Market Commentary

Harga Batu Bara Masih Terbang, Sahamnya di RI Makin Ngebul

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
26 July 2023 10:07
Batu Bara Black Diamond (Dok: Black Diamond Resources)
Foto: Batu Bara Black Diamond (Dok: Black Diamond Resources)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas emiten batu bara kembali bergerak di zona hijau pada perdagangan sesi I Rabu (26/7/2023), di tengah terus menguatnya harga batu bara acuan dunia.

Per pukul 09:31 WIB, dari 20 saham batu bara RI, 14 saham terpantau menguat, tiga saham cenderung stagnan, dan tiga saham terpantau melemah.

Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.

SahamKode SahamHarga TerakhirPerubahan
Bayan ResourcesBYAN21.8505,05%
Harum EnergyHRUM1.6002,89%
ABM InvestamaABMM3.6802,51%
Bumi ResourcesBUMI1402,19%
Adaro Minerals IndonesiaADMR9852,07%
Indo Tambangraya MegahITMG28.0752,00%
Adaro Energy IndonesiaADRO2.4701,65%
Indika EnergyINDY2.1201,44%
United TractorsUNTR25.6751,08%
Delta Dunia MakmurDOID4021,01%
Prima Andalan MandiriMCOL5.1500,98%
TBS Energi UtamaTOBA4240,95%
Atlas ResourcesARII2160,93%
Bukit AsamPTBA2.8700,70%
MNC Energy InvestmentIATA660,00%
Mitrabara AdiperdanaMBAP5.6250,00%
Borneo Olah Sarana SuksesBOSS500,00%
Baramulti SuksessaranaBSSR3.830-0,26%
Golden Eagle EnergySMMT1.105-0,90%
Alfa Energi InvestamaFIRE61-1,61%

Sumber: RTI

Saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) memimpin penguatan saham batu bara pada sesi I hari ini, yakni melonjak 5,05% ke posisi Rp 21.850/saham.

Tak hanya saham BYAN saja, saham raksasa batu bara kompak menghijau pada pagi hari ini. Bahkan, saham raksasa batu bara secara mayoritas melesat lebih dari 1%. Hanya saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang penguatannya kurang dari 1%, yakni 0,7% menjadi Rp 2.870/saham.

Adapun saham batu bara di RI kembali menghijau, mengikuti pergerakan harga batu bara yang terus mencatatkan penguatan hingga kemarin.

Pada perdagangan Selasa kemarin, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Agustus ditutup melonjak 3,07% di posisi US$ 147, 50 per ton. Posisi penutupan tersebut adalah yang tertinggi dalam 14 hari perdagangan terakhir.

Dengan ini, maka sudah delapan hari beruntun harga batu bara dunia menguat, menjadi reli terpanjang tahun ini, di mana reli terakhir kali terjadi pada akhir November 2022.

Sejak menyentuh level paling rendah atau bottom pada Kamis dua pekan lalu di US$127,15, harga batu bara sudah mengalami reli 16%.

Kenaikan harga batu bara ditopang oleh perkembangan di China. Tiongkok kembali beralih ke batu bara untuk mengatasi meningkatnya permintaan listrik, meskipun telah berinvestasi besar-besaran pada energi terbarukan.

Melansir Oil Price, penggunaan pembangkit listrik China naik sebesar 5,2% pada paruh pertama tahun 2023. Produksi listrik berbahan bakar batu bara menopang 71% dari output listrik Cina.

Besarnya peran pembangkit batu bara disebabkan oleh menurunnya produksi listrik dari pembangkit tenaga air rendahnya curah hujan serta kekeringan akibat gelombang panas.

Rencana stimulus ekonomi dari pemerintah China juga ikut mendongkrak harga batu bara. Beijing tengah menyiapkan stimulus ekonomi untuk menggerakkan konsumsi masyarakat.

Bila ekonomi China menguat maka permintaan akan listrik dan batu bara bisa meningkat terus.

Penguatan juga diiringi oleh pasokan India yang terkoreksi 3% secara mingguan. Stok batubara termal di 21 pelabuhan utama India turun pada 22 Juli 2023, ungkap data CoalMint. Stok batubara termal di pelabuhan India mencapai 15,10 juta ton di minggu ke-29 dibandingkan 15,63 juta ton di minggu ke-28 pada tahun ini.

Penurunan stok disinyalir sebagai dampak menurunnya impor batubara termal India pada Juni 2023 yang anjlok 24% menjadi 13,95 juta ton. Impor turun tajam hampir 33% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan 20,65 juta ton pada Juni 2022.

Kenaikan harga batu bara juga ditopang oleh melonjaknya harga komoditas energi pada perdagangan kemarin. Minyak, batu bara, dan gas adalah sumber energi yang saling bersaing dalam soal harga.

Harga minyak mentah Brent menguat 1,8% sementara harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) terbang 6,8% ke 32,56 euro per mega-watt hour (MWh). Sejak awal pekan lalu, harga gas alam melonjak 30%.

Lonjakan harga gas salah satunya karena persoalan persediaan. Hal ini disinyalir sebagai dampak dari kekhawatiran perpanjangan pemadaman listrik Norwegia pada bulan Agustus. Selain itu, pasokan angin Jerman diperkirakan turun di tengah potensi kenaikan permintaan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular