Harga CPO Mulai Bangkit, Saham Emitennya Malah Loyo!

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Rabu, 10/11/2021 11:33 WIB
Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) ambles ke zona merah pada lanjutan sesi I perdagangan hari ini, Rabu (10/11/2021), di tengah harga kontrak berjangka (futures) CPO berusaha rebound pagi ini.

Berikut penurunan saham CPO, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.44 WIB.

  1. SMART (SMAR), saham -5,81%, ke Rp 4.700/saham


  2. Provident Agro (PALM), -2,20%, ke Rp 444/saham

  3. Sawit Sumbermas Sarana (SSMS), -1,78%, ke Rp 1.105/saham

  4. Bakrie Sumatera Plantations (UNSP), -1,74%, ke Rp 113/saham

  5. Astra Agro Lestari (AALI), -1,15%, ke Rp 10.775/saham

  6. Tunas Baru Lampung (TBLA), -1,14%, ke Rp 865/saham

  7. Eagle High Plantations (BWPT), -1,11%, ke Rp 89/saham

  8. PP London Sumatra Indonesia (LSIP), -1,07%, ke Rp 1.390/saham

  9. Salim Ivomas Pratama (SIMP), -0,81%, ke Rp 488/saham

  10. Jaya Agra Wattie (JAWA), -0,57%, ke Rp 174/saham.

Menurut data di atas, saham emiten Grup Sinar Mas SMAR mengalami penurunan terbesar, yakni 5,81% ke Rp 4.700/saham. Dalam seminggu saham SMAR ambles 3,49%, sedangkan dalam sebulan masih melesat 8,05%.

Kemudian, ada saham emiten Grup Saratoga dan Provident Capital PALM yang melorot 2,20% ke Rp 444/saham, usai 'hanya' naik 0,89% kemarin. Dalam seminggu saham PALM turun 3,46%, sedangkan dalam sebulan anjlok 10,80%.

Di posisi ketiga, saham SSMS tergerus 1,74% ke Rp 113/saham, setelah turun selama 2 hari beruntun. Saham SSMS melemah 3,06% dalam seminggu, tetapi masih naik 5,21% dalam sebulan terakhir.

Saham duo Grup Salim, LSIP dan SIMP, pun terperosok ke zona merah. Saham LSIP terdepresiasi 1,07%, sedangkan saham sang induk SIMP, turun 0,81%.

Sementara itu, berdasarkan data Refinitiv, Rabu (10/11), pukul 10.58 WIB, futures CPO di Bursa Malaysia naik 1,25% ke posisi MYR 4.852/ton. Kemarin, harga CPO ditutup ambles 2,10% dibandingkan hari sebelumnya.

Dalam seminggu terakhir, harga CPO anjlok 4,31%, sedangkan dalam sebulan turun 2,30%. Adapun secara year to date (ytd) harga CPO sudah melonjak 34,78%.

Melansir Reuters, Rabu (10/11), kenaikan harga CPO siang ini seiring investor menunggu data perdagangan utama di tengah harapan untuk ekspor CPO yang lebih tinggi pada awal November.

Sementara, itu harga kontrak kedelai berjangka di bursa Chicago Board of Trade (CBOT) kedelai berjangka melonjak pada hari Selasa setelah Departemen Pertanian AS mengurangi perkiraannya untuk hasil domestik.

Kemudian, Kontrak berjangka soyoil teraktif di bursa Dalian naik 0,4%, sementara kontrak minyak sawit menguat 0,9%. Adapun harga kedelai di CBOT juga terkerek 0,4%.

Asal tahu saja, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.

Di sisilain, Asosiasi Minyak Sawit Malaysia (MPOA) memperkirakan produksi Oktober 2021 naik 1,7% dibandingkan bulan sebelumnya.

"Harga yang sebelumnya naik tinggi juga membuat permintaan melambat. Saat ini CPO agak kehilangan momentum permintaan," ujar Anil kumar Bagani, Kepala Riset Sunvin Group yang berbasis di Mumbai (India), seperti dikutip dari Reuters.

Negara-negara tujuan ekspor CPO utama seperti India, China, dan Pakistan, lanjut Bagani, mengurangi permintaan karena memasuki musim penghujan. Biasanya konsumen di negara-negara tersebut beralih ke minyak lain karena CPO bisa membeku saat udara terlalu dingin.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Belajar Dari Negeri Jiran, Ini Cara Pabrik Sawit Atasi Masalah