Lepas dari Bayang-bayang Tapering, Rupiah Balik Menguat
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah berbalik menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di penutupan perdagangan Jumat (5/11), setelah sepanjang perdagangan berada di zona merah dan nyaris menyentuh Rp 14.400/US$.
Efek tapering yang dilakukan bank sentral AS (The Fed) akhirnya mulai memudar, membuat rupiah mampu bangkit.
Rupiah membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,03% ke Rp 14.340/US$, melansir data dari Refinitiv. Depresiasi kemudian membengkak hingga 0,35% ke Rp 14.385/US$.
Baru beberapa menit sebelum penutupan perdagangan rupiah berhasil bangkit dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.325/US$ atau menguat tipis 0,07%. Dengan penguatan tersebut, rupiah sukses mengakhiri pelemahan 4 hari beruntun.
Kamis dini hari kemarin, momen yang paling ditunggu pelaku pasar finansial global akhirnya terjadi. The Fed resmi mengumumkan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) sebesar US$ 15 miliar setiap bulannya.
Tapering yang pernah terjadi di tahun 2013 membuat pasar finansial bergejolak hebat, capital outflow terjadi di negara emerging market, mata uang selain dolar AS rontok, indeks saham hingga aset safe haven seperti emas berguguran. Kejadian tersebut taper tantrum.
Rupiah menjadi salah satu yang kena dampak hebat, terus mengalami pelemahan hingga tahun 2015 dengan persentase hingga 50%.
Maka wajar pelaku pasar menaruh perhatian besar pada pengumuman tapering.
Pasar bisa tenang, taper tantrum tidak terjadi. Malah pengumuman tapering disambut baik, bursa saham global menghijau kemarin. Ketua The Fed, Jerome Powell, sukses meredam terjadinya taper tantrum berkat komunikasi yang berjalan baik. Pasar sudah siap menghadapi tapering sejak jauh-jauh hari.
Rupiah meski mengalami pelemahan tetapi masih dalam batas wajar, hari ini malah sukses menguat tipis.
Ekonom dari Trimegah Sekuritas, Fakhrul Fulvian, mengatakan isu tapering tidak penting lagi bagi aset-aset Indonesia. Yang paling penting saat ini dikatakan adalah stabilnya harga komoditas, dan memprediksi rupiah akan menguat di sisa tahun ini.
"Untuk aset-aset Indonesia, kami melihat tapering sudah tidak penting lagi. Stabilitas pasar komoditas menjadi yang paling penting saat ini, Kami mempertahankan proyeksi yield obligasi tenor 10 tahun akan mencapai 5,8% dan rupiah ke Rp 14.000/US$ di tahun ini," kata Fakhrul, Kamis (5/11).
HALAMAN SELANJUTNYA >>> PDB Indonesia Melambat, Cadangan Devisa Turun Dari Rekor
(pap/pap)