Sahamnya Diburu, Bagaimana Laporan Keuangan Bank Digital?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
02 November 2021 16:25
Allo Bank

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah emiten bank yang sedang dalam proses go digital (bank digital) tercatat sudah mempublikasikan laporan keuangan per kuartal III (September) 2021.

Menurut data di website Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja keuangan 5 emiten bank digital yang telah menerbitkan laporan keuangan teranyar masih belum bisa dikatakan positif lantaran 3 di antaranya kembali membukukan rugi bersih.

Selain itu, ada bank yang malah membukukan pendapatan bunga bersih yang negatif sepanjang 9 bulan pertama tahun ini.

Berikut tabel kinerja keuangan 5 bank digital pada kuartal III 2021, berdasarkan data BEI hingga Selasa (2/11).

Catatan saja, selain kelima emiten bank di bawah ini, masih ada 3 emiten bank digital yang belum melaporkan kinerja keuangan triwulan ketiga 2021, yakni anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) PT BRI Agroniaga Tbk/Bank Raya (AGRO), emiten Grup MNC PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP), dan emiten milik fintech Akulaku PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB).

Kinerja 5 Emiten Bank Digital Per 30 September 2021 

Kode Ticker

Pendapatan Bunga Bersih Q3-21

Perubahan Pendapatan Bunga Bersih YoY (%)

Laba Bersih Q3-21

Perubahan Laba (Rugi) Bersih YoY (%)

ARTO

Rp 317.55 M

640.27

(Rp 32.60 M)

N/A

BACA

(Rp 379.09 M)

N/A

Rp 20.95 M

-65.35

BANK*

Rp 27.60 M

12.30

(Rp 60.72 M)

N/A

BBHI

Rp 131.56 M

261.55

Rp 85.73 M

77.16

BKSW

Rp 254.26 M

25.98

(Rp 601.70 M)

-9.15

Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) | *Khusus BANK menggunakan total pendapatan pengelolaan dana oleh Bank sebagai mudharib

Apabila menilik data di atas, 4 bank berhasil membukukan kenaikan pendapatan bunga bersih per 30 September 2021, yakni PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK), emiten bank milik pengusaha nasional Chairul Tanjung PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), dan PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW).

Bank Jago menjadi bank dengan pertumbuhan pendapatan bunga bersih tertinggi ketimbang emiten bank digital lainnya, yakni 640,27% tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 317,55 miliar per triwulan ketiga tahun ini.

Kemudian, di posisi kedua ada Allo Bank dengan peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 261,55% secara yoy menjadi Rp 131,56 miliar pada 30 September 2021.

Sementara, PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) malah mencatatkan pendapatan bunga bersih yang minus secara tahunan, yakni sebesar minus Rp 379,09 miliar per kuartal III 2021.

Hal ini terjadi seiring membengkaknya beban bunga menjadi Rp 1,04 triliun, dari periode kuartal III 2020 sebesar Rp 781,83 miliar.

Adapun dari sisi laba bersih, Allo Bank menjadi satu-satunya bank yang berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih secara tahunan pada 9 bulan pertama 2021, yakni 77,16% menjadi Rp 85,73 miliar.

Sementara, ada dua bank memangkas rugi bersih mereka pada kuartal III tahun ini, yakni ARTO dan BKSW. Pada kuartal III 2021, rugi bersih Bank Jago Rp 32,60 miliar, lebih kecil dari rugi bersih pada kuartal III 2020 sebesar Rp 105,71 miliar.

Lalu, rugi bersih BKSW mengecil dari Rp 662,29 miliar pada 9 bulan pertama 2020 menjadi Rp 601,70 miliar pada periode yang sama tahun ini.

Lebih lanjut, Bank Capital mengalami penurunan laba bersih secara tahunan sebesar 65,35% menjadi Rp 20,95 miliar pada 30 September 2021. Terakhir, Bank Aladin menjadi bank yang malah berbalik menanggung rugi bersih Rp 60,72 miliar pada kuartal III tahun ini, dari laba bersih periode yang sama tahun 2020 Rp 58,48 miliar.

Mari kita bahas secara singkat satu per satu.

Bank Jago

Berdasarkan data laporan keuangan per akhir September 2021, rugi bersih Bank Jago tercatat Rp 32,60 miliar, lebih kecil dari rugi bersih pada kuartal III 2020 sebesar Rp 105,71 miliar.

Di tengah menciutnya rugi bersih, pendapatan bunga bersih Bank Jago melesat 640,27% tahunan menjadi Rp 317,55 miliar per triwulan ketiga tahun ini.

Kemudian, nilai penyaluran kredit Bank Jago mencapai Rp 3,73 triliun sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini. Angka ini melonjak 502% secara tahunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Adapun rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) berada di level 0,6%.

Dari sisi dana pihak ketiga nilainya mencapai mencapai Rp 2,54 triliun, tumbuh 564%. Dari nilai ini, dana murah atau CASA sebanyak Rp 985 miliar, melonjak 1.031%. Sedangkan deposito senilai Rp 1,6 triliun, meningkat 427%.

Bank Capital

Bank Capital mencatatkan penurunan laba bersih secara tahunan sebesar 65,35% menjadi Rp 20,95 miliar pada 30 September 2021.

Di tengah penurunan laba bersih, pendapatan bunga bersih Bank Capital minus secara tahunan, yakni sebesar negatif Rp 379,09 miliar per kuartal III 2021.

Per 30 September 2021, Bank Capital telah menyalurkan kredit Rp 4,54 triliun, turun dari posisi Desember 2020 Rp 6,38 triliun. Adapun jumlah simpanan dari nasabah tercatat sebesar Rp 19,19 triliun, lebih besar dari posisi akhir tahun lalu Rp 16,37 triliun.

Kemudian, pada 30 September 2021 rasio NPL bruto BACA nihil dan pada 31 Desember 2020 sebesar 0,00011%. Sementara, rasio NPL secara neto per akhir September 2021 juga nihil dan, dari rasio NPL neto 31 Desember tahun lalu 0,00010%.

Bank Aladin Syariah

Per akhir September 2021, total pendapatan pengelolaan dana oleh Bank Aladin sebagai mudharib mencapai Rp 27,60 miliar, naik 12,30% secara tahunan dari Rp 24,58 miliar pada periode yang sama 2020.

Sementara, laba bersih yang diraih pada 9 pertama 2020 sebesar Rp 58,48 miliar, berbalik menjadi rugi bersih Rp 60,72 miliar hingga kuartal III tahun ini.

Mengenai penyaluran pembiayaan, Bank Aladin tidak mencatatkan piutang murabahah sepanjang 9 bulan pertama tahun ini. Namun, Bank Aladin membukukan investasi pada surat berharga Rp 1,06 triliun, naik dari Rp 608,73 miliar pada kuartal III 2020.

Adapun total dana syirkah temporer menyusut dari Rp 40,16 miliar pada triwulan ketiga tahun lalu menjadi Rp 38,12 miliar pada periode yang sama tahun ini.

Pada tanggal 30 September 2021 rasio piutang non-performing (bruto) terhadap jumlah piutang adalah sebesar 0,00%, sedangkan rasio piutang dan pembiayaan non-performing (neto) terhadap jumlah piutang adalah sebesar 0,00%. Kedua rasio tersebut tidak berubah sejak akhir Desember 2020.

Allo Bank

Menurut laporan keuangan yang dipublikasikan di website Bursa Efek Indonesia (BEI), laba bersih Allo Bank tercatat meningkat 77,16% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 85,73 miliar, dari laba bersih periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp 48,39 miliar.

Pertumbuhan laba bersih tersebut ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga sebesar 98,56% secara yoy dari Rp 123,76 miliar pada 30 September 2020 menjadi Rp 245,73 miliar pada akhir September 2021.

Secara lebih rinci, pendapatan bunga disumbang oleh pendapatan dari efek-efek senilai Rp 124,46 miliar, pendapatan dari kredit yang diberikan sebesar Rp 119,25 miliar, penempatan pada Bank Indonesia Rp 1,95 miliar, dan sisanya penempatan pada bank lain senilai Rp 70,14 juta.

Seiring dengan kenaikan pendapatan bunga, beban bunga juga meningkat 30,68% secara tahunan menjadi Rp 114,17 miliar pada akhir kuartal III 2021.

Sejurus dengan itu, pendapatan bunga bersih Allo Bank juga tercatat tumbuh 261,55% secara yoy dari Rp 36,39 miliar pada kuartal III 2020 menjadi Rp 131,56 miliar pada periode yang sama tahun ini.

Per triwulan ketiga tahun ini, rasio NPL bruto lebih rendah menjadi 2,18% dari posisi Desember 2020 sebesar 2,76%. Sementara, rasio NPL terhadap total kredit bersih bank juga mengecil menjadi 1,74% dari posisi akhir Desember 2020 sebesar 1,75%.

Bank QNB Indonesia

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, rugi bersih Bank QNB Indonesia tercatat mengecil dari Rp 662,29 miliar pada 9 bulan pertama 2020 menjadi Rp 601,70 miliar pada periode yang sama 2021.

Seiring dengan menciutnya rugi bersih, pendapatan bunga bersih bank milik Qatar Nasional Bank (QNB) tercatat naik 25,98% secara tahunan menjadi Rp 254,26 miliar per akhir September 2021.

Penyaluran kredit QNB tercatat turun menjadi Rp 10,84 triliun hingga triwulan ketiga 2021, dari Rp 11,92 triliun per 31 Desember 2020. Adapun total simpanan dari nasabah pihak ketiga tercatat sebesar Rp 10,45 triliun, lebih rendah dari posisi akhir tahun 2020 sebesar Rp 11,49 triliun.

Kemudian, rasio NPL bruto BKSW naik menjadi 7,56% pada 30 September 2021, dari 4,66% per 31 Desember 2020. Adapun raiso NPL neto juga meningkat dari 1,21% pada akhir tahun lalu menjadi 3,56% pada akhir triwulan ketiga 2021.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Emiten Bank Digital Adu Laba, Satu Masih Rugi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular