The Fed Diramal Agresif di 2022, Ini Kunci Rupiah Bertahan
Jakarta, CNBC Indonesia - Pengumuman kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) pada pekan depan menjadi perhatian utama pelaku pasar global, selain tentunya perkembangan penyebaran virus corona varian Omicron.
Pada bulan lalu, The Fed baru saja mengumumkan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) senilai US$ 15 miliar setiap bulannya. Tetapi, belum sebulan berselang, bank sentral paling powerful di dunia tersebut sudah mengeluarkan wacana untuk mempercepat laju tapering.
"Saat ini perekonomian sangat kuat dan inflasi juga sangat tinggi, oleh karena itu menurut pandangan saya akan tepat jika mempertimbangkan menyelesaikan tapering lebih cepat, mungkin beberapa bulan lebih awal," kata ketua The Fed, Jerome Powell di hadapan Senat AS, sebagaimana diwartakan CNBC International, Selasa (30/11).
Powell juga mengatakan akan membahas mengenai percerpatan tapering di bulan ini.
"Saya mengharapkan The Fed akan mendiskusikan percepatan tapering pada rapat bulan Desember," tambah Powell.
Nilai QE The Fed saat ini sebesar US$ 120 miliar, dan tapering sudah mulai dilakukan pada November lalu. Artinya, hingga QE menjadi nol diperlukan waktu selama 8 bulan.
The Fed kini diperkirakan akan meningkatkan tapering hingga menjadi US$ 30 miliar per bulan, sehingga QE akan menjadi nol dalam waktu 4 sampai 5 bulan. Selain itu, The Fed juga diprediksi akan memberikan indikasi agresif menaikkan suku bunga di tahun depan.
Untuk saat ini, The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga dua hingga tiga kali di tahun depan.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat ada probabilitas sebesar 43,6% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (0,25%) menjadi 0,25% - 0,5% pada Juni 2022.
Kemudian The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga lagi pada bulan September dan Desember 2022, masing-masing sebesar 25 basis poin.
Meski The Fed diperkirakan agresif dalam menaikkan menormalisasi kebijakan moneternya, nyatanya tidak serta merta membuat dolar AS merajalela, rupiah masih cukup kuat jika melihat pergerakannya yang mampu menguat 3 hari beruntun di pekan ini.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Ini Kunci Penguatan Rupiah
(pap/pap)