
Saham Komoditas Naik Daun, Ini Proyeksinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian global mulai memasuki masa pemulihan setelah terhantam pandemi Covid-19. Di masa pemulihan ini, saham-saham energi seperti batu bara, dan komoditas seperti Crude Palm Oil (CPO) mengalami kenaikan.
Financial Expert Ajaib Yazid Muamar menuturkan secara jangka pendek, penguatannya terbatas, namun secara kinerja dan valuasinya, saham batu bara meningkat cukup tinggi.
"Pada kuartal III, secara kuartalan kenaikannya tinggi sekali hingga ratusan persen, sehingga valuasi saham juga akan naik. Yang pasti dividennya nanti akan besar, ini juga bisa dimanfaatkan," ujar Yazid dalam acara Trader Summit & Competition CNBC Indonesia, Senin (22/11/2021).
Adanya kenaikan valuasi tersebut, maka sahamnya akan bergerak cukup aktif yang bisa dimanfaatkan membeli saham di dekat level support. Jika suatu saat harga batu bara itu kembali naik, maka ada potensi harga-harga saham batu bara tersebut juga akan naik. Selain saham batu bara, saham perusahaan sawit atau CPO juga ikut naik. Saham ini mencapai angka tertinggi dalam 5-10 tahun terakhir.
"Kalau kita lihat memang ini merupakan salah satu komoditas yang juga mengalami kenaikan cukup tinggi karena faktor pemulihan ekonomi global. Tinggal kita lihat aja di dalamnya saham- saham apa kira-kira yang akan mengalami kenaikan daripada pola-pola candlestick nya yang didorong oleh volume," jelas Yazid
Bukan hanya potensi pada sektor komoditas, pasar saham ke depan menurut Yazid masih sangat menarik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir tahun diproyeksi akan menyentuh level sekitar 6.800.
"Karena secara historis pada saat window dressing itu ia naik 3-7%. Tanggal 1 bulan Desember itu levelnya 6600 kita tambahkan 3%, maka itu hampir mencapai level 6800. Mungkin di akhir tahun ini dengan tambahan 3% ia berpotensi apa menyentuh angka level 6850," ungkap Yazid.
Lebih lanjut, menurutnya di tahun depan IHSG juga masih bisa naik, terutama didorong oleh investor baru, terutama investor ritel di pasar modal dan didorong juga investor asing. Faktornya adalah masalah makro ekonomi di mana suku bunga rendah, kemudian bisnis juga cenderung membaik.
"Kemudian faktor-faktor lainnya yang membuat emiten itu cenderung membuka membukukan keuntungan yang lebih tinggi ini akan menjadi daya tarik maupun dari list appetit investor untuk cenderung memilih saham," pungkas Yazid.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Live Now! 7.000 Trader Berkompetisi Perebutkan Ratusan Juta