Bangkit Lagi! Saham Konstruksi On Fire, Jangan Ketinggalan

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten konstruksi berikut komponen pendukungnya menguat pada awal perdagangan hari ini, Senin (12/10/2021), setelah cenderung terkoreksi pada perdagangan Senin kemarin (11/10).
Satu sentimen yang menjadi pendorong gerak emiten BUMN Karya PT Waskita Karya Tbk (WSKT) adalah soal kabar WSKT telah melepas seluruh kepemilikan sahamnya di PT Cibitung Tanjung Priok Tollways (PT CTP) selaku Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) pemegang konsesi ruas tol Cibitung - Cilincing.
Berikut kenaikan saham konstruksi, mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.32 WIB.
Waskita Beton Precast (WSBP), saham +6,17%, ke Rp 172/saham
Waskita Karya (WSKT), +5,13%, ke Rp 1.025/saham
Adhi Karya (ADHI), +5,05%, ke Rp 1.145/saham
Wijaya Karya Beton (WTON), +3,47%, ke Rp 298/saham
PP (PTPP), +3,40%, ke Rp 1.215/saham
Wijaya Karya (WIKA), +3,07%, ke Rp 1.345/saham
Acset Indonusa (ACST), +2,29%, ke Rp 268/saham
Wijaya Karya Bangunan Gedung (WEGE), +1,96%, ke Rp 208/saham
PP Presisi (PPRE), +1,80%, ke Rp 226/saham
Total Bangun Persada (TOTL), +1,21%, ke Rp 334/saham
Jasa Marga (JSMR), +1,01%, ke Rp 4.010/saham
Menurut data di atas, saham anak usaha WSKT, WSBP, memimpin kenaikan sebesar 6,17% ke Rp 172/saham, setelah turun 0,61% pada perdagangan kemarin. Dalam sepekan saham WSKT naik 6,13% dan dalam sebulan melesat 20,98%.
Kedua, saham WSKT terapresiasi 5,13% ke Rp 1.025/saham, usai terkoreksi 2,50% pada Senin kemarin. Dalam seminggu saham WSKT terkerek naik 6,25%, sementara dalam sebulan melejit 23,49%.
Kabar terbaru, WSKT melepas seluruh kepemilikan sahamnya di PT Cibitung Tanjung Priok Tollways (PT CTP) selaku Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) pemegang konsesi ruas tol Cibitung - Cilincing.
WTR mendivestasi sebesar 55% saham kepada PT Akses Pelabuhan Indonesia, pemegang saham di PT CTP sebesar 45% melalui penandatanganan kesepakatan penjualan saham bersama pada awal Oktober 2021. Setelah transaksi ini, kepemilikan saham PT API pada PT CTP menjadi sebesar 100%.
Corporate Secretary Waskita Karya, Ratna Ningrum mengatakan nilai divestasi 55% penyertaan Waskita ini sebesar Rp 2,44 triliun di atas nilai perolehan pada PT CTP senilai Rp 1,92 triliun.
"Dengan demikian atas investasi pada PT CTP, Waskita akan memperoleh keuntungan Rp 520 miliar dan pengurangan utang Rp 5,8 triliun akibat efek dekonsolidasi. Di luar nilai investasi Waskita, terdapat juga Kredit Investasi Perbankan dan akumulasi utang lainya yang secara tidak langsung akan beralih ke pemilik baru", kata Ratna, dalam keterangan resmi, Selasa (12/10/2021).
Selain itu, WSKT sendiri masih akan mendivestasi sebanyak sembilan ruas tol hingga 2024 mendatang. Ini merupakan bagian dari rencana perusahaan untuk memperbaiki kondisi keuangan dan refocusing bisnis ke jasa konstruksi dan mengurangi investasi di bidang yang tidak sejalan dengan bisnis inti perusahaan.
Kemudian, saham BUMN Karya lainnya, ADHI juga mencuat 5,05% ke Rp 1.145/saham, setelah turun 0,91% pada Senin. Dalam seminggu saham ADHI melejit 6,98% dan melompat 37,72% dalam sebulan.
Bersamaan dengan naiknya saham konstruksi, saham emiten komponen pendukungnya juga naik. Saham emiten semen pelat merah PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), misalnya menguat 2,22%. Kemudian, saham BUMN lainnya PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) naik 0,67% dan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) mendaki 2,99%.
Sentimen terbaru soal emiten konstruksi datang dari Indonesia Investment Authority (INA), dana abadi milik RI yang mengatakan, saat ini terdapat sejumlah investor yang berminat untuk berinvestasi di proyek infrastruktur Tanah Air.
Juru Bicara INA Masyita Crystallin menjelaskan, saat ini INA memiliki dua metode pendanaan bagi investor yang tertarik masuk ke Indonesia, yakni melalui master fund dan thematic fund.
Saat ini, INA mempunyai thematic fund untuk proyek infrastruktur jalan tol senilai US$ 3,75 miliar atau setara Rp 53,63 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per US$).
Dia mengungkapkan, saat ini minat investor global untuk berinvestasi di Indonesia cukup tinggi, hal ini sesuai dengan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan jumlah populasi yang besar, sehingga investasi di sektor infrastruktur seperti jalan tol, pelabuhan dan bandara ke depannya masih terus tumbuh.
"Saat ini ada satu thematic toll road, nilainya US$ 3,75 miliar. [INA] mampu mengundang investor dari Timur Tengah, Kanada, dan Eropa, basis investor besar," kata Maysita kepada CNBC Indonesia, Selasa (31/8/2021).
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Saham Konstruksi 'Ngegas', Bisa Reli Panjang Ga Nih?
(adf/adf)