
Digoyang Isu Dalam & Luar Negeri, IHSG Bisa Balik ke 6.600?

Pada Rabu, AS akan membagikan sentimen mayor keempat, yakni rilis stok minyak mentah dan BBM per Oktober, versi Energy Information Administration (EIA). Jika stok minyak mentah masih membumbung melanjutkan rilis pekan lalu, maka harga energi utama dunia bakal balik arah ke zona merah.
Sentimen kelima masih berasal dari AS, yakni konferensi pers bank sentral (Federal Reserve/The Fed) yang bakal merilis suku bunga acuan terbarunya pada Kamis, yang diprediksi masih dipertahankan di angka 0,25%.
Namun perhatian pelaku pasar dunia akan lebih tertuju pada sinyal percepatan kebijakan tapering (pengurangan suntikan likuiditas moneter di pasar modal). Bank sentral Inggris menyusul pada hari yang sama, dengan suku bunga acuan diprediksi masih ditahan di level 0,1%. Efek kedua sentimen tersebut baru bisa dirasakan pasar modal nasional pada Jumat.
Selanjutnya, pasar akan memperhatikan sentimen keenam yakni data tenaga kerja AS. Klaim baru tunjangan pengangguran per pekan ini akan dirilis Kamis pekan depan, yang diprediksi berujung pada angka 275.000 atau lebih baik dari posisi pekan sebelumnya di angka 281.000.
Sehari kemudian, akan dirilis data slip gaji sektor swasta (non-pertanian) dan angka pengangguran AS. Slip gaji baru, menurut Tradingeconomics, bakal bertambah 300.000 pada Oktober, atau lebih baik dari capaian bulan lalu sebanyak 194.000. Angka pengangguran diprediksi flat di 4,8%.
Terakhir, bakal ada rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2021, yang menurut konsensus Reuters bakal berujung pada pertumbuhan 4% (tahunan) dan 1,8% (kuartalan). Angka tersebut lebih rendah dari capaian kuartal sebelumnya di angka 7,07% (tahunan) dan 3,31% (kuartalan).
Artinya, ekonomi Indonesia diprediksi melambat. Meski demikian, pelaku pasar kemungkinan tidak merespons terlalu berlebihan karena basis pertumbuhan kuartal II memang terlalu tinggi akibat lonjakan usai kontraksi pada kuartal I.
Dengan kata lain, jika terjadi perlambatan pada kuartal III, sebenarnya secara fundamental masih terbilang wajar terjadi dan tetap mengindikasikan pemulihan ekonomi. Pasalnya, pertumbuhan 4% tersebut bakal lebih tinggi pada kuartal I-2020 (sebelum krisis pandemi) yang sebesar 2,97%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)[Gambas:Video CNBC]