
Pemilik Restoran KFC Dkk Mulai Pulih, tapi Belum Bangkit

MAPB
Pendapatan pengelola Starbucks dan Subway mampu tumbuh 13,38% menjadi Rp 1,65 triliun pada akhir kuartal ketiga tahun ini. Sebelumnya pada periode yang sama tahun lalu, pendapatan perusahaan tercatat sebesar Rp 1,45 triliun.
Perusahaan tercatat mengalami kerugian bersih Rp 74,04 miliar, kerugian ini turun setengah dari semula mencapai Rp 148,47 miliar pada akhir September 2020.
Selain didorong oleh kinerja pendapatan, penurunan rugi bersih juga dibantu oleh penghematan yang dilakukan perusahaan, seperti persentase beban usaha terhadap pendapatan yang turun menjadi 70,79% pada kuartal ketiga 2021, dari tahun sebelumnya yang mencapai 78,10%.
Selain itu perusahaan juga mampu menekan beban keuangan yang tercatat turun menjadi Rp 28,25 miliar dari semula Rp 34,70 miliar.
Aset perusahaan tercatat turun menjadi Rp 2,23 triliun dari semula Rp 2,44 triliun di akhir tahun 2020. Sedangkan liabilitas perusahaan juga tercatat berkurang menjadi Rp 1,29 triliun dari semula Rp 1,42 triliun.
Aset lancar perusahaan tercatat sebesar 476,50 miliar, dengan 250,63 miliar di antarnya merupakan bagian dari kas atau setara kas. Sementara itu kewajiban jangka pendek nilainya nyaris dua kali lipat aset lancar atau senilai Rp 927,74 miliar.
Ekuitas perusahaan mengalami penyusutan menjadi Rp 946,28 miliar.
PTSP
Emiten pengelola waralaba CFC tercatat mengalami kerugian bersih Rp 22,97 miliar, kerugian ini terpangkas 62,16% dari semula mencapai Rp 60,71 miliar pada akhir September 2020.
Turunnya kerugian perusahaan ditopang oleh pendapatan perusahaan yang tercatat tumbuh 5,77% menjadi Rp 1291,42 miliar pada akhir kuartal ketiga tahun ini. Sebelumnya pada periode yang sama tahun lalu, pendapatan perusahaan tercatat sebesar Rp 1275,50 miliar.
Selain didorong oleh kinerja pendapatan, penurunan rugi bersih juga dibantu oleh penghematan yang dilakukan perusahaan, seperti beban penjualan yang turun 17% pada kuartal ketiga 2021 menjadi Rp 145,62 miliar, dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 175,49 miliar.
Aset perusahaan tercatat menyusut 17,27% menjadi Rp 314,76 miliar dari semula Rp 380,49 miliar di akhir tahun 2020. Sedangkan liabilitas perusahaan juga tercatat berkurang menjadi Rp 190,70 miliar dari semula Rp 1234,97 miliar.
Aset lancar perusahaan tercatat sebesar 65,37 miliar, dengan 33,09 miliar di antarnya merupakan bagian dari kas atau setara kas. Sementara itu kewajiban jangka pendek perusahaan nilainya nyaris dua kali lipat aset lancar atau sebesar Rp 122,66 miliar.
Ekuitas perusahaan mengalami penyusutan menjadi Rp 124,05 miliar.
(fsd/fsd)