Review

Omicron Mengintai, Mau Koleksi Saham 'Murah' Rumah Sakit?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
03 December 2021 08:45
Perawatan Pasien Covid-19 di Rumah Sakit Jerman
Foto: Lorenz Nowak, kepala dokter Clinic for Intensive Care Medicine, merawat pasien COVID-19 di ICU Klinik Asklepios, di Gauting, Jerman, Jumat, 19 November 2021. (Matthias Balk/dpa via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah situasi pandemi yang dihebohkan oleh varian baru virus Covid-19, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan hari Kamis (2/12/2021) dengan penguatan sebesar 1,17% ke level 6.583,82.

Kendati IHSG mampu ditutup di zona hijau, pasar masih terus mengamati perkembangan kabar soal galur anyar Covid-19 Omicron dan bagaimana dampaknya terhadap ekonomi global. Saat ini, sejumlah negara mengetatkan aturan perjalanan dari negara lain seiring memacu percepatan vaksinasi.

Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan 24 negara tercatat telah melaporkan kasus varian Omicron sejauh ini. Tetapi beberapa indikasi atau gejala awal sebagian besar ringan dan tidak ada yang tergolong parah.

Bursa Eropa juga cenderung melemah pada pembukaan perdagangan Kamis (2/12/2021), di tengah berlanjutnya kecemasan seputar varian virus Covid-19 Omicron tersebut.

Sementara itu, mayoritas bursa saham di Asia Pasifik berbalik menguat meski masih dicekam kekhawatiran seputar varian terbaru tersebut sementara bank sentral Amerika Serikat (AS) berencana mempercepat laju kebijakan pengurangan pembelian obligasi di pasar sekunder (tapering).

Secara global, pasar masih kesulitan mendapatkan momentum penguatan di tengah berlanjutnya ketidakpastian seputar risiko yang bisa ditimbulkan Omicron terhadap perekonomian. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan 23 negara telah melaporkan kasus varian Omicron sejauh ini.

Dalam lima hari perdagangan terakhir IHSG tercatat masih terkoreksi 1,56%, sedangkan indeks sektor kesehatan mampu tumbuh 1,40% dalam kurun waktu yang sama.

Kinerja Saham Sektor Kesehatan vs IHSG 5 Hari TerakhirFoto: Google Finance
Kinerja Saham Sektor Kesehatan vs IHSG 5 Hari Terakhir

Kenaikan ini memang wajar mengingat ketika kondisi pandemi semakin parah, saham-saham dari sektor kesehatan akan diburu oleh para investor, seperti yang sebelumnya terjadi ketika varian delta menyerang tengah tahun ini.

Kondisi pelik pandemi, secara langsung dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan kesehatan, baik itu dari meningkatnya penjualan alat tes, obat atau kenaikan pasien rawat inap di rumah sakit.

Efek pandemi juga menjadikan kinerja keuangan dari emiten rumah sakit hingga akhir kuartal ketiga terlihat kinclong, dengan semuanya mampu mencatatkan keuntungan.

Lantas, saham RS mana saja yang memiliki valuasi murah dan menarik untuk dibeli?

Berikut ini Tim Riset CNBC Indonesia menyajikan daftar 5 besar saham LQ45 dengan valuasi paling murah.

Saham Rumah Sakit yang Murah

Untuk melihat rasio harga tersebut Tim Riset CNBC Indonesia memakai dua metode, yakni Price Earning Ratio (PER) dan Price to book value (PBV) yang biasa digunakan sebagai analisis fundamental untuk menilai saham suatu emiten, wajar, murah, atau kemahalan (overpriced).

PER merupakan metode valuasi yang membandingkan laba bersih per saham dengan harga pasarnya.

Semakin rendah PER maka biasanya perusahaan juga akan dianggap semakin murah, Untuk PER biasanya secara rule of thumb akan dianggap murah apabila rasio ini berada di bawah angka 10 kali atau lebih rendah dari PER industri.

Sementara PBV adalah metode valuasi yang membandingkan nilai buku suatu emiten dengan harga pasarnya. Semakin rendah PBV biasanya perusahaan akan dinilai semakin murah. Secara Rule of Thumb, PBV akan dianggap murah apabila rasionya berada di bawah angka 1 kali.

Berikut ini tabel harga saham penutupan Kamis (2/12), beserta PER dan PBV dari emiten RS yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

 

Berdasarkan data di atas, diketahui rata-rata PER emiten RS berada di angka 91,12x, atau turun menjadi 21,63x jika PER dari Metro Healthcare Indonesia (CARE) tidak dimasukkan dalam perhitungan. Sedangkan PBV rata-rata emiten RS berada di angka 3,46x (3,28x jika CARE dikeluarkan).

Adapun tiga emiten yang memiliki harga valuasi 'paling murah' masing-masing memiliki nilai PBV kurang dari 2,5x dan PER kurang dari 17x.

Ketiga emiten tersebut adalah Sejahteraraya Anugrahjaya (SRAJ), Royal Prima (PRIM) dan Kedoya Adyaraya (RSGK).

Saham Royal Prima memiliki nilai PER dan PBV terendah dari seluruh emiten rumah sakit yang melantai di Bursa.

 

Valuasi Emiten RS dari nilai PER dan PBVFoto: Feri Sandria
Valuasi Emiten RS dari nilai PER dan PBV

Lalu bagaimana dengan kinerja keuangan perusahaan? Berdasarkan data laporan keuangan perusahaan hingga kuartal ketiga tahun ini, kedelapan emiten RS mampu mencetak laba bersih, tiga di antaranya bahkan mampu membalikkan keadaan dari semula rugi di Q3 2020 kini menjadi laba. Sementara lima lainnya mampu mencatatkan pertumbuhan laba.

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular