Bongkar Algoritma Market Maker Pasar Modal

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdagangan di bursa saham di Indonesia telah berlangsung selama puluhan tahun, sehingga memiliki algoritma yang dapat dianalisis oleh para pelaku pasar. CEO Vier Corp Vier Abdul Jamal membagi pengalamannya selama 25 tahun dalam menggeluti di pasar modal, salah satunya tentang algoritma market maker atau alur pikir logis market maker. Menurut dia, para trader harus mengikuti market maker ketika melakukan trading.
"Jangan berlawanan dan berseberangan dengan market maker. Kebanyakan orang kalah, mereka trading-nya berbeda alur (dengan market maker)," kata Vier dalam Trader Summit & Competition 2021, Jumat (26/11/2021).
Dia menjelaskan, terdapat empat siklus dalam pasar modal. Siklus pertama adalah sideways, di mana para trader khawatir untuk melakukan pembelian.
"Contohnya seperti PT Central Proteina Tbk (CPRO), orang tidak berani beli. Kalau kita cerdas profitnya Rp 2,2 triliun kenapa tidak kita beli? Undervalued stock. Jadi kita beli di saat ini," lanjut dia.
Sementara itu, pada siklus kedua harga akan melakukan koreksi atau swing trade untuk kemudian lanjut ke siklus ketiga.
"Di siklus ketiga inilah baru orang ramai-ramai beli. Pada saat orang ramai-ramai beli, masuk siklus empat," terang Vier.
Menurut dia, siklus terbaik untuk masuk adalah di siklus pertama untuk strategi investasi. Tapi pada saat bergerak ke siklus dua, trader harus membeli dan menjual saham tersebut.
"Begitu siklus dua swing trader, itu market maker sudah buang penumpang untuk naik ke siklus ketiga. Pada saat siklus ketiga, dikejar orang. Siklus ketiga itu mereka jualan semua dan market rontok ke siklus empat. Balik lagi konsolidasi ke siklus semula," lanjut dia.
Lebih lanjut, dia juga menjelaskan arti algoritma market maker open sama dengan low. Dalam hal ini, kata Vier, ketika open sama dengan low, pasti harga saham naik sehingga trader bisa langsung melakukan pembelian.
Strategi lainnya dalam market maker lainnya adalah gap up dan gap down. Strategi ini adalah adanya pergerakan demand yang luar biasa atau market yang tidak sesuai dengan permintaan.
"Pada saat BRI di Rp 3.000, Anda beli. Beli dan simpan. Tapi jangan pakai uang panas. Beli 100 juta, simpan. Nanti naik, jual," imbau Vier.
"Banyak saham-saham yang gap itu kalau kita manfaatkan bisa kita gunakan strategi investing. Jadi teman-teman yang masih kerja, bisa gunakan ini gap up dan gap down strategy," lanjut dia.
Teknik lainnya yang dibagikan oleh Vier adalah 5% maksimal. Teknik ini adalah menghindari pembelian ketika harga saham mengalami kenaikan lebih dari 5%.
"Jadi maksimum 5%. Begitu dia bergerak 3%, kemudian 4%, dan ke 5%, maka masuk. Lebih dari 5% jangan masuk. Cari saham lain lagi," ungkap dia.
Adapun kata dia, dari 100 investor retail, sebanyak 10 akan untung, sedangkan sisanya akan mengalami kerugian. Menurut dia, hitungan tersebut merupakan statistik di pasar modal.
[Gambas:Video CNBC]
Live Now! 7.000 Trader Berkompetisi Perebutkan Ratusan Juta
(rah/rah)