Sahamnya Diburu, Bagaimana Laporan Keuangan Bank Digital?
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah emiten bank yang sedang dalam proses go digital (bank digital) tercatat sudah mempublikasikan laporan keuangan per kuartal III (September) 2021.
Menurut data di website Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja keuangan 5 emiten bank digital yang telah menerbitkan laporan keuangan teranyar masih belum bisa dikatakan positif lantaran 3 di antaranya kembali membukukan rugi bersih.
Selain itu, ada bank yang malah membukukan pendapatan bunga bersih yang negatif sepanjang 9 bulan pertama tahun ini.
Berikut tabel kinerja keuangan 5 bank digital pada kuartal III 2021, berdasarkan data BEI hingga Selasa (2/11).
Catatan saja, selain kelima emiten bank di bawah ini, masih ada 3 emiten bank digital yang belum melaporkan kinerja keuangan triwulan ketiga 2021, yakni anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) PT BRI Agroniaga Tbk/Bank Raya (AGRO), emiten Grup MNC PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP), dan emiten milik fintech Akulaku PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB).
Kinerja 5 Emiten Bank Digital Per 30 September 2021
Kode Ticker | Pendapatan Bunga Bersih Q3-21 | Perubahan Pendapatan Bunga Bersih YoY (%) | Laba Bersih Q3-21 | Perubahan Laba (Rugi) Bersih YoY (%) |
ARTO | Rp 317.55 M | 640.27 | (Rp 32.60 M) | N/A |
BACA | (Rp 379.09 M) | N/A | Rp 20.95 M | -65.35 |
BANK* | Rp 27.60 M | 12.30 | (Rp 60.72 M) | N/A |
BBHI | Rp 131.56 M | 261.55 | Rp 85.73 M | 77.16 |
BKSW | Rp 254.26 M | 25.98 | (Rp 601.70 M) | -9.15 |
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) | *Khusus BANK menggunakan total pendapatan pengelolaan dana oleh Bank sebagai mudharib
Apabila menilik data di atas, 4 bank berhasil membukukan kenaikan pendapatan bunga bersih per 30 September 2021, yakni PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK), emiten bank milik pengusaha nasional Chairul Tanjung PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), dan PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW).
Bank Jago menjadi bank dengan pertumbuhan pendapatan bunga bersih tertinggi ketimbang emiten bank digital lainnya, yakni 640,27% tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 317,55 miliar per triwulan ketiga tahun ini.
Kemudian, di posisi kedua ada Allo Bank dengan peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 261,55% secara yoy menjadi Rp 131,56 miliar pada 30 September 2021.
Sementara, PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) malah mencatatkan pendapatan bunga bersih yang minus secara tahunan, yakni sebesar minus Rp 379,09 miliar per kuartal III 2021.
Hal ini terjadi seiring membengkaknya beban bunga menjadi Rp 1,04 triliun, dari periode kuartal III 2020 sebesar Rp 781,83 miliar.
Adapun dari sisi laba bersih, Allo Bank menjadi satu-satunya bank yang berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih secara tahunan pada 9 bulan pertama 2021, yakni 77,16% menjadi Rp 85,73 miliar.
Sementara, ada dua bank memangkas rugi bersih mereka pada kuartal III tahun ini, yakni ARTO dan BKSW. Pada kuartal III 2021, rugi bersih Bank Jago Rp 32,60 miliar, lebih kecil dari rugi bersih pada kuartal III 2020 sebesar Rp 105,71 miliar.
Lalu, rugi bersih BKSW mengecil dari Rp 662,29 miliar pada 9 bulan pertama 2020 menjadi Rp 601,70 miliar pada periode yang sama tahun ini.
Lebih lanjut, Bank Capital mengalami penurunan laba bersih secara tahunan sebesar 65,35% menjadi Rp 20,95 miliar pada 30 September 2021. Terakhir, Bank Aladin menjadi bank yang malah berbalik menanggung rugi bersih Rp 60,72 miliar pada kuartal III tahun ini, dari laba bersih periode yang sama tahun 2020 Rp 58,48 miliar.
Mari kita bahas secara singkat satu per satu.
Bank Jago
Berdasarkan data laporan keuangan per akhir September 2021, rugi bersih Bank Jago tercatat Rp 32,60 miliar, lebih kecil dari rugi bersih pada kuartal III 2020 sebesar Rp 105,71 miliar.
Di tengah menciutnya rugi bersih, pendapatan bunga bersih Bank Jago melesat 640,27% tahunan menjadi Rp 317,55 miliar per triwulan ketiga tahun ini.
Kemudian, nilai penyaluran kredit Bank Jago mencapai Rp 3,73 triliun sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini. Angka ini melonjak 502% secara tahunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) berada di level 0,6%.
Dari sisi dana pihak ketiga nilainya mencapai mencapai Rp 2,54 triliun, tumbuh 564%. Dari nilai ini, dana murah atau CASA sebanyak Rp 985 miliar, melonjak 1.031%. Sedangkan deposito senilai Rp 1,6 triliun, meningkat 427%.
(adf/adf)