
Balas Dendam! Kemarin Ambles, IHSG Awali Desember Menghijau

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membuka perdagangan hari ini, Rabu (1/12/2021) dengan penguatan sebesar 0.16% ke level 6.544,52.
IHSG lanjut menguat 0,44% ke level 6.562.95 pada 09.08 WIB. Asing mulai beli lagi saham-saham domestic dengan net buy di pasar reguler sebesar Rp 34 miliar.
Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) menjadi dua saham yang paling banyak diborong asing dengan net buy sebesar Rp 58,5 miliar dan Rp 6,9 miliar.
Sedangkan saham yang banyak dilepas asing ada saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan net sell sebesar Rp 123 miliar dan Rp 4,6 miliar.
IHSG rebound setelah kemarin ambles 1,13% dan menutup bulan November dengan kinerja bulanan minus 0,87% akibat pernyataan bos Moderna yang menyebut varian Omicron dapat menurunkan efektivitas vaksin Covid-19.
Selain persoalan Covid-19, secara musiman kinerja IHSG memang cenderung negatif di bulan November dalam satu dekade terakhir.
Namun yang lalu biarlah berlalu dan saatnya menatap yang sudah di depan mata. Jika melihat faktor musiman Desember maka kecenderungan IHSG mencatatkan koreksi terbilang sangat minim. Dalam 10 tahun terakhir kinerja bulanan IHSG konsisten positif dengan rerata imbal hasil 3,23%.
Salah satu faktor pendorong fenomena ini adalah aktivitas mempercantik portofolio para fund manager yang lebih dikenal dengan istilah window dressing. Biasanya kenaikan IHSG juga akan dilanjutkan ke awal tahun berikutnya dan fenomena ini dinamai January Effect.
Saham-saham yang menjadi sasaran window dressing bulan Desember adalah saham blue chip yang nilai kapitalisasi pasarnya besar sehingga bobotnya terhadap indeks juga besar.
Namun tak bisa dipungkiri bahwa varian Omicron menjadi risiko terbesar bagi ekonomi dan pasar. Apabila varian Omicron yang sudah ditemukan di Eropa dan Asia ini semakin menyebar dan meningkatkan jumlah kasus infeksi serta kematian secara signifikan, maka bukan tak mungkin rem darurat akan ditarik lagi oleh pemerintah global.
Lockdown bakal kembali membuat ekonomi terpuruk dan aset berisiko seperti saham diobral murah. Pada akhirnya angan-angan IHSG untuk cetak rekor all time high baru bisa saja tak tercapai. Ini adalah skenario terburuknya ya tapi! Tentu kita semua berharap hal tersebut tak terjadi.
Kemudian dari sisi rilis data, sentimen yang bakal menggerakkan hari ini adalah indeks PMI manufaktur Indonesia serta rilis data inflasi.
IHS Markit mencatat PMI manufaktur Indonesia turun ke level 53,9 di bulan November 2021 dari 57,2 di bulan sebelumnya. Meskipun menurun, aktivitas manufaktur masih tercatat ekspansif dan mencatatkan kenaikan di atas 50 selama 3 bulan beruntun di tengah penurunan tren Covid-19 di dalam negeri.
Kemudian BPS juga akan merilis inflasi November hari ini. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia menunjukkan inflasi diperkirakan naik 1,70% yoy.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham