
Ekonomi RI di Bawah Ekspektasi, IHSG Gak Jadi Happy Weekend!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tipis 0,07% ke level 6.581,79 hingga penutupan perdagangan Jumat (5/11/2021).
Di awal-awal perdagangan, IHSG sempat menguat lebih dari 0,25% dan tembus level psikologis 6.600. Pada perdagangan intraday, indeks bergerak di rentang terendah di 6.550 dan tertinggi di 6.608.
Sebanyak 206 saham menguat, 301 saham melemah dan 164 saham stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 12,33 triliun.
Asing terpantau membukukan beli bersih di pasar reguler sebesar Rp 55,11 miliar. Namun ada juga aksi beli asing di pasar nego sebesar Rp 1,04 triliun sehingga net buy asing di seluruh pasar mencapai Rp 1,1 triliun.
Data perdagangan mencatat, saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi saham yang paling banyak diborong asing dengan net buy Rp 162,8 miliar dan Rp 97,7 miliar.
Sementara asing paling banyak melepas saham PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dengan net sell mencapai Rp 248,7 miliar dan Rp 34,5 miliar.
Beberapa sentimen yang menjadi penggerak pasar hari ini adalah kinerja Wall Street semalam, rilis data pertumbuhan ekonomi RI kuartal III dan faktor psikologis pasar.
Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang kurang menggembirakan. Indeks saham Wall Street ditutup variatif. Dow Jones melemah 0,09% sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite terpantau memguat masing-masing 0,42% dan 0,81%.
Kedua adalah rilis data pertumbuhan PDB. BPS mencatat ekonomi RI tumbuh 3,51% year on year (yoy) di kuartal III-2021, lebih rendah dari median proyeksi pasar yang dihimpun CNBC Indonesia di 3,61% yoy.
Perlambatan pertumbuhan tersebut dipicu oleh adanya pengetatan aktivitas masyarakat akibat serangan gelombang kedua Covid-19 di bulan Juli-Agustus lalu. Hal tersebut tercermin dari penurunan mobilitas publik di berbagai tempat.
Dampak PPKM Darurat terhadap sektor manufaktur jelas terasa. Di bulan Juli dan Agustus saja PMI manufaktur Indonesia tercatat mengalami kontraksi. Artinya pembacaan angka PMI berada di bawah 50.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga ambles ke bawah 100 yang mengindikasikan sikap konsumen yang pesimis. Indeks Penjualan Riil yang mencerminkan sektor ritel di kuartal III juga menurun.
Ketiga adalah aspek psikologis pasar. DalamĀ 2 hari terakhir, indeks sudah menguat lebih dari 1% dan kembali ke level psikologis di atas 6.500. Adanya kenaikan ini membuka ruang untuk terjadinya profit taking yang bisa membuat indeks terbebani.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham