Emiten Bank Digital Adu Laba, Satu Masih Rugi

Muhammad Khadafi, CNBC Indonesia
26 March 2024 15:35
ilustrasi transaksi digital lewat smartphone
Foto: Dok BRI

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah emiten bank digital melaporkan pertumbuhan laba signifikan sepanjang 2023. Akan tetapi satu emiten masih mendera kerugian hingga akhir tahun lalu. 

PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) tercatat sebagai bank digital dengan laba terbesar atau senilai Rp 444,6 miliar. Capaian bank naik 64,67% secara tahunan (yoy). 

Mengutip laporan keuangan perusahaan, capaian laba BBHI berasal dari pendapatan bersih operasional sepanjang tahun 2023 yang mencapai Rp 575,5 miliar atau naik 61,3% yoy. 

Kemudian pendapatan bunga bersih sepanjang tahun 2023 sebesar Rp 1,03 triliun, naik 64,27% yoy.

Bank digital selanjutnya yang juga telah menunjukkan capaian laba adalah PT Bank Jago Tbk. Bank besutan Jerry NG ini mencetak Rp 72,3 miliar, naik 354% yoy. 

Laba emiten bersandi ARTO tersebut ditopang pendapatan bunga bersih yang tumbuh 15,71% yoy menjadi Rp 1,56 triliun. 

Pada periode yang sama, PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) mengantongi laba Rp 24,35 miliar, naik lebih dari dua kali lipat. Menilik laporan keuangan, laba perusahaan bukan ditopang oleh fungsi intermediasi. 

Bank Raya tercatat mengalami koreksi pendapatan bunga bersih sebesar 26,13% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 487,83 miliar. Hal ini seiring dengan pendapatan bunga yang turun 13,5% yoy menjadi Rp 890,96 miliar. 

Adapun laba bank tumbuh seiring dengan menurunnya kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) dari Rp 581,46 miliar menjadi Rp 156,4 miliar. 

Sementara itu satu emiten bank digital, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) tercatat rugi Rp 573,18 miliar, turun 27,36% yoy. Angka tersebut membaik 27% dari torehan rugi Rp 789,06 miliar pada 2022.

Padahal BBYB membukukan kenaikan pendapatan laba bersih hingga 100% menjadi Rp 2,90 triliun di 2023, dari semula senilai Rp 1,45 triliun sepanjang tahun 2022.

Selain itu, pendapatan operasional lainnya juga tercatat meningkat menjadi Rp 637 miliar tahun lalu dari semula Rp 455 miliar pada 2022 silam.

Kinerja bottom line yang masih buruk ini utamanya ditekan oleh beban operasional perusahaan yang kian membengkak, yang mana pada 2023 angkanya mencapai Rp 4,11 triliun dari semula hanya Rp 2,69 triliun.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Risiko Mengintai Bank Digital Paling Jumbo di RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular