
Ada Covid, Krisis Energi dll, Pengusaha Eropa Tetap Pede Lho!

Pada bulan September, para ekonom dan analis pasar optimis menyatakan bahwa Eropa telah mencapai titik balik. Dalam beberapa pekan terakhir, ancaman utama terhadap ekonomi tampaknya berasal dari gairah di seluruh industri pasca-lockdown yang menyebabkan kemacetan rantai pasokan, kenaikan harga energi dan kekhawatiran inflasi. Ketiganya diharapkan akan membaik perlahan seiring dengan meningkatnya laju vaksinasi dan kehidupan yang mulai kembali menuju arah 'normal' layaknya sebelum pandemi.
Akan tetapi kini kekhawatiran kembali naik, seiring dengan bertambahnya kasus infeksi Covid secara signifikan di seluruh negara Benua Eropa.
Pandemi telah mengganggu hampir setiap aspek rantai pasokan global - jalur manufaktur, transportasi, dan logistik yang biasanya 'tidak terlihat' yang membawa barang dari tempat mereka diproduksi, ditambang, atau dikembangkan ke destinasi tujuan mereka. Di ujung rantai telah menunggu, perusahaan lain atau konsumen yang telah membayar produk jadi.
Permasalahan pada rantai pasok ini menyebabkan kelangkaan yang pada akhirnya telah menyebabkan harga banyak hal meningkat. Gangguan tersebut sebenarnya telah terjadi sejak awal tahun lalu.
Pabrik-pabrik di belahan dunia di mana banyak barang diproduksi - tempat-tempat seperti China, Korea Selatan dan Taiwan serta negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam dan raksasa industri Eropa seperti Jerman - terpukul keras oleh penyebaran kasus virus corona. Banyak pabrik tutup sementara atau mengurangi produksi karena pekerja terinfeksi virus atau lockdown yang diwajibkan pemerintah.
Hal ini menyebabkan perusahaan pelayaran memotong jadwal mereka untuk mengantisipasi penurunan permintaan untuk memindahkan barang ke seluruh dunia.
Kelangkaan energi di Eropa awalnya terjadi sebagian besar akibat ketakutan meluasnya pengaruh politik dari Rusia atas negara-negara Uni Eropa.
Jerman telah menangguhkan proses persetujuannya untuk pipa gas Nord Stream 2 yang telah selesai dibangun menyusul meningkatnya tekanan geopolitik untuk membatalkan proyek tersebut dipengaruhi oleh ketakutan akan melipatgandanya ketergantungannya pada gas Rusia.
Pasar energi di seluruh Eropa melonjak setelah regulator energi Jerman menangguhkan proses sertifikasinya, yang merupakan kemunduran besar bagi rencana Gazprom yang didukung Kremlin untuk memperluas dominasi gas Rusia melalui pipa baru melintasi Laut Baltik.
Berita itu menyebabkan lonjakan di pasar gas alam Eropa beberapa pekan terakhir, dengan harga gas alam berjangka Inggris melonjak lebih dari 17 persen pada hari Selasa pekan lalu, di tengah kekhawatiran bahwa Eropa akan kekurangan gas musim dingin ini.
Kondisi ini datang ketika Jerman menemukan sedang dalam transisi politik, dengan Kanselir Angela Merkel, pendukung kuat proyek pipa, akan segera digantikan oleh pimpinan baru.
Regulator energi Jerman pekan lalu mengatakan tidak akan melanjutkan proses persetujuannya sampai perusahaan Nord Stream 2, yang terdaftar di Swiss, mentransfer aset utamanya dan anggaran staf ke anak perusahaannya di Jerman.
Kritik terhadap proyek tersebut khawatir Rusia akan menggunakan pipa saluran gas sebagai senjata geopolitik di Eropa di tengah krisis gas global, sementara itu turut melemahkan Ukraina yang sangat bergantung pada pendapatan dari pengiriman gas Rusia ke Eropa melalui jaringan transit gasnya, meskipun Moskow berkali-kali membantah tuduhan tersebut.
Meningkatnya harga gas dan kondisi rantai pasok yang semakin buruk menimbulkan kekhawatiran terhadap ancaman inflasi yang tinggi.
Di berbagai negara Eropa harga barang tercatat telah mengalami kenaikan. Inggris Raya, misalnya, mengalami kenaikan indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) menjadi 4,2% pada Oktober dibandingkan tahun lalu, tingkat tertinggi dalam 10 tahun. Jerman mengalami kenaikan CPI Oktober menjadi sekitar 4,5% selama periode 12 bulan, tertinggi sejak Agustus 1993.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
