Wall Street "Terinfeksi" Omicron, Waspada IHSG Jeblok Lagi!
Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan yang sama kembali terjadi di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Rabu kemarin. Sempat melesat 0,9%, IHSG harus berbalik turun dan berakhir di 6.507,677, melemah 0,4%. Meski demikian, berbalik arahnya IHSG tidak separah Selasa lalu yang terpuruk hingga 1% lebih.
Pergerakan tersebut menunjukkan sentimen pelaku pasar belum pulih benar. Selain dibayangi ketidakpastian akan dampak yang akan ditimbulkan virus corona varian Omicron, kemungkinan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) akan mempercepat tapering dan menaikkan suku bunga lebih awal juga memberikan sentimen negatif.
Pada perdagangan hari ini, Kamis (2/12) pergerakan yang sama kemungkinan akan terjadi, IHSG masih akan bergerak volatil. Sebab bursa saham AS (Wall Street) sudah "terinfeksi" Omicron. Indeks Dow Jones, S&P 500, hingga Nasdaq merosot lebih dari 1% pada perdagangan Rabu waktu setempat setelah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengumumkan menemukan kasus Omicron pertama di Amerika Serikat.
Omicron kini dikhawatirkan akan cepat menyebar, apalagi di Afrika Selatan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) kini didominasi varian Omicron, hanya 4 pekan setelah kasus pertama ditemukan.
Jebloknya kiblat bursa saham dunia akibat "terinfeksi" Omicron tentunya mengirim sentimen negatif ke pasar Asia hari ini, termasuk ke IHSG.
Secara teknikal, IHSG memang berfluktuasi di pekan ini, tetapi masih menunjukkan tren penurunan. Hal tersebut terjadi karena efek dari duet pola Doji dan Shooting star. IHSG pun jeblok sejak Jumat (26/11), dan hanya menguat di awal pekan ini.
Pola Doji di bentuk pada awal Senin (22/11) yang memberikan sinyal netral. Artinya, pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah, apakah lanjut naik atau balik turun.
Kemudian pada Kamis (25/11), IHSG yang gagal mempertahankan penguatan tajam membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset.
Awal pelan kemarin, IHSG juga jeblok hingga menyentuh rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), sebelum akhirnya rebound.
IHSG kini berada di kisaran MA 50 di kisaran 6.500, jika ditembus lagi, ada risiko bursa kebanggaan Tanah Air akan kembali merosot ke 6.470, sebelum menuju 6.430.
Sementara itu IHSG berpeluang rebound selama bertahan di atas MA 50. Apalagi melihat indikator stochastic pada grafik harian dan 1 jam yang sudah mencapai wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Artinya ketika belum mencapai wilayah oversold, belum ada pemicu IHSG untuk rebound.
Selama bertahan di atas 6.500, IHSG memiliki peluang menguat ke 6.550, sebelum menuju 6.580.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)