
Tok! Didi Delisting, Kisah Cinta China-Wall Street "The End"?

Hubungan ketertarikan antara China dan Wall Street menjadi semakin sepihak. Bank-bank Wall Street seperti Goldman Sachs dan JPMorgan Chase sedang merekrut dan berinvestasi besar-besaran dalam membangun bisnis mereka di Cina daratan.
Regulator Tiongkok telah melonggarkan batasan tentang apa yang dapat dilakukan bank asing di dalam negeri. Tetapi perusahaan-perusahaan tersebut masih akan tunduk pada hukum dan kebiasaan bisnis Tiongkok.
China juga memiliki Hong Kong, yang tetap menjadi ibu kota keuangan meskipun Beijing memperketat cengkeramannya atas pemerintah kota administratif itu dan kehidupan sehari-hari warga di sana. Didi pada hari Jumat membuka kesempatan bagi investor yang telah membeli saham di bursa New York untuk menukarnya dengan yang suatu saat akan segera diperdagangkan di Hong Kong.
Langkah Didi menimbulkan perhatian pada perusahaan China yang masih diperdagangkan di AS dan mewakili jumlah uang yang sangat besar. Sebuah komisi di Kongres AS memperkirakan tahun ini bahwa hampir 250 perusahaan China memiliki total US$ 2,1 triliun dalam perdagangan saham di bursa Amerika.
Dampak langsung terjadi pada perdagangan akhir pekan lalu ketika saham Didi ambles 22,18%, yang diikuti oleh penurunan luas di banyak perusahaan China lain yang terdaftar di Wall Street. Saham Alibaba Group Holding Ltd misalnya turun 8,2%, menyebabkan kapitalisasi pasar perusahaan menguap sekitar US$ 27 miliar.
Harga saham Pinduoduo Inc. menyusut 8,2%, dengan perusahaan mesin peramban raksasa China, Baidu Inc. terkoreksi 7,8%. Selanjutnya perusahaan e-commerce JD.com Inc. harga sahamnya juga ikut melemah 7,7%.
Regulator China dikatakan telah mencari cara untuk membatasi pencatatan perusahaan China di Paman Sam. Pekan lalu, mereka membantah laporan bahwa mereka akan menutup celah hukum yang telah lama digunakan oleh perusahaan China seperti Didi dan Alibaba untuk mendaftar di luar negeri sambil mempertahankan kontrol perusahaan di China daratan.
Tetapi bahkan tanpa tindakan pengaturan lebih lanjut, sangat sedikit perusahaan China telah terdaftar di AS sejak IPO Didi . Apalagi disertai tindakan keras peraturan terhadap perusahaan oleh Beijing.
Di tahun 1990-an, bankir Wall Street dapat melobi Washington atas nama China dan mendapatkan hasil. Seperti ketika Kepala Goldman Sachs dan American International Group membujuk Presiden Bill Clinton untuk mencapai kesepakatan guna membantu Tirai bambu bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) pada tahun 2001.
Wall Street juga mampu melakukan intervensi di rezim Presiden George W. Bush dan Barack Obama. Namun, belakangan ini, telepon dari para eksekutif Wall Street semakin tidak didengar di Washington di mana pada 2019, pemerintahan mantann presiden Trump menyebut China sebagai manipulator mata uang.
Label itu memang kemudian secara resmi dihapus. Tetapi sentimen untuk bersikap keras terhadap China tetap ada. Saat hubungan ketika hubungan AS dan Cina mulai mendingin pasca kepemimpinan Trump, semakin banyak perusahaan seperti Didi akan terjebak di tengah situasi politik tersebut.
HALAMAN 3>>
(fsd)