
Sudah Ambruk 1%, Tenang...Sesi 2 IHSG Melemah Terbatas

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,11% ke level 6.528,69 hingga istirahat sesi I perdagangan Kamis (28/10/2021).
Asing terpantau mulai melakukan aksi jual di pasar reguler sebesar Rp 204,85 miliar. Hanya 126 saham yang menguat di sesi I. Sisanya 387 saham melemah dan 136 stagnan.
Pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) diprediksi akan melambat pada kuartal III-2021, karena pasokan barang belum terserap optimal, sementara harga komoditas energi menguat dan penyerapan tenaga kerja belum optimal.
Polling Dow Jones memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan sebesar 2,8% ketika petang hari nanti diumumkan oleh Departemen Perdagangan AS. Meski masih terhitung menguat, catatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) itu akan menjadi yang terlemah di era pemulihan pandemi.
Bahkan, ada kemungkinan ekonomi tak bertumbuh sama sekali pada kuartal kemarin, mengingat platform GDPNow milik bank sentral (Federal Reserve/The Fed) Atlanta menurunkan estimasinya menjadi 0,2%.
Di China, sentimen lockdown juga menjadi katalis negatif pasar saham Asia, bersamaan dengan sentimen negatif gagal bayar lagi dari perusahaan properti China, mulai dari Evergrande, Sinic, Fantasia hingga Moder Land.
Dari Jepang, Bank of Japan (BoJ) hari ini akan menggelar rapat dewan gubernur, dan diprediksi akan menahan suku bunga acuan. Tidak ada yang mengagetkan di sini, kecuali proyeksi bahwa inflasi bakal meninggi meski permintaan masih lemah.
Bank sentral Jepang tersebut diprediksi akan mempertahankan target inflasi di bawah 2% dalam 2 tahun ke depan, sehingga diprediksi akan menjadi bank sentral yang paling lama mempertahankan suku bunga acuan rendah.
Kenaikan harga komoditas telah mendorong inflasi Negeri Matahari Terbit tersebut ke level tertinggi dalam 13 tahun pada September. Namun, inflasi tersebut didorong oleh suplai (supply push) dan bukan permintaan yang meningkat (demand pull).
Kombinasi proyeksi ekonomi di AS yang kurang menggairahkan, pelemahan harga minyak, dan proyeksi inflasi yang masih tinggi seperti dikhawatirkan bank sentral Jepang, akan menekan sentimen pelaku pasar hari ini.
Setelah terkoreksi lebih dari 1%, bagaimana prospek IHSG di sesi II?
Berikut ulasan teknikalnya
Analisis Teknikal
![]() Teknikal |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat posisi penutupan IHSG, maka indeks harus melewati level resisten terdekatnya di 6.600 untuk membentuk tren bullish.
Sementara itu indeks harus melewati level support terdekatnya di level psikologis 6.500 untuk mengalami tren bearish.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 26 dan sudah menunjukkan IHSG berada di level jenuh jual. Oleh sebab itu potensi tekanan IHSG di sesi II cenderung terbatas.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
