
Beda Nasib Saham BUMN Karya! Ada yang Naik, Ada yang Ambles

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten konstruksi bergerak beragam dengan kecenderungan menguat pada awal perdagangan hari ini, Rabu (27/10/2021), setelah cenderung terkoreksi dalam beberapa hari terakhir. Sebagian saham BUMN Karya dan anak usahanya tercatat melemah pagi ini.
Berikut pergerakan sejumlah saham konstruksi, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.50 WIB.
Nusa Konstruksi Enjiniring (DGIK), +3,15%, saham Rp 131/saham
Adhi Karya (ADHI), +0,91%, saham Rp 1.105/saham
Wijaya Karya Beton (WTON), +0,71%, saham Rp 284/saham
Total Bangun Persada (TOTL), +0,62%, saham Rp 326/saham
Waskita Karya (WSKT), +0,53%, saham Rp 945/saham
Wijaya Karya Bangunan Gedung (WEGE), +0,51%, saham Rp 199/saham
PP (PTPP), +0,40%, saham Rp 1.265/saham
Wijaya Karya (WIKA), +0,38%, saham Rp 1.310/saham
Waskita Beton Precast (WSBP), -0,62%, saham Rp 159/saham
Acset Indonusa (ACST), -0,76%, saham Rp 260/saham
Jasa Marga (JSMR), -0,92%, saham Rp 4.310/saham
PP Presisi (PPRE), -0,93%, saham Rp 214/saham
Menurut data di atas, saham DGIK memimpin kenaikan, yakni 3,15% ke Rp 131/saham, setelah turun 1,55% pada perdagangan kemarin.
Sementara, saham 6 BUMN Karya dan anak usahanya menguat pagi ini. Keenam saham tersebut adalah ADHI, WTON, WSKT, WEGE, PTPP, WIKA.
Saham ADHI naik 0,91% ke Rp 1.105/saham, rebound dari koreksi selama 2 hari terakhir.
Kemudian, saham anak usaha WIKA, WTON, terkerek 0,71%. Saham WSKT mencuat 0,53%, setelah melorot dalam 2 hari belakangan.
Lebih lanjut, saham PTPP dan WIKA masing-masing terapresiasi 0,40% dan 0,38%.
Sementara, saham BUMN Karya lainnya, yakni WSBP, JSMR, dan PPRE, terbenam di zona merah.
Saham anak usaha WSKT, WSBP, melemah 0,62%, melanjutkan pelemahan 2 hari terakhir. Kemudian, saham JSMR dan PPRE berturut-turut turun 0,92% dan 0,93%.
Untuk saham konstruksi sendiri belum memiliki katalis positif yang kuat untuk mencatatkan kenaikan yang tinggi.
Secara fundamental, emiten konstruksi terutama BUMN juga memiliki leverage ratio atau rasio utang yang besar. Sehingga sampai saat ini perlu ada diversifikasi portofolio konstruksi untuk kembali menyehatkan keuangan perusahaan.
Sebagai informasi untuk kasus PT Waskita Karya Tbk (WSKT) rasio kewajiban terhadap modal (Debt to Equity Ratio/DER) mencapai 5,75x. Sementara untuk WIKA rasionya hampir 3x dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) hampir tembus 6x.
Di sisi lain, ada sentimen positif untuk ke depan yang datang dari Indonesia Investment Authority (INA), dana abadi milik RI, yang mengatakan, saat ini terdapat sejumlah investor yang berminat untuk berinvestasi di proyek infrastruktur Tanah Air.
Juru Bicara INA Masyita Crystallin menjelaskan, saat ini INA memiliki dua metode pendanaan bagi investor yang tertarik masuk ke Indonesia, yakni melalui master fund dan thematic fund.
Saat ini, INA mempunyai thematic fund untuk proyek infrastruktur jalan tol senilai US$ 3,75 miliar atau setara Rp 53,63 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per US$).
Adapun pada tahun depan bakal ada Penanaman Modal Negara (PMN) ke perusahaan pelat merah. Salah satunya adalah untuk kluster BUMN Karya.
Setidaknya untuk dua emiten konstruksi pelat merah, yakni WSKT dan ADHI, akan mendapatkan suntikan dana segar setidaknya Rp 4,98 triliun untuk merampungkan berbagai proyek konstruksi.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Resmikan Tol Pulo Gebang, Saham Konstruksi 'Ngamuk'!
