Asal Bapak Erdogan Senang! Tapi Turki Jadi Krisis Mata Uang

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 November 2021 14:04
Topik_Turki_kecil
Foto: Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Sentral Turki (TCMB) kembali memangkas suku bunga acuannya sebesar 100 basis poin menjadi 15% Kamis (18/11) kemarin. Bisa ditebak, kurs lira makin merosot melawan dolar Amerika Serikat (AS), bahkan Turki kini dihadapkan dengan krisis mata uang atau kejatuhan tajam nilai tukar dalam waktu singkat.

Kamis kemarin lira jeblok 3,6% ke 10,99/US$, bahkan sebelumnya sempat menyentuh 11,285/US$ atau merosot 6,3%. Melansir data Refinitiv. Kinerja tersebut menjadi pelemahan harian yang terburuk dalam lebih dari 3 tahun terakhir.

TCMB yang kini dipimpin Sahap Kavcioglu sudah memangkas suku bunga sebesar 400 basis poin sejak September lalu ke 15%, padahal inflasi di Turki kini nyaris 20%.

Alhasil, ketika suku bunga lebih rendah dari inflasi, mata uang pun terpuruk. Pada perdagangan hari ini, Jumat (19/11) pukul 13:14 WIB, lira kembali merosot lebih dari 1% ke 11,1139/US$.

Sepanjang tahun ini, nilai tukar lira sudah ambrol lebih dari 50%.

Kebijakan yang anti mainstream TCMB yang mengikuti kemauan Presiden Recep Tayyip Erdogan menjadi pemicu krisis mata uang lira.

Bank sentral biasanya akan menaikkan suku bunga ketika inflasi tinggi. Tetapi TCMB malah mengambil kebijakan sebaliknya. Hal ini tidak lepas dari sikap Erdogan yang anti terhadap suku bunga tinggi. Ia berpandangan suku bunga tinggi adalah "biangnya setan".

Jika gubernur TCMB memilik pandangan yang berbeda, akan berujung pada pemecatan.

Sebelum Kavcioglu, Gubernur TCMB dijabat Naci Agbal yang menjabat hanya 5 bulan saja, periode November 2020 hingga Maret 2021.

Di bawah era Agbal, nilai tukar lira Turki sangat perkasa. Sebelumnya, lira sudah berada di rekor terlemah sepanjang sejarah pada November tahun lalu, ketika Agbal mulai menaikkan suku bunga perlahan lira bangkit, hingga mencatat penguatan 24% dari rekor terendah.

Lira Turki juga menjadi mata uang terbaik di dunia awal tahun ini. Sejak akhir 2020 hingga 18 Februari lalu lira membukukan penguatan 6,6% melawan dolar AS.

Namun, meski nilai tukar lira menjadi perkasa, tingkat kepercayaan investor meningkat, cadangan devisa bertambah, Agbal tetap saja dicopot dari jabatannya oleh Erdogan pada bulan Maret lalu tanpa ada alasan. Pasar melihat pemecatan tersebut dilakukan akibat Agbal yang agresif menaikkan suku bunga.

Bahkan, pada bulan September lalu deputi gubernur Ugur Namik Kucuk, menjadi satu-satunya dari 7 komite pembuat kebijakan yang menolak menurunkan suku bunga. Tidak berselang lama ia dicopot dari jabatannya.

"Kucuk satu-satunya yang menolak menurunkan suku bunga, jadi ini (pemecatan) menyedihkan bagi dia, dan bagi negara," kata salah satu bankir di Istanbul yang dikutip Financial Times. Kamis (14/10).

Masa depan lira saat ini juga masih suram, sebab Gubernur Kavcioglu mengindikasikan akan memangkas lagi suku bunganya bulan depan. 

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Waspada Rush Money, Muncul Desakan Erdogan Mundur

Jebloknya kurs lira bisa berdampak lebih luas bagi Turki. Inflasi di Turki saat ini nyaris mencapai 20%, dengan inflasi setinggi itu, riil yield obligasi tenor 10 tahun menjadi negatif.
Hal ini tentunya tidak akan menarik bagi investor menanamkan modalnya di Turki. Yield tenor 10 tahun Turki kini paling bawah dibandingkan negara-negara emerging market lainnya. 

liraFoto: Refinitiv
l

Dengan demikian, Erdogan akan sulit mendapatkan pembiayaan dari penerbitan obligasi.

Apalagi jika kurs lira terus terpuruk pada analis memperkirakan inflasi bisa mencapai 30%. Rill yield tentunya akan semakin negatif.

Tingginya inflasi kemudian akan menurunkan daya beli masyarakat, yang tentunya berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Peluang lira makin terpuruk memang sangat besar, sebab TCMB bisa kembali memangkas suku bunga bulan depan. Selain itu, cadangan devisa Turki untuk mengintervensi lira juga tidak besar. Bahkan, analis mengatakan cadangan devisa sebenarnya negatif.

Reuters melaporkan hingga 12 November lalu, cadangan devisa Turki sebesar US$ 28,61 miliar mengalami peningkatan cukup tajam dibandingkan April lalu ketika berada di bawah US$ 10 miliar. Kenaikan tersebut berkat Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang mendistribusikan Special Drawing Right (SDR).

Namun, di sisi lain, TCMB memiliki outstanding swap sebesar US$ 43,44 miliar, sehingga pada kenyataanya cadangan devisa negatif US$ 15 miliar.

Pelemahan tajam lira juga membuat warga Turki mengkonversinya menjadi mata uang asing terutama dolar AS dan euro. Dolarisasi sebenarnya sudah terjadi sejak lama di Turki. Reuters melaporkan deposit warga dan dan institusi Turki dalam bentuk mata uang asing mencapai 60%.

liraFoto: Refinitiv

Krisis yang lebih besar dikatakan bisa muncul jika terjadi rush money atau penarikan uang besar-besaran oleh masyarakat.

Akibat jebloknya lira, kritik terhadap Erdogan juga memuncak di media sosial. Tagar "1 dolar AS sama dengan 11 Lira" dan "Pemilu Segera" menjadi trending topic.

Sementara itu, pemimpin oposisi dari Partai Rakyat Republik (CHP), Kemal Kilicdaroglu, meminta segera dilaksanakan pemilihan umum.

"Berhenti Sudah, Erdogan! Segera pemilu," kicau Kilicdaroglu sebagaimana dikutip Reuters.

Hal sedana diungkapkan dari ketua partai Iyi, Meral Aksenser. Ia mengatakan Erdogan sudah menghancurkan mata uang lira, dan reputasi negara Turki.

"Jika ini disengaja, ini benar-benar sebuah pengkhianatan. Tetapi jika jebloknya lira terjadi akibat ketidakmampuan, maka sudah jelas apa yang harus dilakukan: lakukan pemilu secepatnya untuk menghentikan aib ini," kata Aksenser.

Turki kini berisiko menghadapi gejolak politik, dan masalah-masalah lainnya akibat jebloknya nilai tukar lira.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Piye Mr Erdogan! Lira Turki Terjun Bebas, Rekor Terburuk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular