Biar Ga Kudet, Baca 7 Kabar Ini Sebelum Cari Cuan
Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan jual yang cukup massif oleh pelaku pasar asing menghentikan tren penguatan bursa saham domestik pada perdagangan Kamis kemarin.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah sebesar 0,59% ke level 6.636,46 dengan nilai transaksi Rp 11,96 triliun. Pelaku pasar asing melakukan penjualan bersih senilai Rp 417,93 miliar. Namun, bila diakumulasi sejak awal tahun, investor asing masih melakukan pembelian bersih senilai Rp 38,49 triliun.
Cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai transaksi pada perdagangan Jumat (19/11/2021):
1.BPKH Kuasai Bank Muamalat, Mau Tambah Modal Rp 1,2 T
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk bakal melakukan penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD/rights issue) dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 39.810.039.107 saham baru seri C. Target dana yang bisa digaet dari aksi korporasi ini adalah senilai Rp 1,19 triliun.
Berdasarkan prospektus ringkas yang dirilis perusahaan, saham baru yang diterbitkan ini memiliki nilai nominal Rp 30/saham dan akan dieksekusi di harga yang sama.
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) sebagai pemegang saham utama perusahaan telah berkomitmen untuk menyerap haknya sebanyak 31.234.031.443 atau dengan total dana senilai Rp 937,02 miliar.
Jika sisa saham yang diterbitkan tidak diserap oleh pemegang saham lainnya, maka BPKH juga telah berkomitmen untuk menyerap seluruh sisa saham tersebut sebagai pembeli siaga (standby buyer).
Setiap pemegang 10 saham perusahaan, nantinya akan berhak atas 39 HMETD, di mana setiap satu HMETD memiliki hak untuk satu saham seri C tersebut.
Jika pemegang saham tidak melaksanakan haknya, nantinya akan terjadi dilusi kepemilikan sebesar 79,60%.
Dana hasil rights issue ini oleh Bank Muamalat akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan Perseroan dalam rangka kegiatan pembiayaan syariah. Lainnya adalah untuk peruntukan lainnya yang dapat mendukung pertumbuhan bisnis perusahaan.
2.Eks Bos PLN Sofyan Basir Jadi Komisaris Utama TELE
Emiten peritel ponsel, PT Tiphone Mobile Tbk (TELE), merombak jajaran pengurus perseroan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perseroan yang dilaksanakan hari ini, Kamis, 18 November 2021.
Pemegang saham menyetujui Sofyan Basir sebagai komisaris utama sekaligus komisaris independen. Sofyan sebelumnya pernah menjabat sebagai direktur utama di PT PLN (Persero) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
Sedangkan posisi komisaris lainnya adalah Bapak Henry Christiadi dan Bapak Heriawan. Selain merombak komisaris, pemegang saham TELE juga menyetujui perombakan direksi. Muhammad Syawaluddin, dan Ofan Sofwan masuk sebagai sebagai direktur baru perseroan.
Posisi Direktur Utama Perseroan tetap dijabat oleh Tan Lie Pin. Gatot Bekti Haryono juga masih menjabat masih sebagai direktur. Corporate Secretary TELE, Semuel Kurniawan menyampaikan, dengan hadirnya beberapa wajah baru pada manajemen perseroan yang memiliki pengalaman dalam dunia usaha. "Diharapkan perseroan dapat mengembangkan usahanya lebih baik lagi di masa mendatang," kata dia.
3.KRAS Sudah Cetak Laba Rp 1,05 T Hingga Oktober 2021
Produsen baja pelat merah PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) mengantongi laba bersih senilai Rp 1,05 triliun hingga akhir Oktober 2021 lalu. Laba bersih ini berhasil dicapai dengan kinerja penjualannya yang mencapai Rp 26,5 triliun di periode tersebut.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan nilai penjualan tersebut tercatat naik 73,19% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 15,3 triliun.
"Kinerja Krakatau Steel yang semakin baik dan konsisten ini tidak lepas dari keberhasilan manajemen dalam melakukan restrukturisasi dan transformasi Krakatau Steel," kata Silmy dalam siaran persnya, Kamis (18/11/2021).
Dari sisi operasional, produksi Krakatau Steel naik 35% menjadi sebesar 1.628.000 ton dari sebelumnya sebesar 1.207.000 ton di periode yang sama tahun 2020 hingga akhir bulan lalu.
Perusahaan juga mencatatkan penurunan variable cost sebesar 10% menjadi US$ 57/ton dari sebelumnya US$ 63/ton. Fixed cost juga turun sebesar 8% menjadi US$ 60/ton hingga Oktober 2021 dibandingkan periode yang sama di tahun lalu yang sebesar US$ 65/ton.
4.Melesat 439%, PGN Cetak Laba Jadi Rp 4,07 T
Emiten distributor gas BUMN, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$ 286 juta atau sekitar Rp 4,07 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.250 per US$ pada periode sembilan bulan pertama tahun ini.
Perolehan laba bersih ini meningkat 439,62% dari periode yang sama di tahun sebelumnya US$ 53 juta atau sekitar Rp 755,25 miliar. Meroketnya perolehan laba bersih PGAS seiring dengan kenaikan pendapatan dari sebelumnya US$ 2,15 miliar atau Rp 30,63 triliun menjadi US$ 2,25 miliar atau sekitar Rp 32,06 triliun.
Rinciannya, pendapatan ini dikontribusi paling besar dari segmen niaga gas senilai US$ 1,73 miliar, tak jauh berbeda dari tahun sebelumnya US$ 1,74 miliar.
Pendapatan transmisi gas memberi andil senilai US$ 164,38 juta, naik dari tahun sebelumnya US$ 162,32 juta. Lalu, transportasi minyak US$ 13,45 juta juga meningkat dari US$ 13,11 juta pada September tahun lalu.
(sys/hps)