Mei tidak Berakhir Horor, IHSG-Rupiah Siap Ngegas Awal Juni?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 June 2022 19:55
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar finansial Indonesia mengalami tekanan di bulan Mei. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat jeblok hingga nyaris 10% ke 6.509,879, yang merupakan level terlemah sejak awal Desember tahun lalu.

IHSG perlahan bangkit dan memangkas pelemahan menjadi 1,1% ke 7.148,99 sepanjang bulan Mei. Rebound IHSG tersebut terbilang impresif, begitu juga dengan rupiah.

Mata uang Garuda tercatat melemah 0,59% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.580/US$, setelah sebelumnya sempat terpuruk hingga ke kisaran Rp 14.730/US$.

Pasar obligasi juga mengalami tekanan, terlihat dari yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun yang mengalami kenaikan 29,8 basis poin ke 7,047%.

Kamis (2/6/2022) menjadi perdagangan pertama di bulan Juni. IHSG dan rupiah berpeluang menguat. Setidaknya ada dua faktor yang mempengaruhi pergerakan pasar finansial Indonesia dari dalam negeri.

Yang pertama rilis data aktivitas sektor manufaktur Indonesia bulan Mei. Sebelumnya di bulan April, aktivitas sektor manufaktur yang dilihat dari purchasing managers' index (PMI) mengalami kenaikan menjadi 51,9 dari bulan sebelumnya 51,3.

Jika kembali menunjukkan kenaikan, tentunya hal tersebut akan memberikan sentimen positif ke IHSG, rupiah hingga SBN.

Kemudian yang kedua rilis data inflasi. Secara month-to-month (mtm), inflasi Mei diperkirakan 0,41%.

Namun, inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) diperkirakan 3,55% (yoy), berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 13 institusi.
Level tersebut akan menjadi yang tertinggi sejak Januari 2017 atau dalam lima tahun terakhir di mana pada saat itu inflasi tercatat 3,61%.

Meski masih menanjak tetapi jika dilihat pertumbuhan month-to-month melandai dari sebelumnya 0,95%.

Tanda-tanda inflasi yang melandai juga bisa memberikan sentimen positif ke pasar finansial. Sebab, tekanan bagi Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga menjadi lebih kecil. Dengan suku bunga acuan di tahan di rekor terendah 3,5%, tentunya akan membantu pertumbuhan ekonomi.

BI sendiri optimis inflasi di tahun ini masih akan terkendali, meski akan sedikit di atas 4%, dan di tahun depan akan kembali ke bawahnya.

Sementara itu dari eksternal, pergerakan bursa saham AS (Wall Street) hari ini akan mempengaruhi pergerakan IHSG. Wall Street menunjukkan tanda-tanda akan menguat, terlihat dari pergerakannya di pasar berjangka. Jika Wall Street nantinya berakhir menguat, tentunya akan memberikan sentimen positif ke pasar saham Asia Kamis besok.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Balik Arah, The Fed Diprediksi Bakal Pangkas Suku Bunga

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular