Saham Properti Lagi-Lagi Diobral, Ada Apa Sih?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
12 January 2022 10:40
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten properti kembali melorot ke zona merah pada awal perdagangan hari ini, Rabu (12/1/2022), melanjutkan kecenderungan penurunan pada perdagangan Selasa kemarin (11/1).

Berikut kinerja saham emiten properti, mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.35 WIB.

  1. Bekasi Asri Pemula (BAPA), saham -6,45%, ke Rp 87/saham

  2. DMS Propertindo (KOTA), -5,97%, ke Rp 63/saham

  3. Pollux Properti Indonesia (POLL), -5,17%, ke Rp 825/saham

  4. Greenwood Sejahtera (GWSA), -4,73%, ke Rp 161/saham

  5. Agung Podomoro Land (APLN), -4,17%, ke Rp 115/saham

  6. PP Properti (PPRO), -3,57%, ke Rp 54/saham

  7. Andalan Sakti Primaindo (ASPI), -1,32%, ke Rp 75/saham

  8. Modernland Realty (MDLN), -1,28%, ke Rp 77/saham

  9. Alam Sutera Realty (ASRI), -1,27%, ke Rp 155/saham

  10. Binakarya Jaya Abadi (BIKA), -0,77%, ke Rp 258/saham

  11. Surya Semesta Internusa (SSIA), -0,44%, ke Rp 452/saham

Menurut data di atas, saham BAPA menjadi yang paling ambles, yakni sebesar 6,45%, dengan nilai transaksi Rp 1,53 miliar.

Di bawah saham BAPA, ada saham KOTA yang anjlok 5,97%, melanjutkan pelemahan dalam 3 hari terakhir.

Saham POLL dan GWSA juga masing-masing terjungkal 5,17% dan 4,73%.

Tidak ketinggalan, saham APLN dan PPRO juga turun 4,17% dan 3,57%.

Anjloknya saham-saham emiten properti ini tampaknya dipicu oleh dua faktor utama. Pertama adalah sentimen kenaikan suku bunga acuan secara global dan yang kedua adalah peningkatan kasus Covid-19.

Untuk sentimen yang pertama, stance kebijakan moneter the Fed yang hawkish dikhawatirkan dapat memantik bank sentral lain termasuk dalam negeri untuk menaikkan suku bunga acuan.

Ketika suku bunga acuan dinaikkan, maka imbasnya bisa negatif ke sektor ini lantaran penjualan properti sangat mengandalkan kredit dari perbankan. Suku bunga yang naik terlalu cepat dan tinggi dapat membuat minat serta daya beli properti masyarakat turun.

Sentimen kedua adalah seputar Covid-19. Setelah varian Omicron dilaporkan masuk ke Tanah Air, kasus infeksi Covid-19 terus meningkat. Kemarin ada tambahan kasus baru sebanyak 800 lebih. Padahal sebelum Omicron masuk, kasus infeksi Covid-19 di dalam negeri konsisten di bawah 500.

Adanya kecemasan akan serangan gelombang ketiga Covid-19 ini membuat pelaku pasar mengantisipasi akan adanya rem darurat dari pemerintah. Hingga saat ini PPKM leveling masih diberlakukan dan terus diperpanjang.

Jika rem darurat ditarik, maka emiten properti yang memiliki portofolio pusat perbelanjaan/shopping mall jelas akan terkena imbas negatifnya karena berakibat pada sepinya pengunjung.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Emiten 'Receh' Properti Ngamuk, Ada Apa Ini?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular