Pemilik Restoran KFC Dkk Mulai Pulih, tapi Belum Bangkit

Feri Sandria, CNBC Indonesia
01 December 2021 12:50
Suasana hari pertama pembukaan Subway Indonesia di Mal Cilandak Town Square,
Foto: Suasana hari pertama pembukaan Subway Indonesia di Mal Cilandak Town Square, Jakarta, Jumat (15/10/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hingga akhir kuartal ketiga tahun, kinerja empat emiten pengelola restoran belum pulih sepenuhnya atau masih tertekan akibat efek pandemi Covid-19. Kendati demikian, perseroan sudah mulai berhasil memangkas rugi bersih yang dibukukan.

Keempat emiten yang dimaksud adalah operator waralaba brand Starbucks dan Subway PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB), pemegang waralaba California Fried Chicken (CFC) PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP), pengelola resto ayam KFC PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) dan pengelola restoran waralaba Pizza Hut PT Indonesia Sarimelati Kencana Tbk (PZZA).

Dari keempat perusahaan tersebut, hanya satu yang mampu membukukan laba bersih dalam sembilan bulan pertama tahun ini, emiten tersebut adalah Sarimelati Kencana, meskipun kinerja pendapatan perusahaan malah mengalami penyusutan.

Pengelola KFC merupakan emiten dengan kinerja terburuk, yang mana meski rugi bersih turun, perusahaan mencatatkan kerugian terbesar dari tiga emiten lainnya dan masih tertekan dari segi pendapatan.

Sedangkan dua emiten lainnya yang meski masih mengalami kerugian, nilainya berhasil dipangkas dengan kinerja pendapatan yang tercatat tumbuh.

Kondisi pandemi yang belum pulih sepenuhnya sepertinya masih menjadi alasan utama mengapa kinerja perusahaan pengelola restoran ini masih mencatatkan kinerja negatif.

Sejak kuartal kedua hingga awal kuartal ketiga tahun ini, penyebaran kasus Covid di Indonesia tidak mampu terbendung, terlihat dari peningkatan kasus infeksi harian yang dari hari ke hari mencatatkan rekor baru.

Bahkan pada pertengahan Juli lalu, penambahan kasus Covid baru di Indonesia sempat menembus angka 50.000 kasus per hari. Peningkatan ini sebagian besar merupakan ulah varian delta - varian baru saat itu - yang transmisinya diperparah oleh mobilitas tinggi masyarakat selama libur perayaan lebaran.

Kondisi tersebut menjadikan pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dari tanggal 3-20 Juli, yang kemudian diperpanjang lima hari sebelum akhirnya mulai dilaksanakan PPKM level 1-4 di berbagai daerah.

PPKM darurat yang dilaksanakan pada awal kuartal ketiga tahun ini, tentu sangat berpengaruh terhadap kinerja emiten restoran mengingat Selama PPKM darurat pemerintah menutup kegiatan pada pusat perbelanjaan/mal/pusat perdagangan serta restoran dan rumah makan tidak diizinkan menerima makan di tempat.

MAPB

Pendapatan pengelola Starbucks dan Subway mampu tumbuh 13,38% menjadi Rp 1,65 triliun pada akhir kuartal ketiga tahun ini. Sebelumnya pada periode yang sama tahun lalu, pendapatan perusahaan tercatat sebesar Rp 1,45 triliun.

Perusahaan tercatat mengalami kerugian bersih Rp 74,04 miliar, kerugian ini turun setengah dari semula mencapai Rp 148,47 miliar pada akhir September 2020.

Selain didorong oleh kinerja pendapatan, penurunan rugi bersih juga dibantu oleh penghematan yang dilakukan perusahaan, seperti persentase beban usaha terhadap pendapatan yang turun menjadi  70,79% pada kuartal ketiga 2021, dari tahun sebelumnya yang mencapai 78,10%.

Selain itu perusahaan juga mampu menekan beban keuangan yang tercatat turun menjadi Rp 28,25 miliar dari semula Rp 34,70 miliar.

Aset perusahaan tercatat turun menjadi Rp 2,23 triliun dari semula Rp 2,44 triliun di akhir tahun 2020. Sedangkan liabilitas perusahaan juga tercatat berkurang menjadi Rp 1,29 triliun dari semula Rp 1,42 triliun.

Aset lancar perusahaan tercatat sebesar 476,50 miliar, dengan 250,63 miliar di antarnya merupakan bagian dari kas atau setara kas. Sementara itu kewajiban jangka pendek nilainya nyaris dua kali lipat aset lancar atau senilai Rp 927,74 miliar.

Ekuitas perusahaan mengalami penyusutan menjadi Rp 946,28 miliar.

PTSP

Emiten pengelola waralaba CFC tercatat mengalami kerugian bersih Rp 22,97 miliar, kerugian ini terpangkas 62,16% dari semula mencapai Rp 60,71 miliar pada akhir September 2020.

Turunnya kerugian perusahaan ditopang oleh pendapatan perusahaan yang tercatat tumbuh 5,77% menjadi Rp 1291,42 miliar pada akhir kuartal ketiga tahun ini. Sebelumnya pada periode yang sama tahun lalu, pendapatan perusahaan tercatat sebesar Rp 1275,50 miliar.

Selain didorong oleh kinerja pendapatan, penurunan rugi bersih juga dibantu oleh penghematan yang dilakukan perusahaan, seperti beban penjualan yang turun 17% pada kuartal ketiga 2021 menjadi Rp 145,62 miliar, dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 175,49 miliar.

Aset perusahaan tercatat menyusut 17,27% menjadi Rp 314,76 miliar dari semula Rp 380,49 miliar di akhir tahun 2020. Sedangkan liabilitas perusahaan juga tercatat berkurang menjadi Rp 190,70 miliar dari semula Rp 1234,97 miliar.

Aset lancar perusahaan tercatat sebesar 65,37 miliar, dengan 33,09 miliar di antarnya merupakan bagian dari kas atau setara kas. Sementara itu kewajiban jangka pendek perusahaan nilainya nyaris dua kali lipat aset lancar atau sebesar Rp 122,66 miliar.

Ekuitas perusahaan mengalami penyusutan menjadi Rp 124,05 miliar.

FAST

Emiten pengelola restoran waralaba yang memegang merek dagang KFC Indonesia, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp 201,38 miliar pada kuartal ketiga 2021, turun 32,50% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 298,33 miliar.

Meski kerugian berhasil ditekan, pendapatan perusahaan tercatat mengalami penyusutan 3,62% menjadi Rp 3,45 triliun, dari semula sebesar Rp 3,58 triliun.

Mengutip laporan keuangan, manajemen FAST mengatakan melemahnya daya beli pelanggan, dan kebijakan publik yang diberlakukan untuk menahan penyebaran Covid-19 mengakibatkan gangguan operasional yang menyebabkan penurunan penjualan yang tidak diperkirakan sebelumnya.

Hingga akhir kuartal ketiga tahun ini, perusahaan mempunyai 13.445 karyawan tetap, berkurang 790 karyawan dari akhir tahun lalu sebanyak 15.235 karyawan.

Pemangkasan jumlah karyawan salah satunya disebabkan karena jumlah gerai penjualan juga ikut berkurang. Meski demikian pengurangan jumlah gerai dalam sembilan bulan pertama tahun ini hanya sejumlah dua gerai dari total 738 pada akhir Desember 2020, kini tersisa 730 gerai.

Jika ditarik ke belakang perusahaan yang pada akhir September 2020 perusahaan mempunyai 16.075 karyawan tetap, memangkas 893 pekerja dari posisi 31 Desember 2019 sebanyak 16.968 karyawan tetap. Dengan kata lain dalam kurun waktu kurang dari dua tahun perusahaan telah memangkas 3.523 karyawan.

Aset perusahaan mengalami penyusutan menjadi Rp 3,54 triliun, dari posisi akhir tahun sejumlah Rp 3,72 triliun. Sebaliknya, liabilitas perusahaan meningkat menjadi Rp 2,49 triliun dari semula Rp 2,48 triliun. Alhasil ekuitas perusahaan tercatat turun 15,81% menjadi sebesar Rp 1,05 triliun dari semula Rp 1,24 triliun.

Per 30 September 2021, saham perusahaan dipegang oleh PT Gelael Pratama 39,84%, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) dari Grup Salim sebesar 35,84%, dan investor publik 24,24%.

PZZA

Emiten pengelola restoran waralaba Pizza Hut milik Grup Yum! Brands Inc, PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) mencatatkan laba bersih Rp Rp 13,31 miliar pada kuartal ketiga tahun ini, kondisi ini berbalik dari rugi bersih Rp 8,63 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Meskipun kinerja laba tercatat mengalami perbaikan, pendapatan perusahaan malah tertekan menjadi Rp 2,50 triliun atau menyusut 6,11% dari pendapatan selama sembilan bulan pertama tahun lalu yang berada di angka Rp 2,66 triliun.

Naiknya laba perusahaan salah satunya didorong oleh turunnya komponen biaya, mulai dari beban pokok penjualan hingga beban operasi.

Beban pokok perusahaan tercatat turun menjadi Rp 861,52 miliar dari semula Rp 927,86 miliar, beban penjualan turun menjadi Rp 1,46 triliun dari semula mencapai Rp 1,58 triliun.

Penghematan dan efisiensi bisnis yang dilakukan manajemen di berbagai lini mampu meningkatkan laba perusahaan di tengah tahun ini.

Sepanjang sembilan bulan awal tahun ini, perusahaan juga menambah satu gerai baru menjadi dari akhir tahun lalu, di mana perusahaan tercatat mengoperasikan 520 gerai pada akhir Desember 2020.

Meski gerai bertambah, jumlah karyawan malah mengalami pemangkasan dari total 5.787 karyawan tetap pada akhir tahun lalu, kini berkurang 202 menjadi 5.585 karyawan pada akhir Juni

Aset perusahaan turun menjadi Rp 2,11 triliun dari posisi akhir tahun lalu senilai Rp 2,23 triliun. Liabilitas perusahaan juga tercatat turun menjadi Rp 1,01 triliun dari semula Rp 1,08 triliun. Alhasil ekuitas tercatat turun tipis dengan nilai mencapai Rp 1,10 triliun.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular