Sedang Booming! Ini Deretan Emiten CPO dengan Omzet Jumbo
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah emiten produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) utama sudah melaporkan kinerja per kuartal III (September) 2021. Mayoritas emiten berhasil mencatatkan pertumbuhan penjualan dan laba bersih selama 9 bulan pertama tahun ini, di tengah melonjaknya harga CPO secara global.
Pada Rabu (17/11), pukul 14.20 WIB, kontrak berjangka CPO di Bursa Malaysia tercatat di posisi MYR 4.866/ton. Angka tersebut sudah melesat 35,17% dibandingkan dengan posisi awal tahun 2021. Sementara, dalam setahun belakangan, harga minyak sawit sudah melonjak 48,40%.
Lantas, bagaimana kinerja keuangan emiten CPO di Bursa Efek Indonesia (BEI)? Emiten mana yang berhasil meraup angka penjualan tertinggi? Kemudian, Emiten mana dengan pertumbuhan kinerja terbesar?
Di bawah ini, Tim Riset CNBC Indonesia merangkum rapor keuangan 8 emiten sawit yang diurutkan berdasarkan besaran penjualan per akhir September 2021. Namun, tidak semua emiten CPO utama atau pemain besar di bidang tersebut termasuk dalam pembahasan di bawah.
Duo emiten Grup Salim, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dan induknya PT Salim Ivomas Pratama Tbk (LSIP) serta emiten sawit yang didirikan oleh taipan perkebunan Abdul Rasyid di Kalimantan Tengah, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) belum melaporkan kinerja keuangan kuartal III tahun ini.
Selain itu, emiten Grup Bakrie PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP) dan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) juga belum merilis rapor keuangan perusahaan per triwulan ketiga 2021.
Sebagai catatan, data yang digunakan di bawah ini merupakan laporan keuangan konsolidasian. Dalam hal ini, ada emiten yang memiliki total pendapatan atau penjualan selain di produk sawit serta turunannya, seperti PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT).
Selain mengandalkan produk sawit, ANJT juga memiliki pendapatan dari segmen tepung sagu, edamame dan lain-lain--kendati dalam porsi yang sangat kecil (0,83%).
8 Besar Kinerja Emiten CPO berdasarkan Angka Penjualan Tertinggi per Q3 2021
Kode Ticker | Pendapatan Q3-21 | Pendapatan Q3-20 | % Pendapatan (yoy) | Laba Bersih Q3-21 | Laba Bersih Q3-20 | % Laba Bersih (yoy) |
SMAR | Rp 40,38 T | Rp 28,20 T | 43.18 | Rp 1,79 T | Rp 214,72 M | 735.76 |
AALI | Rp 18,01 T | Rp 13,32 T | 35.21 | Rp 1,47 T | Rp 582,55 M | 152.20 |
DSNG | Rp 5,05 T | Rp 4,38 T | 15.33 | Rp 415,88 M | Rp 163,77 M | 153.94 |
MGRO | Rp 4,77 T | Rp 2,54 T | 88.08 | Rp 49,51 M | (Rp 37,11 M) | N/A |
TAPG | Rp 4,45 T | Rp 3,56 T | 24.90 | Rp 713,17 M | Rp 249,10 M | 186.30 |
SGRO | Rp 3,91 T | RP 2,26 T | 73.02 | Rp 509,67 M | Rp 17,77 M | 2767.64 |
ANJT* | Rp 2,73 T | Rp 1,69 T | 61.27 | Rp 372,58 M | Rp 21,48 M | 1634.35 |
BWPT | Rp 2,13 T | Rp 1,61 T | 32.48 | (Rp 1,73 T) | (Rp 742,06 M) | 133.69 |
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) |*Di laporan keuangan, mata uang pelaporan ANJT adalah dolar Amerika Serikat (AS); dalam tabel di atas angka kinerja keuangan dikonversi ke rupiah dengan asumsi kurs pada tanggal pelaporan Rp 14.307/US$
Apabila menilik data di atas, emiten Grup Sinar Mas PT SMART Tbk (SMAR) memiliki nilai pendapatan atau penjualan tertinggi per kuartal III 2021, yakni Rp 40,38 triliun, naik 43,18% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Laba perusahaan juga melonjak hingga 736% menjadi Rp 1,79 triliun dari sebelumnya hanya sebesar Rp 214,72 miliar.
Penjualan ekspor dan dalam negeri SMAR nyaris sama besarnya yakni senilai Rp 19,93 triliun dan Rp 20,45 triliun. Penjualan ekspor didominasi oleh produk kelapa sawit kepada pihak berelasi sebesar Rp 14,75 triliun. Pos pendapatan ini juga merupakan yang mengalami pertumbuhan terbesar, meningkat lebih dari 100% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara, dari dalam negeri didominasi oleh penjualan produk kelapa sawit kepada pihak ketiga senilai Rp 14,42 triliun.
Di posisi kedua, ada emiten Grup Astra PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dengan total pendapatan hingga 30 September 2021 sebesar Rp 18,01 triliun, tumbuh 35,21% dari periode kuartal III 2020. Laba bersih AALI juga tercatat melonjak 152% menjadi Rp 1,45 triliun dari sebelumnya hanya sebesar Rp 582,55 miliar.
Kemudian, dari sisi nilai laba bersih tertinggi, SMAR kembali memimpin dengan laba bersih Rp 1,79 triliun hingga periode akhir September 2021. AALI lagi-lagi membuntuti dengan nilai laba bersih Rp 1,47 triliun.
Lebih lanjut, dari sisi pertumbuhan pendapatan atau penjualan tertinggi, dipegang oleh PT Mahkota Group Tbk (MGRO), yakni sebesar 88,08% secara yoy menjadi Rp 4,77 triliun.
Berkat penjualan yang melonjak tinggi tersebut, MGRO berhasil membalik rugi bersih Rp 37,11 miliar pada kuartal III 2020 menjadi laba bersih Rp 49,51 miliar pada periode yang sama tahun ini.
Adapun kenaikan laba tertinggi dialami oleh emiten Grup Sampoerna PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) sebesar 2.767,64% secara tahunan menjadi Rp 509,67 miliar pada kuartal ketiga 2021. Pertumbuhan penjualan SGRO pun berada di peringkat kedua di bawah MGRO, yakni sebesar 73,02% secara tahunan menjadi Rp 3,91 triliun.
Dalam tabel di atas, satu-satunya emiten yang mencatatkan rugi adalah emiten milik BUMN Malaysia Felda dan Grup Rajawali PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT), dengan rugi bersih Rp 1,73 triliun. Angka tersebut membengkak dari rugi bersih periode yang sama tahun lalu Rp 742,06 miliar.
Kenaikan penjualan BWPT sebesar 32,48% secara yoy tampaknya tidak mampu memangkas rugi bersih perusahaan. Ini lantaran, terutama, adanya rugi atas penjualan anak perusahaan Rp 1,39 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)