IHSG Hati-Hati, Virus Corona Omicron Tak Berbahaya tapi....

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 December 2021 07:10
pembukaan bursa saham
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penguatan 0,61% ke 6.643,932 pada perdagangan Kamis (9/12). IHSG bahkan nyaris tak menyentuh zona merah kemarin, tetapi pada perdagangan hari ini, Jumat (10/12) perjuangan untuk menguat akan lebih berat.

Sebabnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Kamis waktu setempat. Indeks Nasdaq bahkan jeblok hingga 1,71%, S&P 500 turun 0,7%, dan Dow Jones stagnan. Hal yang sama juga menimpa bursa saham Eropa kemarin, hanya Indeks FTSE MIB yang menguat, bursa saham utama Benua Biru lainnya merah.

Memang sentimen pelaku pasar masih cukup bagus, sebab virus corona Omicron dikatakan hanya menimbulkan gejala ringan. Tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan meski tidak menimbulkan gejala yang parah, tetapi Omicron lebih mudah menyebar dan ada risiko tingkat keterisian rumah sakit akan meningkat.

"Bahkan jika tingkat keparahannya sama atau bahkan berpotensi lebih rendah daripada varian Delta, diyakini rawat inap akan meningkat jika lebih banyak orang terinfeksi dan akan ada jeda waktu antara peningkatan insiden kasus serta peningkatan kasus kematian," ujar lembaga kesehatan global itu dikutip Straits Times, Kamis (9/12/2021).

Selain itu, pelaku pasar juga menanti rilis data inflasi AS yang diperkirakan berada di level tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Tingginya inflasi bisa membuat bank sentral AS (The Fed) agresif dalam menormalisasi kebijakan moneternya, yang bisa memberikan dampak negatif ke pasar saham global. Data inflasi di AS akan dirilis malam ini, sehingga ada risiko pelaku pasar melakukan aksi profit taking yang bisa membuat IHSG tertekan. 

Secara teknikal, IHSG kini berada di resisten 6.630, jika mampu dilewati target selanjutnya ke 6.670. IHSG berpeluang ke level psikologis 6.700 jika level tersebut juga dilewati.

Meski kemarin menguat, IHSG masih berfluktuasi dan tekanan masih ada dari duet pola Doji dan Shooting star. IHSG pun jeblok pada Jumat (26/11) hingga awal Desember.

Pola Doji di bentuk pada awal Senin (22/11) yang memberikan sinyal netral. Artinya, pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah, apakah lanjut naik atau balik turun.

jkseGrafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv 

Kemudian pada Kamis (25/11), IHSG yang gagal mempertahankan penguatan tajam membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset.

Penurunan IHSG selalu tertahan rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), sebelum akhirnya rebound.

MA 50 kini berada di kisaran 6.560 hingga 6.570 yang menjadi support kuat jika IHSG kembali terkoreksi dan menembus ke bawah level psikologis 6.600.

jkseGrafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Risiko terjadinya koreksi terlihat dari grafik 1 jam dimana indikator Stochastic berada di wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular