Gaspol! Saham Bank Digital Moncer, Tak Terhentikan

Feri Sandria, CNBC Indonesia
Rabu, 03/11/2021 10:19 WIB
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten bank mini atau KBMI (kelompok bank modal inti) I kembali melesat ke zona hijau pada awal perdagangan hari ini, Rabu (3/11/2021).

Salah satu sentimen positif untuk bank mini, termasuk bank mini yang sedang berproses menjadi bank digital, adalah kabar dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang pada akhir Oktober lalu meluncurkan cetak biru transformasi digital perbankan dalam upaya mempercepat transformasi digital pada industri perbankan nasional.

Berikut kenaikan saham-saham bank mini, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.46 WIB.


  • Bank Jtrust Indonesia (BCIC), saham +9,02%, ke Rp 145/saham
  • Bank MNC Internasional (BABP), +3,77%, ke Rp 220/saham
  • Bank Bumi Arta (BNBA), +2,50%, ke Rp 1.640/saham
  • BRI Agroniaga (AGRO), +1,97%, ke Rp 2.070/saham
  • Bank Ganesha (BGTG), +1,62%, ke Rp 188/saham
  • Bank IBK Indonesia (AGRS), +1,51%, ke Rp 202/saham
  • Bank Neo Commerce (BBYB), +1,43%, ke Rp 1.415/saham
  • Bank Jago (ARTO), +0,98 ke Rp 15.450/saham
  • Bank Aladin Syariah (BANK), +0,81%, ke Rp 2.500/saham
  • Bank Artha Graha Internasional (INPC), +0,75%, ke Rp 135/saham
  • Bank Amar Indonesia (AMAR), +0,71%, ke Rp 284/saham
  • Bank Capital Indonesia (BACA), +0,66%, ke Rp 306/saham
  • Bank QNB Indonesia (BKSW), +0,55%, ke Rp 183/saham
  • Allo Bank Indonesia (BBHI), +0,42%, ke Rp 5.975/saham

Menurut data di atas, saham BCIC menjadi yang paling melesat, yakni 9,02% ke Rp 145/saham. Dalam sepekan saham BCIC anjlok 16,76%, sementara dalam sebulan ambles 26,90%.

Di bawah saham BCIC, ada saham BABP yang mencuat 3,77% ke Rp 220/saham, saham Grup MNC ini rebound setelah dua hari beruntun ditutup di zona merah. Dalam sepekan saham ini jeblok 7,63% dan dalam sebulan ambles 17,42%.

Selanjutnya ada saham BNBA yang menguat 2,50% ke Rp 1.640/saham. Dalam sepekan saham ini naik 6,60% dan dalam sebulan melejit 27,67%.

Kabar teranyar BNBA berencana Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) I atau rights issue pertamanya.

Berdasarkan prospektus awal tertanggal 16 September, manajemen BNBA menyatakan perusahaan akan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 750.000.000 saham atau 32,47% dari modal disetor perseroan pada saat pengumuman RUPSLB yang dilakukan.

Aksi korporasi tersebut sudah mendapatkan persetujuan para pemegang saham lewat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan pada Senin (25/10) lalu.

Tujuan pelaksanaan PMHMETD I BNBA adalah untuk memenuhi modal inti minimum untuk tahun 2021 yang diatur dalam POJK 12/2020, sehingga modal inti perseroan akan menjadi minimum sebesar Rp 2 triliun.

Sebagaimana diketahui, hingga akhir 2021, bank harus memiliki modal inti minimal Rp 2 triliun dan tahun depan modal minimal Rp 3 triliun.

Keempat, saham AGRO juga terapresiasi 1,97% ke Rp 2.070/saham. Dalam seminggu saham ini masih melemah 0,48% dan dalam sebulan naik 3,00%.

Sebelumnya, OJK meluncurkan Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan sebagai arah dan acuan dalam upaya mempercepat transformasi digital pada industri perbankan nasional agar lebih memiliki daya tahan (resilience), berdaya saing, dan kontributif.

"Peluncuran Cetak Biru ini merupakan gambaran yang lebih konkret atas berbagai inisiatif dan komitmen OJK dalam mendorong akselerasi transformasi digital pada perbankan," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana pada Grand Launching Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan di Jakarta, Selasa (26/10).

Cetak Biru ini berfokus pada lima elemen pengembangan digitalisasi perbankan.

Kelimanya yakni, pertama, data yang mencakup perlindungan data, transfer data, dan tata kelola data. Kedua, teknologi yang mencakup tata kelola teknologi informasi, arsitektur teknologi informasi, dan prinsip adopsi teknologi informasi.

Ketiga, manajemen risiko teknologi informasi yang mencakup pula keamanan siber bank umum dan alih daya (outsourcing).

Keempat, kolaborasi yang mencakup platform sharing, kerjasama bank dalam ekosistem digital.

Kelima, tatanan institusi yang mencakup dukungan pendanaan, kepemimpinan, desain organisasi, talenta sumber daya manusia, dan budaya.


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat