin (13/12/2021), melanjutkan kecenderungan kenaikan setidaknya sejak awal pekan lalu atau Senin (6/12).
Berikut penguatan saham bank mini, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.11 WIB.
Bank Amar Indonesia (AMAR), saham +13,21%, ke Rp 480/saham
Bank QNB Indonesia (BKSW), +10,78%, ke Rp 226/saham
Bank Maspion Indonesia (BMAS), +8,82%, ke Rp /1.665saham
Bank Victoria International (BVIC), +7,14%, ke Rp 240/saham
Bank MNC Internasional (BABP), +4,27%, ke Rp 244/saham
Bank Artha Graha Internasional (INPC), +3,47%, ke Rp 149/saham
Bank Neo Commerce (BBYB), +2,70%, ke Rp 2.660/saham
Bank Oke Indonesia (DNAR), +2,38%, ke Rp 344/saham
Bank IBK Indonesia (AGRS), +2,16%, ke Rp 189/saham
Bank Capital Indonesia (BACA), +2,05%, ke Rp 298/saham
Bank Jtrust Indonesia (BCIC), +1,67%, ke Rp 244/saham
Bank Ganesha (BGTG), +1,30%, ke Rp 312/saham
Bank Aladin Syariah (BANK), +1,23%, ke Rp 2.470/saham
Allo Bank Indonesia (BBHI), +0,63%, ke Rp 8.025/saham
Menurut data di atas, saham AMAR memimpin kenaikan dengan besaran persentase 13,21%. Dalam sepekan terakhir, saham AMAR melesat 5 kali dan hanya sekali memerah. Alhasil, dalam seminggu saham ini melejit 46,84%.
Saham BKSW dan BMAS juga terkerek naik 10,78% dan 8,82%. Dalam sepekan belakangan, kedua saham tersebut masing-masing melonjak 31,76% dan 21,20%.
Setali tiga uang, saham BVIC terangkat 7,14% ke Rp 240/saham, setelah menghijau 5 kali dan sekali stagnan dalam seminggu.
Saham BVIC melambung 31,76% dalam sepekan terakhir dan naik 15,46% dalam sebulan.
Bank Victoria sendiri sedang dalam proses penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD/private placement) dengan menerbitkan 948.979.590 (948,98 juta) saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 196/saham. Dana yang akan dikumpulkan Bank Victoria dalam private placement tersebut mencapai Rp 185,99 miliar.
Aksi korporasi tersebut dilakukan demi memenuhi ketentuan modal minimum Rp 2 triliun berdasarkan POJK No. 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum.
Hingga akhir September 2021 lalu, nilai modal inti Bank Victoria baru sebesar Rp 1,77 triliun.
Akhir 2021 ini memang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharuskan bank untuk memiliki modal minimal Rp 2 triliun jika tak mau turun kasta menjadi BPR alias Bank Perkreditan Rakyat.
Untuk tahun depan, modal minimal mencapai Rp 3 triliun sebagaimana termaktub dalam Peraturan OJK (POJK) Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa keuangan (OJK) Heru Kristiyana menjelaskan, proses bank-bank tersebut meningkatkan modal inti terus berjalan.
Heru menambahkan, upaya meningkatkan modal inti tersebut dilakukan oleh bank dengan melakukan konsolidasi atau mencari partner strategis."Semua bank itu sudah mengarah ke sana, saya yakin benar, pasti mereka akan memenuhi aturan kita. Kalau tidak penuhi sanksi berat, turun kelas menjadi BPR," kata Heru Kristiyana, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Kamis (25/11/2021).
Berdasarkan data CNBC Indonesia, setidaknya masih terdapat 13 bank yang saat ini belum memenuhi ketentuan permodalan minimal ini. Untuk menyebut beberapa, ada Bank Ina, Bank Ganesha, Bank Capital Indonesia, Bank MNC Internasional, dan Bank Aladin Syariah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)