
Saham BTPS Menuju Rp 4.100, Prospek Bakal Cuan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten bank syariah, PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) berpotensi melanjutkan tren kenaikan setelah perseroan mencatatkan kinerja keuangan solid pada kuartal ketiga tahun ini.
Saham BTPN menurut perkiraan 8 perusahaan sekuritas masih berpotensi menguat dengan target pembelian (target price) di rentang Rp 4.000 sampai dengan Rp 4.800 per saham.
RHB Sekuritas misalnya, merekomendasikan pembelian saham BTPS di harga Rp 4.100 per saham. PT Danareksa Sekuritas di level Rp 4.200 per saham. PT Mandiri Sekuritas di level Rp 4.500 per saham. Sementara itu, Credit Suisse merekomendasikan pembelian BTPS di level Rp 4.850 per saham.
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menilai, target pembelian BTPNS di level Rp 4.300 per saham. Level tersebut merefleksikan 4.3 kali P/B (price to book, nilai buku) 12 bulan berjalan.
"Pulihnya aktivitas bisnis dan konsumsi masyarakat di tahun 2021 menjadi trigger terhadap naiknya pertumbuhan kredit," kata Nico Demus, dalam publikasi riset.
Sedangkan, Pengamat Pasar Modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia Reza Priyambada mencermati, pergerakan harga saham BTPS menunjukkan kenaikan dari sebelumnya di level Rp 2.540 dan kini sudah berada di level Rp 4.020 per saham, mengacu penutupan perdagangan saham Senin kemarin. Dengan begitu, saham BTPS sudah menguat 8% sejak awal tahun ini dan naik 35,35% dalam enam bulan terakhir.
Salah satu katalis pendorong kenaikan kinerja tersebut adalah kinerja keuangan perseroan sampai dengan kuartal ketiga yang terbilang cukup solid.
Tercatat, pembiayaan BTPS hingga September 2021 tumbuh 12% yoy menjadi Rp 10,2 triliun. Aset naik 15% menjadi Rp 17,8 triliun, dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh dengan laju yang sama dengan pertumbuhan asetnya mencapai Rp 10,6 triliun.
Sepanjang 9 bulan pertama tahun ini, net imbalan BTPS tumbuh 22% yoy menjadi Rp 3,12 triliun. Didukung dengan efisiensi pada operasional bank syariah anak usaha BTPN ini, laba sebelum pencadangan (Pre-Provision Operating Profit/PPOP) terkerek naik
31% yoy menjadi Rp 1,89 triliun.
Kondisi ekonomi yang lebih baik di tahun ini membuat pencadangan terus menurun. Hal ini juga tercermin dari biaya provisi yang dikeluarkan BTPS selama 9 bulan tahun ini turun 37% yoy. Alhasil laba bersihnya melonjak 116% yoy menjadi Rp 1,1 triliun.
Sedangkan, dari sisi tren rasio pembiayaan yang macet (Non-Performing Financing/NPF) BTPS memang meningkat sebesar 50 basis poin (bp) dari 1,9% menjadi 2,4%. Namun di saat yang sama Loan Provision Coverage bank yang masuk kategori KBMI II tetap terjaga aman di level 281%.
Bangkitnya UMKM di tahun 2021 menjadi pendorong utama perbaikan kinerja BTPS yang memang fokus menggarap segmen dengan yield menjanjikan tersebut, sehingga kinerjanya terlihat mentereng jika dibandingkan dengan kinerja industri bank syariah maupun konvensional.
Selain itu, investor juga akan menantikan perkembangan prospek apa yang akan dilakukan manajemen ke depannya yang bisa menjadi katalis positif bagi saham perseroan. "Investor lebih cenderung melihat perkembangan prospek apa yang dikembangkan oleh BTPS," katanya.
(sys/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Review: Intip Potensi Saham BTPS