
BTPS Dinobatkan Jadi The Best Performing Islamic Bank 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Media ekonomi terbesar dan terintergasi CNBC Indonesia, menggelar CNBC Indonesia Awards 2021 'The Most Inspiring Financial Companies' sebagai wujud apresiasi dan kinerja yang telah diraih pelaku ekonomi dan dunia usaha tahun ini.
Atas inovasi dan terobosan yang telah dilakukan, PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) dinobatkan sebagai 'The Best Performing Islamic Bank 2021'. Di tengah momentum pertumbuhan ekonomi dan untuk melewati situasi yang menantang, BTPS mencuri perhatian dengan kinerja efisiensi dan profitabilitas di atas rata-rata.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa hingga semester I-2021, penyaluran pembiayaan syariah tumbuh 7,25% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 394,94 triliun, dari Rp 368,23 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Penyaluran pembiayaan syariah tumbuh positif tatkala kredit perbankan konvensional pada periode yang sama hanya bisa tumbuh sebesar 0,59% menjadi Rp 5.482,5 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa bank konvensional masih berhati-hati dan tak jor-joran dengan kredit.
Kebanyakan dari mereka memilih untuk mengerem penyaluran kredit dan memarkir likuiditasnya ke Bank Indonesia (BI) atau dengan membeli obligasi pemerintah yang memiliki risiko lebih rendah ketimbang menyalurkan kredit di tengah situasi industri yang masih menantang.
Kondisi agak berbeda terjadi di bank syariah, sebagaimana terlihat dari pertumbuhan penyaluran pembiayaan, sehingga aset bank syariah melonjak menjadi Rp 616,19 triliun per Juni 2021. Aset bank syariah tumbuh hampir 16% secara tahunan (yoy) dari sebelumnya hanya Rp 531,78 triliun.
BTPN Syariah menjadi salah satu pelaku industri perbankan yang memukau, dengan membukukan kinerja solid dari sisi neraca maupun profitabilitasnya sebagaimana terlihat dari pengembalian aset (return on asset/ROA) yang jauh lebih tinggi di atas pesaingnya.
Jika ROA bank syariah dan konvensional hanya 2%, emiten berkode saham BTPS ini mampu memberikan ROA lebih dari 10%. BTPS juga menjadi bank syariah paling efisien, sebagaimana tercermin dari rasio Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO).
Ketika BOPO bank syariah dan konvensional rata-rata di atas 80%, BOPO BTPN Syariah justru tetap terjaga di bawah 60%. Semakin kecil angka BOPO, semakin bagus pula sebuah bank mengelola efisiensi operasinya.
BTPS juga didukung permodalan yang kuat. Angka rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) BTPS mencapai 52%, jauh di atas rerata CAR bank konvensional dan syariah yang hanya 24%.
Di sisi lain, rasio pembiayaan bermasalah (non-performing finance/NPF) BTPN Syariah per Juni tercatat hanya 2,38% atau jauh dari batas aman sebesar 5%. Angka tersebut juga masih jauh lebih rendah dari rerata industrinya dan bank konvensional yang melewati angka 3%.
Pertumbuhan Berlanjut Konsisten
Pertumbuhan tersebut berlanjut, di mana pembiayaan hingga September 2021 tumbuh 12% yoy menjadi Rp 10,2 triliun. Aset naik 15% menjadi Rp 17,8 triliun, dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh dengan laju yang sama dengan pertumbuhan asetnya mencapai Rp 10,6 triliun.
Secara struktur, DPK perseroan masih didominasi dana mahal berupa deposito yang mencapai hampir 80% dari total DPK. Namun menariknya deposito hanya tumbuh 10% yoy, sedangkan dana murah (Current Account Saving Account/CASA) BTPS tumbuh lebih tinggi dengan laju 33% yoy.
Pertumbuhan CASA yang lebih tinggi dibandingkan dengan deposito membuat biaya atas dana yang dikeluarkan oleh perseroan mengalami penurunan sehingga mendongkrak profitabilitas BTPS.
Sepanjang 9 bulan 2021, net imbalan BTPS tumbuh 22% yoy menjadi Rp 3,12 triliun. Didukung dengan efisiensi pada operasional bank syariah anak usaha BTPN ini, laba sebelum pencadangan (Pre-Provision Operating Profit/PPOP) terkerek naik 31% yoy menjadi Rp 1,89 triliun.
Kondisi ekonomi yang lebih baik di tahun ini membuat pencadangan terus menurun. Hal ini juga tercermin dari biaya provisi yang dikeluarkan BTPS selama 9 bulan tahun ini turun 37% yoy. Alhasil laba bersihnya melonjak 116% yoy menjadi Rp 1,1 triliun.
Tren rasio pembiayaan yang macet (Non-Performing Financing/NPF) BTPS memang meningkat sebesar 50 basis poin (bp) dari 1,9% menjadi 2,4%. Namun di saat yang sama Loan Provision Coverage bank yang masuk kategori KBMI II tetap terjaga aman di level 281%.
Bangkitnya UMKM di tahun 2021 menjadi pendorong utama perbaikan kinerja BTPS yang memang fokus menggarap segmen dengan yield menjanjikan tersebut, sehingga kinerjanya terlihat mentereng jika dibandingkan dengan kinerja industri bank syariah maupun konvensional.
Oleh karenanya, wajar jika harga saham BTPS mampu kembali naik ke angka Rp 4.000/unit dalam waktu singkat setelah sempat mendapat sentimen negatif karena keluar dari indeks LQ45. Sepanjang tahun berjalan, harga saham BTPS berhasil naik 8,8%.
Tren kenaikan harga saham BTPS mulai terjadi pada Juli setelah terkuak laporan keuangan perseroan yang solid. Dalam 3 bulan terakhir, return dari saham BTPS mencapai 58%. Hal ini menunjukkan respons positif investor publik atas kinerja fundamental perseroan.
Tim Riset CNBC Indonesia melakukan kajian riset dan analisis terhadap perbankan syariah yang memenuhi kriteria penilaian, yakni modal inti di atas Rp 1 triliun. Proses penilaian dilakukan pada Oktober melalui riset kualitatif berbasis data sekunder dari publikasi resmi perseroan, BEI, serta media monitoring terhadap 10 media utama nasional.
Atas pencapaian tersebut, Bank BTPN Syariah terpilih menjadi pemenang penghargaan kategori "The Best Performing Islamic Bank 2021" di ajang CNBC Indonesia Awards 2021, mengalahkan nominee lain di industri perbankan syariah.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bangkitnya Segmen Ultra Mikro Jadi Pendorong Kinerja BTPS
