Semua Bakal Digital, Begini Masa Depan Perbankan RI

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
03 November 2021 11:35
ilustrasi transaksi digital
Foto: Dok BRI

Menyitir penjelasan OJK dalam Cetak Biru Bank Digital, terdapat sejumlah peluang digital bagi perbankan di era revolusi industri 4.0 ini.

Pertama, soal potensi demografis. Indonesia merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar keempat di dunia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, saat ini, lebih dari 70% populasi penduduk Indonesia berada di rentang usia produktif (15 hingga 64 tahun).

Secara lebih rinci, struktur demografi Indonesia didominasi oleh Generasi Z (perkiraan usia sekarang 8-23 tahun), Generasi Milenial (24-39 tahun), dan Generasi X (40-55 tahun) sehingga memiliki segmen konsumen paling prospektif.

Nah, dominasi ketiga generasi tersebut--yang bisa dikatakan generasi melek digital--merupakan peluang emas bagi bank bertransformasi menjadi bank digital.

Kedua, potensi ekonomi digital RI yang kian tumbuh. Menurut Bain, Google, dan Temasek (2020), Indonesia berpeluang menjadi negara dengan perkembangan ekonomi digital terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Nilai transaksi ekonomi digital Indonesia merupakan yang tertinggi di kawasan ASEAN, yakni mencapai US$44 miliar. Nilai ekonomi digital RI diprediksi akan mencapai US$124 miliar pada tahun 2025. (Grafik di bawah ini).

Ketiga, potensi penetrasi penggunaan internet. Menurut data We Are Social dan Hootsuite (2021), penetrasi pengguna internet di Indonesia telah mencapai 202,6 juta jiwa atau 73,7% pada Januari 2021. Angka ini meningkat 15,5% dari Januari 2020.

Data tersebut menunjukkan, gelombang digitalisasi terus berkembang di RI yang tercermin dari semakin tingginya tingkat pemanfaatan dan penggunaan internet.

Nah, OJK mencatat, potensi ini merupakan peluang yang menjanjikan bagi para pelaku bisnis digital untuk menciptakan produk dan layanan berbasis teknologi informasi.

Keempat, mengenai populasi masyarakat yang belum punya rekening bank (unbanked) yang masih tinggi.

Berdasarkan hasil riset Bain, Google, dan Temasek (2019), sebagian besar masyarakat Indonesia belum memiliki rekening di bank dan memiliki keterbatasan akses terhadap layanan keuangan (underbanked) dengan jumlah masing-masing mencapai 92 juta jiwa dan 47 juta jiwa.

Angka ini merupakan yang terbesar di Kawasan ASEAN. (Grafik di bawah ini).

Adapun, jumlah masyarakat yang telah memiliki rekening di bank (banked) baru mencapai 42 juta jiwa.

Seperti telah disinggung di atas, dengan dominasi generasi Z, millennial, dan X saat ini, maka kesenjangan yang cukup tinggi antara banked dan underbanked/unbanked ini berpotensi menjadi semacam ceruk yang prospektif bagi perbankan untuk mengubah strategi pemasaran dari konvensional menjadi digital.

Kelima, soal perilaku digital masyarakat yang terbilang semakin intens.

Sebagai gambaran kepemilikan gawai (gadget) seperti mobile phone, smartphone, laptop, tablet, dan smartwatch menjadi salah satu indikator kesiapan masyarakat untuk beralih ke saluran digital.

Menurut laporan We Are Social dan Hootsuite (2021), pengguna internet yang memiliki mobile phone di Indonesia telah mencapai 98,3%, adapun persentase pengguna internet yang memiliki gawai lainnya seperti laptop, tablet, dan smartwatch masing-masing sebesar 74,7%, 18,5%, dan 13,3%.

OJK menjelaskan, digitalisasi perbankan di Indonesia juga didorong oleh peningkatan penetrasi internet dan penggunaan gawai di masyarakat yang memungkinkan semakin banyak masyarakat mengakses aplikasi daring dalam sehari-hari, seperti aplikasi bertukar pesan (chatting), media sosial, aplikasi belanja online (shopping apps), hingga aplikasi perbankan (banking apps).

Mengacu pada data We Are Social dan Hootsuite (2021), sebagian besar pengguna internet berusia antara 16 hingga 64 tahun mengakses aplikasi chatting, media sosial, dan aplikasi belanja online dengan persentase di atas 90%.

Sementara, penggunaan banking apps baru sebesar 39,2%. Kendati demikian, angka ini meningkat dari tahun 2020 yang hanya sebesar 33%. Dus, peningkatan ini menunjukkan bahwa semakin banyak pengguna internet yang mulai beralih menggunakan banking apps dalam bertransaksi keuangan.

Berkaitan dengan itu, potensi digital perilaku digital masyarakat turut mendorong peningkatan tren yang tercermin dari tren kenaikan transaksi e-commerce (e-niaga), digital banking, dan uang elektronik dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir (Grafik di bawah ini).

Nah, berdasarkan pemaparan mengenai potensi perbankan di era internet alias digital saat ini, menarik untuk dinantikan manuver-manuver apa yang akan dilakukan perbankan RI dalam memanfaatkan peluang emas tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular