Harga Batu Bara Menggila, Saham Emitennya Ikut Kecipratan
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah saham emiten tambang batu bara melaju di zona hijau pada awal perdagangan hari ini, Kamis (25/11/2021), seiring harga batu bara melesat selama tujuh hari beruntun.
Berikut kenaikan saham batu bara, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.38 WIB.
TBS Energi Utama (TOBA), saham +4,23%, ke Rp 1.110/saham
Perdana Karya Perkasa (PKPK), +1,83%, ke Rp 167/saham
United Tractors (UNTR), +1,34+%, ke Rp 22.750/saham
Borneo Olah Sarana Sukses (BOSS), +1,16%, ke Rp 87/saham
Harum Energy (HRUM), +1,02%, ke Rp 9.900/saham
Golden Eagle Energy (SMMT), +1,01%, ke Rp 200/saham
Adaro Energy (ADRO), +0,88%, ke Rp 1.710/saham
Bukit Asam (PTBA), +0,75%, ke Rp 2.680/saham
Resource Alam Indonesia (KKGI), +0,70%, ke Rp 286/saham
ABM Investama (ABMM), +0,69%, ke Rp 1.460/saham
Delta Dunia Makmur (DOID), +0,67%, ke Rp 300/saham
Bayan Resources (BYAN), +0,67%, ke Rp 26.375/saham
Indo Tambangraya Megah (ITMG), +0,59%, ke Rp 21.200/saham
Indika Energy (INDY), +0,59%, ke Rp 1.710/saham
Menurut data di atas, saham TOBA melesat 4,23% ke Rp 1.110/saham, rebound dari anjlok 6,58% pada Rabu kemarin. Dalam seminggu saham ini melejit 65,41%, sedangkan dalam sebulan melonjak 102,75%.
Selain soal kenaikan harga batu bara, menguatnya saham TOBA akhir-akhir ini terjadi seiring perusahaan pada pekan lalu membentuk joint venture (perusahaan patungan) dengan raksasa penyedia jasa ride hailing Tanah Air Gojek untuk membangun ekosistem kendaraan listrik.
Di bawah saham TOBA, saham PKPK juga terkerek naik 1,83% ke Rp 167/saham, usai turun 1,80% kemarin. Setali tiga uang, saham emiten Grup Astra UNTR dan saham BOSS juga sama-sama terapresiasi 1,34% dan 1,16%.
Diwartakan sebelumnya, setelah anjlok habis-habisan, harga batu bara belum berhenti menguat. Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 183,5/ton. Melesat 3,67% dibandingkan sehari sebelumnya.
Dengan demikian, harga batu bara sudah naik selama tujuh hari beruntun. Dalam tujuh hari tersebut, harga meroket 25,9%.
Sepertinya faktor technical rebound masih dominan mewarnai dinamika harga batu bara. Pada 5 Oktober 2021, harga batu bara mencapai titik tertinggi (setidaknya sejak 2008) dengan menyentuh US$ 280/ton.
Selepas itu, harga komoditas ini rontok hingga menyentuh titik terendah di US$ 137,1/ton pada 2 November 2021. Jadi dari titik puncak itu hingga ke titik nadir, terjadi koreksi 51,04%.
Namun usai menyentuh titik nadir, harga batu bara mulai bangkit. Kini sudah terjadi kenaikan 33,84% dari titik terendah itu. Meski begitu, belum sampai menutup penurunan yang lebih dari 51% tadi, jalan masih panjang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)