Duh! Rupiah Babak Belur di Asia Sepanjang Bulan Mei

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 June 2022 18:20
foto : CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sepanjang bulan Mei mencatat pelemahan 0,59% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.580/US$. Tidak hanya itu, rupiah juga mencatat pelemahan 3 bulan beruntun.

Tidak hanya melawan dolar AS, melawan mata uang Asia lainnya, rupiah juga babak belur. Mata uang Garuda hanya mampu menguat melawan yuan China sebesar 0,37% dan rupee India 0,81%. Melawan mata uang lainnya, rupiah terpuruk.

Rupiah paling terpuruk melawan won Korea Selatan, jeblok hingga 2,27%. Melawan dolar Singapura, rupiah juga melemah hingga 1,58%.

Berikut pergerakan mata uang Asia melawan rupiah sepanjang Mei.

Kinerja rupiah tersebut bisa saja lebih parah lagi, menjelang akhir Mei rupiah mampu memangkas kemerosotan. Jika dilihat ke belakang, rupiah mulai terpuruk setelah pemerintah melarang ekspor minyak goreng, minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya sejak akhir April lalu.

"Saya akan terus memantau dan mengevaluasi kebijakan ini agar ketersediaan minyak goreng melimpah dengan harga terjangkau," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam keterangan pers lewat akun Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (22/4/2022).

"Hari ini saya telah memimpin rapat tentang pemenuhan kebutuhan pokok rakyat utamanya yang berkaitan dengan ketersediaan minyak goreng di dalam negeri. Dalam rapat tersebut telah saya putuskan pemerintah melarang ekspor bahan baku minyak goreng dan minyak goreng," kata Presiden.

CPO merupakan salah satu komoditas ekspor andalan yang membantu neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus dalam 24 bulan beruntun, serta membuat transaksi berjalan (current account) juga surplus di tahun lalu.

Di kuartal I-2022, transaksi berjalan juga masih surplus US$ 0,2 miliar atau 0,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini membuat transaksi berjalan alias current account mengalami surplus tiga kuartal beruntun.

Kinerja positif tersebut ditopang oleh surplus neraca perdagangan nonmigas yang tetap kuat seiring dengan harga ekspor komoditas global yang masih tinggi, seperti batu bara dan CPO, di tengah peningkatan defisit neraca perdagangan migas sejalan dengan kenaikan harga minyak dunia.

Sementara itu, defisit neraca jasa meningkat sejalan dengan perbaikan aktivitas ekonomi yang terus berlanjut dan kenaikan jumlah kunjungan wisatawan nasional ke luar negeri pasca pelonggaran kebijakan pembatasan perjalanan antarnegara dan penyelenggaraan ibadah umrah yang kembali dibuka.

"Di sisi lain, defisit neraca pendapatan primer membaik sehingga menopang berlanjutnya surplus transaksi berjalan," papar laporan Bank Indonesia (BI), Jumat (20/5/2022).

Setiap bulannya pendapatan negara dari ekspor CPO dan turunannya mencapai US$ 2,5 miliar - US$ 3 miliar, yang bisa hilang akibat pelarangan ekspor.

Hilangnya pendapatan tersebut tentunya sangat signifikan dan bisa menggerus surplus neraca perdagangan Indonesia di bulan Mei, yang bisa berdampak pada transaksi berjalan di kuartal II-2022.

Beruntung, kurang dari satu bulan kebijakan pelarangan ekspor minyak goreng, CPO dan turunannya kembali dibuka.

"Berdasarkan kondisi pasokan dan harga minyak goreng saat ini, serta mempertimbangkan adanya 17 juta orang tenaga di industri sawit petani dan pekerja, dan tenaga pendukung lainnya maka saya memutuskan ekspor minyak goreng akan dibuka kembali pada Senin 23 Mei 2022 ," kata Jokowi dalam pernyataan resminya, Kamis (19/5/2022).

Keputusan tersebut membuat rupiah perlahan bangkit dan memangkas pelemahan di akhir Mei.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular