Bursa Saham Berantakan Gegara Corona Omicron, Lebay Gak Sih?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 November 2021 06:45
Virus Outbreak New Variant
Foto: AP/Denis Farrell

Jakarta, CNBC Indonesia - Virus corona masih belum berhenti menebar teror bagi pasar finansial global. Sejak awal kemunculannya di awal 2020 lalu, virus corona sudah "beranak-pinak" dan kini muncul lagi varian yang membuat bursa saham global anjlok.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi salah satunya. Pada perdagangan Jumat (26/11) IHSG anjlok lebih dari 2%, padahal baru saja mencetak rekor tertinggi sepanjang masa 6.754,464 sehari sebelumnya.

IHSG rontok bersama bursa saham Asia lainnya. Indeks Nikkei Jepang dan Hang Seng Hong Kong anjlok lebih dari 2,5%, Kospi Korea Selatan 1,5%, hanya Shanghai Composite yang "hanya" turun 0,56%.

jkse

Bursa saham Eropa yang paling parah, sebab Benua Biru sedang mengalami lonjakan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19). Indek FTSE 100 Inggris merosot 3,6$, kemudian DAX Jerman, CAC Prancis, hingga FTSE MIB Italia ambrol lebih dari 4%, mencatat hari terburuk sejak Juni 2020.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) juga tidak lepas dari aksi jual. Indeks Dow Jones tercatat jeblok hingga 2,5%, menjadi penurunan paling parah sepanjang tahun ini. Indeks S&P 500 dan Nasdaq juga merosot lebih dari 2%.

Penyebab berantakannya bursa saham global adalah virus corona varian B.1.1.529 atau yang disebut Omicron.

Virus yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan kini sudah ditemukan di beberapa negara termasuk di Eropa hingga Asia.

Para ilmuan mengatakan Omicron lebih mudah menular ketimbang varian Delta, serta dapat mengurangi efektivitas vaksin.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkan Omicron sebagai Varian of Concern (VoC).

Kemunculan Omicron dikhawatirkan akan membuat banyak negara kembali menetapkan lockdown sehingga berisiko memicu pelambatan ekonomi global lagi.

Meski demikian, Jim Cramer dari CNBC International mengatakan tidak perlu panik merespon munculnya Omicron, meski ia juga tidak merekomendasikan untuk melalukan aksi beli.

"Ketika saya membaca ada satu kasus Omicron di Belgia dan satu di Bostwana, kita bisa saja melihat ada kasus juga di negara ini (Amerika Serikat). Saya tidak akan merekomendasikan untuk membeli apapun hari ini sampai kita yakin itu tidak akan terjadi. Dan saya tidak bisa yakin itu tidak akan terjadi," kata Jim Cramer, dalam acara Squawk on the Street, sebagaimana diwartakan CNBC International, Jumat (26/11).

Sementara itu dari dalam negeri,Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa pemerintah telah memperketat semua jalur transportasi untuk baik udara, laut dan darat untuk mencegah masuknya varian Omicron ke Indonesia.

"Kita juga melihat faktor risikonya siapa saja yang banyak penerbangannya ke Indonesia dan kita lakukan ini bukan hanya untuk pelabuhan udara tapi juga perbatasan pelabuhan laut dan juga darat karena pengalaman kita varian delta justru masuknya dari laut, jadi kita jaga di sana," ujar Budi dalam Konferensi Pers mengenai Respon Pemerintah dalam Menghadapi Varian Omicron, secara virtual, Minggu (28/11/2021).

Untuk mencegah varian Omicron yang saat ini telah menyebar ke sejumlah negara, pemerintah juga melarang Warga Negara Asing (WNA) yang berasal dari negara kawasan Afrika dan negara - negara yang memiliki potensi untuk menyebarkan virus Omicron.

Budi menyebut, pemerintah telah banyak belajar selama pandemi dan tidak mau kecolongan lagi, sehingga semua jalur harus diawasi dengan ketat.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Perusahaan Farmasi Gerak Modifikasi Vaksin

Munculnya Omicron membuat perusahaan farmasi bergerak cepat melakukan uji coba vaksinnya. Pada Jumat pekan lalu, Moderna, Johnson & Johnson sertra AstraZeneca mengatakan sedang melakukan investigasi terhadap varian baru ini.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Pfizer dan BioNtTech. Keduanya juga mengatakan bisa memodifikasi vaksin mereka secepat mungkin jika diperlukan untuk melawan Omicron.
Pfizer dan BioNtTech mengatakan akan mendapat lebih banyak data mengenai Omicron dalam dua pekan, dan bisa memodifikasi vaksin mRNA mereka dalam waktu 6 pekan dan siap didistribusikan dalam waktu 100 hari.

"Data tersebut akan memberikan lebih banyak informasi apakah B.1.1.529 merupakan varian yang kebal akan vaksin yang mungkin memerlukan penyesuaian pada vaksin kami jika Omicron menyebar secara global," kata perusahaan farmasi tersebut, sebagaimana diwartakan CNBC International, Jumat (26/11).

Perusahaan Johnson & Johnson mengatakan saat ini mereka sudah menguji vaksin mereka melawan Omicron.

"Kami mengamati munculnya varian baru dan telah melakukan uji coba seberapa efektif vaksin kami menghadapi Omicron yang pertama kali terdeketsi di Afrika Selatan," kata Johnson & Johnson.

Kemudian AstraZeneca mengatakan vaksin yang dikembangkan bersama Universitas Oxford bisa merespon dengan cepat jika ada varian baru.

Sementara itu Moderna mengatakan akan melakukan uji coba tiga vaksin booster untuk melawan Omicron, dan akan mengembangkan booster yang spesifik untuk melawannya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular