Jangan Ketinggalan, Saham Properti Sedang Berlari
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten properti menguat pada awal perdagangan hari ini, Jumat (3/12/2021), usai cenderung melemah dalam beberapa hari terakhir.
Indeks sektoral properti (IDXPROPERT) pun memimpin indeks sektoral dengan naik 0,85% pagi ini.
Sementara, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.18 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil naik tipis 0,09% ke 6.589,97.
Berikut kenaikan saham properti pagi ini.
Binakarya Jaya Abadi (BIKA), saham +3,39%, ke Rp 244/saham
Summarecon Agung (SMRA), +3,05%, ke Rp 845/saham
PP Properti (PPRO), +2,94%, ke Rp 70/saham
Bukit Darmo Property (BKDP), +2,00%, ke Rp 51/saham
Trimitra Prawara Goldland (ATAP), +1,91%, ke Rp 160/saham
Royalindo Investa Wijaya (INDO), +1,82%, ke Rp 112/saham
Greenwood Sejahtera (GWSA), +1,57%, ke Rp 194/saham
Ciputra Development (CTRA), +1,47%, ke Rp 1.035/saham
Bumi Serpong Damai (BSDE), +1,44%, ke Rp 1.055/saham
Andalan Sakti Primaindo (ASPI), +1,43%, ke Rp 71/saham
Pakuwon Jati (PWON), +1,27%, ke Rp 480/saham
Agung Podomoro Land (APLN), +0,79%, ke Rp 128/saham
Lippo Karawaci (LPKR), +0,70%, ke Rp 144/saham
Alam Sutera Realty (ASRI), +0,59%, ke Rp 170/saham
Menurut data di atas, saham BIKA memimpin kenaikan sebesar 3,39% ke Rp 244/saham, usai melemah 2,48% kemarin.
Kedua, saham SMRA berhasil naik 3,05% ke Rp 845/saham, rebound usai terbenam selama 3 hari beruntun. Dengan ini, saham SMRA masih stagnan selama sepekan dan ambles 8,06% dalam sebulan.
Setali tiga uang, saham PPRO juga terapresiasi 2,94%. Dalam seminggu saham PPRO masih turun 2,31%, sedangkan dalam sebulan melemah 4,09%.
Selain BIKA, 3 saham emiten properti dengan kapitalisasi pasar mini (di bawah Rp 500 miliar) lainnya juga menguat pagi ini. Saham BKDP naik 2,00%, saham ATAP menguat 1,91%, dan saham INDO terkerek 1,82%.
Kabar terbaru untuk sektor properti, Asisten Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengatakan sinergi pemerintah bersama otoritas sektor keuangan harus berlanjut guna mendukung pemulihan ekonomi nasional.
Oleh karena itu, Juda mengusulkan kepada pemerintah agar kebijakan insentif pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah (DTP), termasuk soal uang muka 0% untuk sektor properti, bisa dilanjutkan hingga akhir 2022 mendatang.
Pasalnya Bank Indonesia belum akan melakukan pengetatan atau stabilisasi kebijakan sehingga akan akomodatif dalam kebijakan counter cyclical buffer yang masih nol.
"Kebijakan moneter kita masih pro growth khususnya makroprudensial. Kita masih harus bersinergi dengan banyak pihak seperti pemerintah kita berharap pemerintah masih akan menanggung insentif uang muka 0% PPN properti. Mudah-mudahan masih akan ditanggung pemerintah," kata Juda dalam webinar Bank Indonesia Bersama Masyarakat (BIRAMA), Kamis (2/12/2021).
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) melanjutkan kebijakan pelonggaran ketentuan Uang Muka Kredit/Pembiayaan Kendaraan Bermotor dan properti sampai tahun depan, menjadi paling sedikit 0% untuk semua jenis kendaraan bermotor baru.
Selain itu juga memperpanjang pelonggaran rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) Kredit/Pembiayaan Properti menjadi paling tinggi 100% untuk semua jenis properti.
Baik itu untuk rumah tapak, rumah susun, serta ruko/rukan, bagi bank yang memenuhi kriteria NPL/NPF tertentu, dan menghapus ketentuan pencairan bertahap properti inden untuk mendorong pertumbuhan kredit di sektor properti dengan tetap memerhatikan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko.
Kebijakan ini juga berlaku efektif 1 Januari 2022 sampai dengan 31 Desember 2022.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)