
Joe Biden Bikin Rupiah Perkasa, Dolar Singapura Balik Badan!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah mengalami tekanan dalam 2 hari terakhir akibat kecemasan pelaku pasar akan virus corona varian Omicron. Namun, pada hari ini kesemasan tersebut mereda, rupiah kembali perkasa. Dampaknya, dolar Singapura yang kemarin menguat cukup tajam kembali melemah.
Pada pukul 10:24 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.450/US$, dolar Singapura melemah 0,07% di pasar spot melansir data Refinitiv. Sementara kemarin mata uang Negeri Merlion ini menguat 0,31%.
Omicron merupakan varian virus corona terbaru yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan. Para ilmuwan mengatakan Omicron lebih mudah menular ketimbang varian Delta, serta dapat mengurangi efektivitas vaksin.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkan Omicron sebagai Varian of Concern (VoC).
Kemunculan Omicron dikhawatirkan akan membuat banyak negara kembali menetapkan lockdown sehingga berisiko memicu pelambatan ekonomi global lagi.
Namun, kekhawatiran tersebut mereda setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mengatakan tidak perlu melakukan lockdwon akibat Omicron.
"Jika masyarakat sudah divaksin dan mengenakan masker, tidak perlu lagi dilakukan lockdown. Selain itu tidak akan ada pembatasan perjalanan," kata Biden dalam konferensi pers Senin kemarin, sebagaimana diwartakan CNBC International.
Dampaknya, sentimen pelaku pasar membaik terlihat dari penguatan bursa saham AS dan Eropa Senin kemarin.
Saat sentimen pelaku pasar membaik, rupiah yang merupakan mata uang emerging market dengan imbal hasil tinggi akan diuntungkan.
Sementara itu dolar Singapura kemarin mampu menguat cukup tajam setelah rilis inflasi sektor produsen (producer price index/PPI) yang melesat ke level tertinggi dalam 40 tahun terakhir. PPI bulan Oktober dilaporkan melesat 25,4% year-on-year (YoY), jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 21,3% YoY. Inflasi sektor produsen tersebut menjadi yang tertinggi sejak Maret 1980.
Ketika inflasi sektor produsen tinggi, maka harga jual produk kemungkinan akan dinaikkan dan berdampak pada inflasi konsumen (consumer price index/CPI).
Inflasi CPI yang tinggi membuat Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) mengetatkan kebijakan moneternya pada pertengahan Oktober lalu, dan membuka peluang pengetatan lagi di tahun depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!
