
Nah Loh! PPKM Jakarta Naik Jadi Level 2, Rupiah Apa Kabar?

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah 6 hari tidak pernah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS), rupiah akhirnya langsung menguat di pembukaan perdagangan Selasa (30/11). Sentimen dari eksternal sudah mulai membaik, kecemasan akan penyebaran virus corona Omicron mulai mereda. Tetapi, kini justru sentimen dari dalam negeri yang menggerogoti rupiah.
Melansir data Refintiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung menguat 0,14% ke rep 14.300/US$. Sayangnya laju penguatan rupiah untuk saat ini tertahan di level tersebut, rupiah kemudian berada di Rp 14.305/US$ atau menguat 0,11% pada pukul 9:10 WIB.
DKI Jakarta yang status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) naik menjadi level 2 dari sebelumnya level 1 memberikan sentimen negatif bagi rupiah pada perdagangan hari ini.
Kenaikan status tersebut terungkap dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) 63/2021, yang diteken Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian pada Senin 31 November 2021.
"Khusus kepada Gubernur DKI Jakarta untuk wilayah kabupaten/kota dengan kriteria level 2," bunyi diktum pertama huruf a aturan tersebut, seperti dikutip CNBC Indonesia, Selasa (30/11/2021).
Adapun status PPKM level 2 berlaku di seluruh kabupaten/kota DKI Jakarta, yang akan berlaku sejak hari ini hingga 13 Desember 2021 mendatang.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengakui bahwa terjadi peningkatan penularan Covid-19 atau angka Rt.
Berdasarkan hasil asesmen pemerintah dalam dua minggu terakhir, terdapat penambahan 23 kabupaten/kota yang masuk ke dalam kategori level 2.
Sementara itu pelaku pasar kini bisa sedikit lega setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mengatakan tidak perlu melakukan lockdown akibat Omicron.
"Jika masyarakat sudah divaksin dan mengenakan masker, tidak perlu lagi dilakukan lockdown. Selain itu tidak akan ada pembatasan perjalanan," kata Biden dalam konferensi pers Senin kemarin, sebagaimana diwartakan CNBC International.
Omicron sebelumnya dikatakan lebih mudah menyebar ketimbang varian Delta, sehingga dikhawatirkan banyak negara akan kembali menerapkan kebijakan lockdown, yang tentunya berdampak pada pelambatan ekonomi lagi.
Sementara di sisi lain, ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell, mengatakan Omicron berisiko melambatkan pertumbuhan ekonomi AS dan membuat outlook inflasi semakin rumit.
"Kenaikan kasus Covid-19 belakangan ini, dan munculnya varian Omicron memunculkan risiko menurunnya pasar tenaga kerja serta aktivitas ekonomi dan meningkatkan ketidapastian terhadap inflasi," kata Powell dalam pidato yang akan disampaikan kepada Senat, sebagaimana dikutip CNBC International, Senin (29/11).
"Kecemasan yang meningkat membuat masyarakat secara pribadi enggan untuk bekerja, yang akan memperlambat kemajuan pemulihan pasar tenaga kerja dan gangguan rantai pasokan semakin intensif," tambahnya.
Dengan ketidakpastian yang dimunculkan oleh Omicron, The Fed tentunya akan berhati-hati dalam mengetatkan kebijakan moneter, dan kemungkinan tidak akan agresif menaikkan suku bunga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer
