Banyak Sentimen Bermunculan, Bos The Fed Bisa Lengser?
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Jumat (19/11), sekaligus membukukan penguatan 2 pekan beruntun. Harga obligasi (Surat Berharga Negara/SBN), juga mencatat penguatan, hanya rupiah yang stagnan di pekan ini.
Di pekan depan, beberapa faktor akan mempengaruhi pergerakan pasar finansial dalam negeri, salah satu yang paling penting yakni kemungkinan digantinya ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) yang saat ini dijabat Jerome Powell. Faktor-faktor yang mempengaruhi pasar pekan depan akan dibahas pada halaman 2 dan 3.
IHSG sukses membukukan penguatan 1,04% ke 6.720,263 sepanjang pekan ini. Sementara rekor tertinggi sepanjang masa, sedikit saja di atasnya yakni 6.720,988.
Dari pasar obligasi, SBN semua tenor mengalami kenaikan harga yang terlihat dari turunnya imbal hasil (yield).
Pergerakan harga obligasi berbanding terbalik dengan yield. Ketika harga naik maka yield akan turun, begitu juga sebaliknya.
Berikut pergerakan yield SBN sepanjang pekan ini.
Sementara itu rupiah stagnan di Rp 14.235/US$, sebelumnya sempat berfluktuasi dengan menguat ke Rp 14.180/US$, kemudian melemah di Rp 14.270/US$.
Kabar baik datang dari dalam negeri di pekan ini. Bank Indonesia (BI) melaporkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) membukukan surplus sebesar US$ 10,7 miliar pada kuartal III-2021. Jauh membaik ketimbang kuartal sebelumnya yang defisit US$ 0,4 miliar.
"Kinerja NPI tersebut ditopang oleh transaksi berjalan yang mencatat surplus, berbalik dari triwulan sebelumnya yang tercatat defisit, serta surplus transaksi modal dan finansial yang makin meningkat," sebut keterangan tertulis BI, Jumat (19/11/2021).
Transaksi berjalan pada kuartal III-2021 mencatat surplus US$ 4,5 miliar atau 1,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Juga membaik ketimbang kuartal sebelumnya yang minus US$ 2 miliar (0,7% PDB).
Surplus di kuartal III-2021 tersebut menjadi yang tertinggi sejak kuartal IV-2009.
Kinerja transaksi berjalan terutama dikontribusikan oleh surplus neraca barang yang makin meningkat, didukung oleh kenaikan ekspor non-migas sejalan dengan masih kuatnya permintaan dari negara mitra dagang dan berlanjutnya kenaikan harga komoditas ekspor utama di pasar internasional.
Transaksi berjalan menjadi faktor yang begitu krusial dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil.
Stabilitas rupiah sangat penting karena memberikan kenyamanan investor asing untuk berinvestasi di dalam negeri. Sebab, risiko kerugian akibat kurs menjadi minim.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Pasar Pekan Depan
(pap/pap)