Ada Covid, Krisis Energi dll, Pengusaha Eropa Tetap Pede Lho!

Feri Sandria, CNBC Indonesia
25 November 2021 16:34
Pabrik sepeda lipat Brompton di London barat
Foto: Pabrik sepeda lipat Brompton di London barat (AP/Matt Dunham)

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas bisnis di seluruh kawasan Uni Eropa secara tak terduga menguat pada November, berdasarkan survei dan data yang dikumpulkan oleh IHS Markit. Indikator awal Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) di wilayah tersebut diprediksi naik untuk pertama kalinya dalam empat bulan di bulan November, menjadi 55,8 dibandingkan dengan posisi terendah enam bulan pada Oktober lalu di 54,2.

Indikator awal tersebut merupakan yang tertinggi dalam dua bulan dan jauh di atas konsensus di angka 53,2.

Berdasarkan sektor, aktivitas jasa mengungguli manufaktur selama tiga bulan berturut-turut, mencatat pertumbuhan aktivitas terkuat selama tiga bulan. Indeks PMI Jasa naik menjadi 56,6, dibandingkan dengan 54,6 pada bulan sebelumnya sementara PMI Manufaktur naik menjadi 58,6 dari 58,3. Adapun PMI output manufaktur meningkat menjadi 53,8 dari semula 53,3.

Di bidang manufaktur, pertumbuhan yang lebih besar tertahan khususnya oleh penurunan beruntun selama tiga bulan dalam produksi di sektor otomotif. Akan tetapi kabar baik datang dari ekspansi yang kuat terlihat pada peralatan teknologi, makanan & minuman, dan barang-barang rumah tangga.

Di sektor jasa, kinerja terlemah tercatat untuk pariwisata & rekreasi, di mana pertumbuhan mencapai level terendah sejak Mei terutama karena meningkatnya tingkat infeksi virus.

Berdasarkan kinerja masing-masing negara, pertumbuhan terjadi di Jerman dan Prancis, yang mana negara pimpinan Emmanuel Macron mencatat ekspansi yang kuat dalm dua bulan berturut-turut berkat kenaikan paling tajam dalam aktivitas jasa dalam empat tahun dan mampu mengimbangi penurunan bulanan kedua beruntun dalam output manufaktur.

Sementara itu, wilayah lainnya secara keseluruhan menikmati pertumbuhan manufaktur dan jasa yang lebih cepat daripada yang terlihat di Prancis dan Jerman, pertumbuhan dipercepat di Jerman dan Prancis.

Pertumbuhan output manufaktur yang lemah khususnya kembali terlihat di Jerman yang terjadi akibat kendala rantai pasok. Waktu pengiriman terus meningkat sedangkan kekhawatiran atas masalah pasokan berkontribusi pada peningkatan inventori lebih lanjut oleh manufaktur, dengan rekor penumpukan stok gudang dalam dua bulan karena perusahaan meningkatkan pembelian persediaan barang.

Meskipun tingkat penciptaan lapangan kerja naik ke level tertinggi kedua dalam lebih dari 21 tahun karena perusahaan berusaha memenuhi permintaan yang meningkat, optimisme tentang prospek merosot ke level terendah dalam sepuluh bulan di tengah kekhawatiran meningkatnya kasus COVID-19 dan kendala rantai pasok yang masih dirasakan serta ancaman krisis energi yang ikut membayangi.

Indikator awal PMI bulan November di kawasan Uni Eropa memang menunjukkan angka positif, akan tetapi beberapa kondisi buruk yang sedang terjadi di Benua Biru menyebabkan outlook ke depannya dapat membuat pelaku pasar pusing.

Salah satu yang menjadi perhatian utama saat ini adalah meningkatnya kasus infeksi Covid-19 di berbagai negara Eropa, dengan kondisi di Jerman merupakan salah satu yang paling buruk.

Pada hari Selasa (23/11), otoritas kesehatan Jerman melaporkan penambahan 66.884 kasus baru, rekor harian tertinggi dengan jumlah kasus kematian akibat Covid di negara tersebut baru saja melewati angka 100.000.

Kenaikan tersebut - tidak hanya di Jerman, tapi Eropa secara keseluruhan - didorong oleh kombinasi virus corona varian Delta yang sangat menular, cakupan vaksinasi yang tidak mencukupi serta pelonggaran tindakan protokol kesehatan seperti pemakaian masker dan jarak fisik.

Jumlah kematian akibat Covid-19 di Eropa pun kian melonjak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi jumlah kematian di benua itu bisa mencapai 2,2 juta pada musim dingin ini jika Eropa tetap "dalam cengkraman kuat" Covid-19.

WHO juga mengatakan sekitar 700.000 orang bisa meninggal di kawasan Eropa dalam beberapa bulan mendatang. Badan PBB ini juga memperkirakan stres tinggi atau ekstrem di unit perawatan intensif (ICU) di 49 dari 53 negara akan terjadi antara sekarang dan 1 Maret 2022.

Kondisi Covid di Eropa yang MengkhawatirkanFoto: FT

Selain Jerman, negara-negara lain seperti Slovakia, Republik Ceko, Belanda, dan Hongaria juga melaporkan rekor kasus harian tertinggi baru di tengah akan datangnya libur musim dingin. Perayaan Natal dan tahun baru ketika orang-orang berkumpul di dalam ruangan terus menjadi kekhawatiran akan meroketnya kasus COVID-19.

Sebagian negara Eropa mulai mengambil langkah strategis untuk menyelesaikan permasalahan ini. Mulai dari peningkatan booster vaksin, pengecekan acak penumpang kereta di Jerman mulai Rabu (24/11) kemarin hingga lockdown yang telah dilakukan di Austria mulai Senin (22/11).

Selain pemeriksaan acak di kereta, Jerman juga dikabarkan akan memutuskan pembatasan Covid-19 yang lebih ketat. Bahkan pengambil keputusan di negara itu tengah mempertimbangkan lockdown total di tengah rekor infeksi harian yang terus terjadi dan meningkatnya pasien di rumah sakit.

Pada bulan September, para ekonom dan analis pasar optimis menyatakan bahwa Eropa telah mencapai titik balik. Dalam beberapa pekan terakhir, ancaman utama terhadap ekonomi tampaknya berasal dari gairah di seluruh industri pasca-lockdown yang menyebabkan kemacetan rantai pasokan, kenaikan harga energi dan kekhawatiran inflasi. Ketiganya diharapkan akan membaik perlahan seiring dengan meningkatnya laju vaksinasi dan kehidupan yang mulai kembali menuju arah 'normal' layaknya sebelum pandemi.

Akan tetapi kini kekhawatiran kembali naik, seiring dengan bertambahnya kasus infeksi Covid secara signifikan di seluruh negara Benua Eropa.

Pandemi telah mengganggu hampir setiap aspek rantai pasokan global - jalur manufaktur, transportasi, dan logistik yang biasanya 'tidak terlihat' yang membawa barang dari tempat mereka diproduksi, ditambang, atau dikembangkan ke destinasi tujuan mereka. Di ujung rantai telah menunggu, perusahaan lain atau konsumen yang telah membayar produk jadi.

Permasalahan pada rantai pasok ini menyebabkan kelangkaan yang pada akhirnya telah menyebabkan harga banyak hal meningkat. Gangguan tersebut sebenarnya telah terjadi sejak awal tahun lalu.

Pabrik-pabrik di belahan dunia di mana banyak barang diproduksi - tempat-tempat seperti China, Korea Selatan dan Taiwan serta negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam dan raksasa industri Eropa seperti Jerman - terpukul keras oleh penyebaran kasus virus corona. Banyak pabrik tutup sementara atau mengurangi produksi karena pekerja terinfeksi virus atau lockdown yang diwajibkan pemerintah.

Hal ini menyebabkan perusahaan pelayaran memotong jadwal mereka untuk mengantisipasi penurunan permintaan untuk memindahkan barang ke seluruh dunia.

Kelangkaan energi di Eropa awalnya terjadi sebagian besar akibat ketakutan meluasnya pengaruh politik dari Rusia atas negara-negara Uni Eropa.

Jerman telah menangguhkan proses persetujuannya untuk pipa gas Nord Stream 2 yang telah selesai dibangun menyusul meningkatnya tekanan geopolitik untuk membatalkan proyek tersebut dipengaruhi oleh ketakutan akan melipatgandanya ketergantungannya pada gas Rusia.

Pasar energi di seluruh Eropa melonjak setelah regulator energi Jerman menangguhkan proses sertifikasinya, yang merupakan kemunduran besar bagi rencana Gazprom yang didukung Kremlin untuk memperluas dominasi gas Rusia melalui pipa baru melintasi Laut Baltik.

Berita itu menyebabkan lonjakan di pasar gas alam Eropa beberapa pekan terakhir, dengan harga gas alam berjangka Inggris melonjak lebih dari 17 persen pada hari Selasa pekan lalu, di tengah kekhawatiran bahwa Eropa akan kekurangan gas musim dingin ini.

Kondisi ini datang ketika Jerman menemukan sedang dalam transisi politik, dengan Kanselir Angela Merkel, pendukung kuat proyek pipa, akan segera digantikan oleh pimpinan baru.

Regulator energi Jerman pekan lalu mengatakan tidak akan melanjutkan proses persetujuannya sampai perusahaan Nord Stream 2, yang terdaftar di Swiss, mentransfer aset utamanya dan anggaran staf ke anak perusahaannya di Jerman.

Kritik terhadap proyek tersebut khawatir Rusia akan menggunakan pipa saluran gas sebagai senjata geopolitik di Eropa di tengah krisis gas global, sementara itu turut melemahkan Ukraina yang sangat bergantung pada pendapatan dari pengiriman gas Rusia ke Eropa melalui jaringan transit gasnya, meskipun Moskow berkali-kali membantah tuduhan tersebut.

Meningkatnya harga gas dan kondisi rantai pasok yang semakin buruk menimbulkan kekhawatiran terhadap ancaman inflasi yang tinggi.

Di berbagai negara Eropa harga barang tercatat telah mengalami kenaikan. Inggris Raya, misalnya, mengalami kenaikan indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) menjadi 4,2% pada Oktober dibandingkan tahun lalu, tingkat tertinggi dalam 10 tahun. Jerman mengalami kenaikan CPI Oktober menjadi sekitar 4,5% selama periode 12 bulan, tertinggi sejak Agustus 1993.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hantu Krisis Energi, Begini Ramalan Inflasi India-RI dari DBS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular