
Asing Kabur dari Bursa RI, Gegara The Fed Percepat Tapering?

Tapering yang Dibayangi Omicron & 'Hantu' Inflasi
Namun, perlu disimak juga bahwa inflasi AS yang tinggi--yang turut membuat The Fed mempertimbangkan untuk mempercepat laju tapering--terus menggentayangi pasar.
Para pelaku pasar menanti rilis data inflasi di Negeri Paman Sam malam ini.
Rilis data tersebut bisa menggambarkan seberapa "bebal" inflasi tinggi di AS yang bisa mempengaruhi kebijakan moneter The Fed. Hasil survei Wall Street memprediksi inflasi akan melesat 6,7% year-on-year (yoy) yang merupakan level tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
Selain soal inflasi AS, sebenarnya sentimen pelaku pasar masih cukup bagus, sebab galur anyar virus corona (Covid-19) Omicron dikatakan hanya menimbulkan gejala ringan.
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan, meski tidak menimbulkan gejala yang parah, Omicron lebih mudah menyebar dan ada risiko tingkat keterisian rumah sakit akan meningkat.
"Bahkan jika tingkat keparahannya sama atau bahkan berpotensi lebih rendah daripada varian Delta, diyakini rawat inap akan meningkat jika lebih banyak orang terinfeksi dan akan ada jeda waktu antara peningkatan insiden kasus serta peningkatan kasus kematian," ujar lembaga kesehatan global itu dikutip Straits Times, Kamis (9/12/2021).
Dengan demikian, perkembangan kabar tapering dan penyebaran virus Covid-19 Omicron masih akan terus membayangi mood investor ke depan.
Window Dressing Desember Bakal Diganggu Omicron?
Nah, pertanyaan terakhir, apakah faktor musiman (seasonality) dari IHSG di penghujung tahun di mana IHSG biasanya berakhir positif akan diganggu oleh kabar soal Covid-19 Omicron?
Menurut data yang dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia, jika melihat faktor musiman Desember maka kecenderungan IHSG mencatatkan koreksi terbilang sangat minim. Dalam 10 tahun terakhir (2011-2020) kinerja bulanan IHSG konsisten positif dengan rerata imbal hasil 3,23%.
Salah satu faktor pendorong fenomena ini adalah aktivitas mempercantik portofolio para fund manager yang lebih dikenal dengan istilah window dressing. Biasanya kenaikan IHSG juga akan dilanjutkan ke awal tahun berikutnya dan fenomena ini dinamai January Effect.
Saham-saham yang menjadi sasaran window dressing bulan Desember adalah saham blue chip yang nilai kapitalisasi pasarnya besar sehingga bobotnya terhadap indeks juga besar.
Melihat data historis di atas, IHSG bisa berpeluang besar kembali mencatatkan kinerja positif di akhir tahun. Namun, di tengah adanya Omicron dan juga isu tapering di atas yang sedikit-banyak akan mempengaruhi sentimen pasar, tidak tertutup pula peluang IHSG terkoreksi pada bulan ini.
Singkatnya, investor masih akan terus mengamati perkembangan virus Omicron dan pagebluk Covid-19 secara keseluruhan--berikut kebijakan moneter ala The Fed ke depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)[Gambas:Video CNBC]
