
Banyak Sentimen Bermunculan, Bos The Fed Bisa Lengser?

Untuk pekan depan, dari dalam negeri akan minim sentimen. Tetapi yang bisa menjadi perhatian adalah kemungkinan diumumkannya pengetatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) di Indonesia sudah terkendali. Namun pemerintah mengantisipasi kembali terjadinya lonjakan di akhir tahun ini. Oleh karena itu pemerintah rencananya akan menerapkan PPKM level 3 di seluruh wilayah Indonesia mulai 24 Desember hingga 2 Januari.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy mengatakan kemungkinan besar akan mengumumkan ketentuan PPKM level 3, 22 November.
"Pertemuan yang melibatkan banyak orang juga akan ditiadakan," kata Muhadjir, dalam rilisnya pekan ini.
Muhadjir menegaskan bahwa kebijakan PPKM level 3 yang akan diterapkan menjelang akhir tahun itu sedikit berbeda dengan kebijakan PPKM level 3 yang diterapkan saat ini.
"Kurang lebih sama, ada sedikit tambahan," katanya.
Untuk syarat perjalanan selama periode libur Natal-Tahun Baru nantinya akan diatur oleh Menteri Perhubungan (Menhub) dan Kapolri. Saat ini penyusunan syarat-syarat yang dimaksud masih dalam koordinasi secara intensif.
Muhadjir memastikan tidak akan ada penyekatan, tetapi masyarakat disarankan tidak bepergian kecuali untuk tujuan yang sangat penting. Pemerintah juga melarang pesta tahun baru, pesta kembang api dan pawai pada saat malam tahun baru mendatang.
Sementara dari luar negeri sentimen cukup banyak. Yang pertama dari Eropa yang akan merilis data aktivitas manufaktur yang dilihat dari purchasing managers' index (PMI). Benua Biru sedang mengalami lonjakan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) sehingga bagaimana sektor manufakturnya akan menjadi perhatian.
Jerman, negara dengan nilai perekonomian terbesar di Eropa menjadi sorotan, sebab kasus Covid-19 mencatat rekor tertinggi selama pandemi di pekan ini.
Pada 18 November mencatat penambah kasus sebanyak 64.164 orang, tertinggi sepanjang pandemi. Jumlah tersebut naik nyaris 10 kali lipat ketimbang satu bulan lalu saat penambahan kasus masih di bawah 7.000 orang per hari.
Hasil polling Reuters menunjukkan PMI maanufaktur Jerman di bulan November turun menjadi 56,7 dari bulan sebelumnya 57,8. Penurunan lebih tajam dari prediksi tersebut tentunya akan berdampak negatif ke pasar finansial global, yang akan mempengaruhi pasar finansial Indonesia.
Kemudian dari Amerika Serikat (AS) akan dirilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2021 rilis kedua, yang diprediksi naik menjadi 2,1% dari rilis pertama sebesar 2%.
Yang paling menjadi perhatian adalah rilis data inflasi versi personal consumption expenditure (PCE), sebab menjadi acuan bank sentral AS (The Fed) dalam menetapkan suku bunga.
Inflasi inti PCE diprediksi tumbuh 4,1% year-on-year (YoY) di bulan Oktober, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 3,6% YoY yang merupakan level tertinggi dalam 30 tahun terakhir.
Kenaikan inflasi tersebut akan menguatkan ekspektasi kenaikan suku bunga yang agresif di tahun depan, yang bisa memberikan tekanan bagi IHSG, rupiah hingga SBN.
Selain itu, rilis notula rapat kebijakan moneter The Fed juga akan memberikan gambaran lebih jelas bagaimana outlook kebijakan yang akan diambil setelah resmi melakukan tapering di bulan ini.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Ketua The Fed, Jerome Powell, Bakal Lengser?
(pap/pap)