IHSG Merah! Saham-saham Batu Bara 'Gosong' Kena Profit Taking

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Rabu, 27/10/2021 09:46 WIB
Foto: Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten batu bara ambles ke zona merah pada awal perdagangan hari ini, Rabu (27/10/2021). Para investor tampaknya buru-buru melakukan aksi ambil untung setelah saham-saham tersebut cenderung ditutup menguat pada Selasa (26/10) kemarin.

Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,26% di 6.639 dengan nilai transaksi Rp 3 triliun.

Berikut pelemahan saham batu bara, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.25 WIB.


  1. Borneo Olah Sarana Sukses (BOSS), saham -4,21%, ke Rp 91/saham

  2. Golden Eagle Energy (SMMT), -2,68%, ke Rp 218/saham

  3. Indo Tambangraya Megah (ITMG), -2,08%, ke Rp 24.675/saham

  4. Indika Energy (INDY), -1,54%, ke Rp 1.920/saham

  5. Adaro Energy (ADRO), -1,13%, ke Rp 1.745/saham

  6. TBS Energi Utama (TOBA), -0,91%, ke Rp 545/saham

  7. Alfa Energi Investama (FIRE), -0,85%, ke Rp 580/saham

  8. Delta Dunia Makmur (DOID), -0,66%, ke Rp 302/saham

  9. United Tractors (UNTR), -0,51%, ke Rp 24.375/saham

  10. Bayan Resources (BYAN), -0,09%, ke Rp 26.575/saham

Saham BOSS menjadi yang paling ambles, yakni turun 4,21% ke Rp 91/saham. Kemarin, saham BOSS melesat 7,95% ke Rp 95/saham.

Di posisi kedua, saham Grup Rajawali SMMT merosot 2,68% ke Rp 218/saham. Sejak kemarin saham SMMT ambles, di tengah aksi ambil untung investor setelah 3 hari sebelumnya melesat. Dalam sepekan saham ini naik 11,79% dan sebulan melesat 15,96%.

Ketiga, saham ITMG melemah 2,08% ke Rp 24.675/saham, usai naik dalam 2 hari belakangan. Dalam sepekan saham ini turun 2,56%, sedangkan dalam sebulan melejit 25,76%.

Di bawah ITMG ada saham INDY yang terdepresiasi 1,54% ke Rp 1.920/saham. Kemarin saham INDY 'hanya' naik 1,30%. Dalam sepekan saham ini anjlok 16,09%, tetapi dalam sebulan masih naik 6,04%.

Harga batu bara melesat pada perdagangan kemarin. Harga si batu hitam kembali ke atas US$ 200/ton.

Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) berada di US$ 201/ton. Melesat 2,92% dibandingkan hari sebelumnya.

Setelah pekan lalu anjlok lebih dari 20%, harga batu bara bangkit pada pekan ini. Dalam dua hari perdagangan terakhir, harga komoditas ini meroket 5,23%.

Permintaan, ekonomi sudah kembali bergeliat setelah tempat 'mati suri' karena pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Mal, restoran, sekolah, perkantoran, rumah ibadah, dan sebagainya sudah membuka pintu bagi pengunjung. Selain itu, negara-negara bumi belahan utara (northern hemisphere) juga akan memasuki musim dingin.

Peningkatan aktivitas masyarakat berdampak terhadap penambahan kebutuhan listrik. Kebetulan saat ini harga gas alam juga sedang mahal, sehingga dunia usaha beralih ke sumber energi alternatif untuk pembangkit listrik. Salah satu pilihannya adalah batu bara.

Biaya pembangkitan listrik dengan batu bara juga lebih murah. DI Eropa, misalnya, harga pembangkitan listrik dengan gas alam pada 19 Oktober 2021 adalah EUR 85,23/MWh. Dengan batu bara lebih ekonomis yakni EUR 53,96/MWh. Jadi tidak heran permintaan baru bara melesat.

Sementara di sisi pasokan, ada gangguan di China. Salah satunya karena karantina wilayah (lockdown) di sejumlah wilayah produsen batu bara di Negeri Tirai Bambu.

Per 25 Oktober 2021, WHO mencatat total pasien positif corona di China adalah 125.565 orang. Bertambah 47 orang dari hari sebelumnya.

Dalam sepekan terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 44 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata tujuh hari sebelumnya yaitu 28 orang saban harinya.

Secara nominal, angka penambahan kasus di Negeri Tirai Bambu memang kecil. Namun pemerintah China menganut kebijakan tiada toleransi untuk urusan Covid-19 (zero Covid-19 strategy).

Jadi walau angka kecil, tren kenaikan sudah cukup buat pemerintah memberlakukan lockdown. Sejumlah kota kini tengah memberlakukan lockdown seperti Erenhot, Ejina, Xian, hingga Yinchuan.

Xian adalah ibu kota Provinsi Shaanxi. Sementara Erenhot dan Ejna adalah wilayah di Inner Mongolia. Dua provinsi ini merupakan penghasil batu bara utama di China.

Pada 2019, terdapat 643 tambang batu bara di Shaanxi dengan total kapasitas produksi mencapai 994,76 ton per tahun. Ini adalah yang terbesar di China.

Sementara Inner Mongolia memiliki 383 tambang batu bara dengan total kapasitas produksi 897 juta ton per tahun. Daerah ini menduduki peringkat kedua, hanya kalah dari Shaanxi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat